semakin banyak dipergunakan untuk lahan bangunan sekolah, perumahan dan perkantoran akan sangat mengganggu bagi lingkungan sekitar. Keseimbangan
ekosistem pun dapat terganggu dalam jangka waktu yang lama apabila sawah di jadikan sebagai lahan untuk bangunan.
4.5 Perencanaan Lokasi Sekolah Menengah Masa Depan
Penentuan lokasi unit sekolah baru bahwa pemerintah telah menetapkan aturan dan pedoman yang dapat dijadikan acuan. Namun seringkali aturan
tersebut diabaikan karena alasan data yang tersedia tidak kompatibel dengan kebutuhan, rendahnya kualitas informasi dan rendahnya motivasi. Dampaknya
adalah akan mengganggu keterlaksananya kegiatan pendidikan di tempat tersebut pada masa-masa yang akan datang. Terlebih bila penentuan lokasi sekolah sudah
merupakan suatu paket dari pusat dan pembiayaan sudah tersedia dan harus segera dilaksanakan maka penentuan lokasi lahan seringkali tidak melalui tahap-
tahap seperti yang diatur dalam pedoman yang ditetapkan oleh pemerintah. Hendaknya untuk menentukan lokasi yang dibutuhkan memerlukan tahap
penilaian yang lama dan motivasi yang benar. Penggunaan SIG dalam penentuan lokasi sekolah akan sangat membantu pemerintah dalam mengambil suatu
keputusan yang cepat dan tepat. Dan apabla dijalankan merupakan suatu terobosan yang sangat baik dalam menyesuaikan perkembangan ilmu dan
teknologi. Data yang telah diperoleh di lapangan sesuai dengan pedoman pendirian
sekolah merupakan data yang berupa informasi yang dapat diolah dan disimpan
Universitas Sumatera Utara
sebagai atribut suatu lokasi atau obyek. Data tersebut dapat dimanfaatkan dalam SIG karena ciri utama data bisa dimanfaatkan dalam SIG adalah data yang telah
terikat dengan lokasi dan merupakan dasar yang belum dispesifikasikan. SIG dapat diandalkan dalam penentuan lokasi karena memiliki kemampuan
menguraikan unsur-unsur yang terdapat dalam permukaan bumi ke dalam bentuk layer atau coverage data spasial bahkan mampu menurunkan data-data secara
otomatis tanpa keharusan untuk melakukan interpretasi secara manual. Dengan demikian SIG mampu menghasilkan peta-peta tematik yang merupakan turunan
dari peta lain hanya dengan memanipulasikan atribut-atributnya. Menentukan lokasi sekolah atau pendidikan dan kebutuhan sekolah akan dapat dilakukan
dengan cepat dan tepat serta menghemat dana. Analisa di atas dalam menjelaskan sebaran lokasi sekolah menengah di
Kota Tebing Tinggi didasarkan pada tiga faktor, yaitu : jangkauan pelayanan, pola distribusi, dan kondisi lahan sekolah maka terdapat permasalahan yang timbul
dalam menyangkut aksesibilitas dalam mendapatkan pendidikan belum bisa merata di berbagai wilayah di Kota Tebing Tinggi. Lokasi Sekolah Menengah
masih terpusat di dua kecamatan, yaitu : Kecamatan Rambutan dan Kecamatan Tebing Tinggi Kota sehingga pemenuhan kebutuhan penduduk usia sekolah
terhadap fasilitas sekolah menengah hanya dapat terpenuhi di Kecamatan Rambutan dan Tebing Tinggi Kota. Demikian juga halnya bahwa sebaran sekolah
menengah hanya dapat terpenuhi di Kecamatan Rambutan dan Kecamatan Tebing Tinggi Kota sesuai standar.
Universitas Sumatera Utara
Proyeksi penduduk dalam penelitian ini mempergunakan metode regresi yang disesuaikan dengan metode dalam RTRW Kota Tebing Tinggi Tahun 2008-
2028 . Metode regresi ini dipilih berdasarkan pertimbangan sebagai berikut : a.
Peran Kota Tebing Tinggi sebagai pusat perdagangan dan jasa sekaligus pusat pertumbuhan dan pelayanan akan menjadikan kota tersebut sebagai
kota yang terus berkembang. b.
Pertumbuhan penduduk Kota Tebing Tinggi dalam 20 tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan yang cenderung linear, dimana hanya pada
tahun-tahun tertentu saja terjadi pertambahan penduduk yang drastis. Hasil proyeksi kependudukan di Kota Tebing Tinggi pada tahun 2028 adalah 172.634
jiwa dengan proyeksi pertumbuhan penduduk rata-rata tiap tahunnya sebesar 1,17 tahun atau secara linear pertambahan penduduk rata-ratanya adalah sekitar 1.600
jiwatahun. Angka ini sudah termasuk dari pertambahan dari kelahiran atau migrasi yang masuk ke Kota Tebing Tinggi dikurangi jumlah yang meninggal dan yang
penduduk yang keluar Kota Tebing Tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10 Jumlah Penduduk Eksisting, Jumlah Sekolah Eksisting, Jumlah Penduduk ,dan Jumlah Sekolah Menengah Tahun 2028 di Kota
Tebing Tinggi
Kecamatan Jumlah
Penduduk Eksisting
jiwa Jumlah
Penduduk Tahun
2028 Jumlah
Eksisting Sekolah
Menengah Jumlah
Sekolah Menengah
2028 Kekurangan
Bajenis 30.641 37.041
6 7 -1 Tebing Tinggi
Kota 30.133 36.533
13 7
+6 Rambutan
27.974 34.374
11 6
+5 Padang Hilir
27.742 34.142
4 6
-2 Padang Hulu
24.566 30.544
2 6
-4
Sumber : Tebing Tinggi Dalam Angka 2008, Profil Pendidikan 2008, Hasil Analisis 2009
Menjalankan program untuk mengatasi permasalahan sebaran sekolah menengah yang tidak merata harus dijalankan dengan mempertimbangkan aspek perencanaan
lokasi dengan memasukan unsur biaya yang mempengaruhi permintaan dalam hal ini siswa sekolah menengah. Program maupun kebijakan yang akan diambil Pemerintah
Kota Tebing Tinggi dalam mengatasi sebaran sekolah menengah juga perlu mendapat dukungan dari DPRD dalam hal persetujuan biaya maupun kebijakan politik yang
akan diputuskan dalam menjalankan program maupun kebijakan yang diambil agar kebijakan dapat berjalan serta terealisai dengan baik dan lancar. Apabila kebijakan
secara nyata dan tegas diambil oleh Pemerintah Kota dan DPRD maka Visi Kota Tebing Tinggi 2006-2025 akan dapat tercapai tepat sesuai waktu yang diharapkan.
Kebijakan maupun program yang tegas ini perlu diambil supaya kasus dimana sekolah sudah dibantu dalam hal pembiyaan namun belum dapat terpenuhi kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
penduduk akan sekolah menengah dengan baik dan masih ada angka putus sekolah yang cukup signifikan. Penyebabnya, antara lain :
1. Letak lokasi sekolah USB yang susah diakses , ditempuh dan butuh biaya
tinggi dalam hal transportasi. 2.
Kurangnya fasilitas pendukung seperti sarana prasarana pendukung seperti bangku, meja, papan tulis, peralatan praktik dan laboratorium.
3. Faktor ekonomi keluarga, banyak siswa yang harus membantu ekonomi
keluarga sehingga mengorbankan pendidikannya. 4.
Pertimbangan lingkungan yang kurang kondusif seperti letak sekolah yang jauh dari rumah penduduk, dekat dengan daerah rawan bencana dan sanitasi
yang buruk. Lokasi sekolah menengah dan rencana pembangunan unit sekolah menengah harus
melalui sebuah perencanaan yang baik dengan memperhatikan standard dan teori yang mendukung pembangunan unit sekolah menengah. Pemilihan lokasi sekolah
harus harus berorientasi pada masa yang akan datang, menggunakan prinsip ekonomi, memperhatikan perkembangan penduduk dalam waktu 20 tahun yang akan datang,
dan kelangsungan sekolah menengah itu sendiri. Sehingga kelangsungan penyelenggaraan pembelajaran di sekolah yang bersangkutan akan berkesinambungan
dan terhindar dari regrouping sekolah karena kelangkaan peserta didik maupun berlebihnya kapasitas daya tampung.
Secara sosial dan psikologis perlu dipikirkan bersama efek dari regrouping yang akan dilakukan akibat adanya ketidakcocokan pandangan maupun fanatisme
Universitas Sumatera Utara
yang berlebihan yang tidak terlihat jelas tujuan fanatisme yang dimiliki oleh masing- masing sekolah yang akan diregrouping. Perlu dipikirkan cara mengatasi fanatisme
agar sekolah-sekolah yang akan diregrouping agar terhindar dari tawuran ataupun keributan di kemudian hari setelah terjadinya regrouping tersebut.
Perencanaan lokasi sekolah dengan memanfaatkan. teori dan standar serta melibatkan pemerintah daerah, masyarakat, dan pihak swasta yang peduli dunia
pendidikan, diharapkan mampu menjawab tantangan akan SDM berkualitas di Kota Tebing Tinggi. Rencana lokasi sekolah menengah di masa mendatang di Kota Tebing
Tinggi akan ditunjukkan secara : peta jaringan jalan, peta sebaran sekolah, dan peta tata guna lahan pada gambar 4.16 dan gambar 4.17 terlampir. Berdasarkan RTRW
Kota Tebing Tinggi Tahun 2008-2028 bahwa rencana kebutuhan akan fasilitas pendidikan Sekolah Menengah Umum SMU diproyeksikan berdasarkan standar
kebutuhan berikut : a.
1 satu unit fasilitas TK melayani 1.000 penduduk. b.
1 satu unit SD melayani 6.000 penduduk. c.
1 satu unit SLTP melayani 25.000 penduduk. d.
1 satu SLTA melayani 30.000 penduduk. Standar yang digunakan dalam RTRW Kota Tebing Tinggi Tahun 2008-2028 dalam
penentuan sarana kebutuhan fasilitas pendidikan tidak dinyatakan secara eksplisit berdasarkan suatu standar tertentu hanya dinyatakan standar penentuan sarana
kebutuhan SLTA sederajat untuk melayani jumlah penduduk 30.000 orang. Jumlah
Universitas Sumatera Utara
perkiraan kebutuhan sarana pendidikan dari tingkat TK sampai SLTA untuk Kota Tebing Tinggi berdasarkan RTRW dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut ini :
Tabel 4.11 Rencana Sarana Kebutuhan Berdasarkan RTRW 2008-2028
Proyeksi Kebutuhan Unit Rencana
Pemenuhan Kebutuhan
No Kelompok
Fasilitas Eksisting
unit 2028
unit Penambahan
unit 2018 2028
1 TK 27
173 145
2 2
2 SD 95
29 -
- -
3 SMP 20
7 -
- -
4 SMU 16
6 -
- -
5 SMK
Kejuruan 13
6 1 1 -
6 PT Akademi
1 3
2 2
-
Sumber : RTRW Kota Tebing Tinggi Tahun 2008-2028
Sedangkan dalam penelitian ini standar yang digunakan berdasarkan standar sarana prasarana SD, SMP, SMU dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
No.24 Tahun 2007. Pendirian satu unit SMU untuk melayani 6000 jiwa penduduk. Jumlah perkiraan kebutuhan sarana pendidikan SLTA untuk Kota Tebing Tinggi
berdasarkan hasil analisis dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 4.10 di atas.
Terdapat perbedaan dalam perencanaan kebutuhan sarana pendidikan di masa mendatang antara hasil penelitian dan hasil perhitungan RTRW 2008-2028 karena
perbedaan standar yang digunakan. Standar yang digunakan dalam perhitungan RTRW berdasarkan bab tinjauan pustaka pada penelitian menggunakan tahun
sebelum Permendiknas No.24 Tahun 2007 diterbitkan. Perencanaan kebutuhan sarana
Universitas Sumatera Utara
pendidikan dalam RTRW 2008-2028 didasarkan pada standar jumlah penduduk yang dilayani oleh satu sekolah menengah, yaitu untuk melayani 30.000 jiwa penduduk.
Sementara penelitian menggunakan perhitungan rencana kebutuhan sekolah menengah didasarkan pada Permendiknas No.24 Tahun 2007 yang menurut
pemikiran peneliti bahwa Permendiknas No.24 Tahun 2007 sudah didasarkan pada penelitian sebelumnya dengan beberapa pertimbangan dan perbaikan demi
menghasilkan standar perencanaan sarana-prasarana yang lebih baik. Peneliti menggunakan jumlah proyeksi penduduk dan Permendiknas no.242007 dengan
tujuan agar penduduk usia sekolah menengah dapat lebih terlayani dengan baik dan jangkauan pelayanan sekolah menengah dapat lebih luas.
Berdasarkan peta rencana sarana pendidikan tahun 2028 yang tertuang dalam RTRW Tahun 2008-2028 Kota Tebing Tinggi bahwa penempatan lokasi sekolah
menengah tidak ada disebutkan, tetapi hanya jumlah sarana pendidikan yang didasarkan pada tingkat kepadatan penduduk Kota Tebing Tinggi dan tidak
menggunakan tata guna lahan maupun rencana pola ruang yang sebenarnya sudah tercantum dalam RTRW. Penyebaran lokasi sekolah menengah pada tahun 2028 tidak
ada kebijakan atau pernyataan dalam RTRW untuk menyebarkan lokasi sekolah menengah secara merata di semua Kecamatan dengan penyebaran jumlah penduduk
pada semua kecamatan sudah merata. Sebaran lokasi sekolah menengah pada tahun 2028 juga masih terpusat di Kecamatan Tebing Tinggi Kota dan Kecamatan
Rambutan sehingga dapat menimbulkan kemacetan lalu lintas dan mengganggu aksesibilitas menuju lokasi sekolah sehingga akan menciptakan biaya ekonomi yang
Universitas Sumatera Utara
tinggi. Standar dan ketentuan yang digunakan dalam RTRW dalam penentuan lokasi sekolah di masa mendatang hendaknya jangan hanya didasarkan pada kepadatan
penduduk tetapi juga pada peta tata guna lahan, peta rencana pola ruang, sebaran penduduk, dan jangkauan pelayanan berdasarkan standar terbaru yang dibuat oleh
pemerintah, instansi, atau departemen terkait. Menurut peneliti terdapat ketidaksinergian dalam penentuan peta rencana
sarana pendidikan dan peta rencana pola ruang berdasarkan RTRW oleh Bappeda Kota Tebing Tinggi. Satu sisi Bappeda menentukan rencana sekolah menengah
berdasarkan kepadatan penduduk yang ada di Kota Tebing Tinggi, tetapi tidak menentukan langsung lokasi sekolah yang ideal di masa mendatang agar dapat
terhindar dari permasalahan yang kemudian muncul apabila letak sekolah menengah tetap seperti pada saat sekarang, yaitu terpusat di Kecamatan Tebing Tinggi Kota dan
Kecamatan Rambutan berdasarkan peta rencana sarana pendidikan Tahun 2028. Sementara Bappeda sudah mempunyai peta rencana pola ruang yang sudah dapat
menentukan lokasi yang dapat dipergunakan untuk lokasi sekolah. Hendaknya di masa mendatang agar dihasilkan satu peta tentang rencana lokasi sekolah berdasarkan
peta pola ruang dan peta rencana sarana pendidikan sehingga dapat ditentukan secara langsung lokasi sekolah yang memenuhi standar dan ketentuan yang digunakan.
Hasil penelitian yang dilakukan bahwa peta lokasi rencana sekolah menengah masa mendatang di dasarkan pada tata guna lahan, kondisi fisik lahan, sebaran
sekolah menengah, jaringan jalan dan sebaran penduduk sehingga dapat terlihat lahan lokasi sekolah yang dapat dipergunakan berdasarkan tata guna lahan. Peta tata guna
Universitas Sumatera Utara
lahan, peta kondisi fisik lahan, peta sebaran sekolah menengah, dan peta sebaran penduduk selain dapat memperlihatkan lahan sekolah yang dapat dipergunakan juga
dapat memperlihatkan sekolah mana yang dapat direlokasi maupun diregrouping untuk dapat lebih menyebarkan sekolah menengah secara merata. Peta rencana lokasi
sekolah menengah hasil penelitian dibandingkan dengan peta rencana pola ruang yang terdapat dalam RTRW Kota Tebing Tinggi Tahun 2008-2028 telah terdapat
kesesuaian. Pola ruang yang mengalokasikan ruang atau wilayah tertentu sebagai area cadangan telah cocok dengan tata guna lahan dalam peta tata guna lahan walaupun
peta rencana pola ruang belum lengkap, seperti yang ditunjukkan peta tata guna lahan dalam perencanaan lokasi sekolah di masa mendatang.
Peneliti menggunakan peta tata guna lahan, peta jaringan jalan, peta sebaran sekolah, peta sebaran penduduk, dan peta administrasi wilayah dengan tujuan agar
letak sekolah menengah dapat lebih tepat sesuai peruntukan lahan untuk sekolah menengah dan tersebarnya lokasi sekolah menengah secara merata sesuai standar
yang dipergunakan dalam penelitian. Tersebarnya lokasi sekolah menengah secara merata di semua kecamatan dimasa mendatang diharapkan dapat membantu
mewujudkan Visi Kota Tebing Tinggi Tahun 2006-2025, meningkatkan APK, APM, dan APS untuk wilayah internal pada tahun 2025 menjadi 100. Meningkatnya APK,
APM, dan APS maka aksesibilitas pendidikan di Kota Tebing Tinggi meningkat. Sekolah menengah yang tersebar merata juga diharapkan mendukung pertumbuhan
wilayah Kota Tebing Tinggi secara merata dan tidak terpusat lagi di pusat kota. Berdasarkan analisis di atas, maka perencanaan lokasi sekolah di masa depan perlu
Universitas Sumatera Utara
direncanakan secara spasial berdasarkan : Jangkauan Pelayanan, Pola Distribusi, Land Use, RDTR, RTRW, dan standar Depdiknas.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN