Analisis Terhadap Faktor Lahan Sekolah

4.4 Analisis Terhadap Faktor Lahan Sekolah

Dalam pendirian suatu lokasi sekolah harus diperhatikan rencana tentang peruntukan lahan yang akan dibangun sekolah berdasarkan rencana tata kota yang dibuat oleh Pemerintah Kota berdasarkan Rencana Detail Tata Ruang RDTR Kota. Kerjasama Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah dan Sekolah di lingkungan Dinas Pendidikan Propinsi DKI Jakarta telah menyusun Pedoman Bangunan dan Perabot Sekolah Menengah tahun 2002 dinyatakan bahwa RDTR meliputi : Prihantini, 2007 : 1. Ketentuan penataan bangunan, yaitu : Koefisien Dasar BangunanKDB, Koefisien Luas Bangunan KLB, Koefisien Dasar Hijau KDH, Garis Sempadan Bangunan GSB, Rencana Jalan, dan Tipe Bangunan. 2. Peta Lokasi Tanah. 3. Data Tanah. 4. Peruntukan Lahan. Pendirian suatu lokasi harus mendapatkan surat keterangan dari instansi terkait setempat yang menjelaskan bahwa lokasi tanah tersebut tersebut sesuai dengan detail tata ruang dan dapat dibangun gedung sekolah. Selain RDTR yang berpengaruh dalam pendirian suatu lokasi sekolah, kondisi fisik suatu lahan Universitas Sumatera Utara sekolah juga menjadi persyaratan yang harus dipenuhi. Kondisi fisik lahan juga menjadi persyaratan yang harus dipenuhi yang meliputi : 1. Topografi Lahan. Topografi Lahan meliputi permukaan tanah relatif datar, lahan sekolah tidak berbukit, kemiringan tanah maksimal 10 , lahan tidak dekat dengan lereng sungai, lokasi tidak terdapat tebing curam, permukaan tanah memungkinkan hidup vegetasi, lahan tidak merupakan daerah hutan lindung, lahan tidak merupakan daerah respan air, tidak merupakan daerah cadangan air, tidak merupakan daerah purbakala dan tidak merupakan tempat keramat. 2. Bentuk Lahan. Bentuk Lahan yang ideal adalah empat persegi panjang atau segi empat atau bentuk-bentuk lain yang mendekati. Rasio ukuran panjang dan dengan lebar lahan yang ideal ialah 3 : 2 atau 1 :1 dan maksimal 2 : 1. 3. Luas Lahan. Luas Lahan minimal disesuaikan dengan pembakuan tipe sekolah dengan antisipasi rencana pengembangan tipe dan terdapat ruang terbuka memungkinkan untuk lapangan upacara, olah raga dan halaman serta tempat penampungan bila terjadi musibah. 4. Kondisi Tanah. Kondisi Tanah harus memenuhi persyaratan lahan yang ideal berupa tanah daratkebun, lahan yang berupa tanah rawasawah siap bangun tanpa perlakuan khusus, lahan berupa tanah bekas kuburan, timbunan sawah, limbah kimia tidak diperbolehkan. Kondisi yang memungkinkan hidupnya vegetasi untuk kebun percobaan, kenyamanan Universitas Sumatera Utara dan keindahan. jenis tanah berupa bebatuan, kerikil, pasir dan lempung keras. 5. Sarana dan Prasarana. Sarana dan Prasarana meliputi keberadaan sarana penunjang untuk keamanan masyarakat sekitar, sarana pemerintahan, pendidikan yang lain, perdagangan atau penghidupan, kemudahan sumber air bersih, drainase, kemudahan penyambungan jaringan listrik, telekomunikasi dan ketersediaan sarana olah raga. 6. Pencapaian Lokasi. Pencapaian Lokasi berupa keberadaan jalan menuju lokasi melalui darat dan kemungkinan rencana perkerasan jalan lingkungansetapak menuju lokasi sedapat mungkin dapat ditempuh dengan berjalan kaki, bersepeda, berperahu, berkuda dan keberadaan angkutan menuju lokasi. 7. Gangguan Alam. Gangguan Alam diartikan bahwa lahan terhindar dari gangguan binatang buas, bebas dari banjir, tidak termasuk daerah atau lingkungan yang sering dilanda oleh angin puyuh atau topan. Berdasarkan ketentuan Rencana Detail Tata Ruang di atas bahwa sebaran lokasi sekolah menengah SMA, MA, dan SMK di Kota Tebing Tinggi telah memenuhi RDTR tersebut. Sedangkan berdasarkan ketentuan kondisi fisik lahan sekolah menengah yang ada di Kota Tebing Tinggi tidak semua sebaran lokasi sekolah menengah memenuhi tujuh ketentuan atau persyaratan seperti diuraikan di atas. Sekolah menengah, seperti : SMA Negeri 4 jika hujan turun sering kali mengalami banjir. Bahkan pada awal tahun 2008 lalu SMA 4 mengalami banjir besar akibat Universitas Sumatera Utara luapan sungai Padang sampai jalan utama Gatot Subroto banjir setinggi satu meter. Seringnya lokasi SMA Negeri 4 terendam air membuat kualitas bangunan sekolah- sekolah akan mudah rusak. Di sisi lain proses belajar-mengajar juga sering terganggu. Namun, proses relokasi untuk SMA Negeri 4 mungkin akan menghadapi kesulitan dalam hal pembiayaan untuk pengadaan lahan dan pembangunan unit sekolah baru. Masalah pembiayaan ini menjadi kendala karena harus mendapat persetujuan dari DPRD dalam hal penyediaan anggaran untuk pengadaan lahan dan pembangunan unit sekolah baru tersebut. Tinjauan dari segi pencapaian lokasi maka yang agak jauh dan susah di jangkau adalah SMK Negeri 1 dan MA Swasta Babul Irsyad karena letaknya yang jauh dari pusat kota dan angkutan kota yang tidak terlalu banyak menuju lokasi sekolah. Kemiringan lahan di Kota Tebing Tinggi yang maksimal hanya mencapai 15 dengan rincian 0-2 dan 2-15. Kemiringan lereng yang relatif datar tersebut memberikan implikasi positif dalam pengembangan : perdagangan, jasa, permukiman dan pertanian, penentuan pembangunan fisik kota, serta pengembangan sarana dan prasarana kota. Sedangkan pada kelas kemiringan lereng 0-2 perlu mendapat perhatian khusus akan kemungkinan banjir di kemudian hari. Hal ini perlu dicegah dengan menerapkan aturan ketat dalam penggunaan lahan di kemiringan tersebut. Sehingga kemiringan lahan di Kota Tebing Tinggi tidak menjadi kendala dalam melakukan pembangunan unit sekolah baru, demikian juga halnya dengan letak lahan sekolah menengah yang ada saat ini memenuhi ketentuan kondisi fisik lahan dalam pembangunan letak bangunan sekolah. Sedangkan dari bentuk lahan dan Universitas Sumatera Utara luas lahan dengan ketentuan yang disebutkan dalam kondisi fisik lahan lokasi sekolah bahwa seluruh sekolah menengah SMA, MA, dan SMK di Kota Tebing Tinggi telah memenuhi ketentuan atau standar yang ditentukan. Secara spasial dapat ditunjukkan peruntukan lahan sekolah yang ideal berdasarkan ketentuan Rencana Detail Tata Ruang RDTR dan Kondisi Fisik Lahan seperti yang dijelaskan sebelumnya beserta mempergunakan Peta Tata Guna Lahan Land Use. Letak lahan lokasi sekolah yang ideal tersebut dapat di lihat pada gambar 4.15 di bawah. Dari gambar 4.15 terlampir terlihat bahwa terdapat letak sekolah yang terdapat dalam lahan yang seharusnya diperuntukkan untuk pemukiman, lokasi bisnis, sawah, dan dekat dengan sungai. Kondisi letak sekolah seperti ini seharusnya dapat di hindari karena sesuai standar Direktorat Dikdasmen Depdiknas 2002 bahwa kondisi fisik lahan harus bebas dari banjir, topografi lahan sekolah tidak boleh dekat dengan lereng sungai dan tidak merupakan daerah resapan air, dan kondisi tanah lahan sekolah tidak merupakan daerah resapan air. Lokasi sekolah yang dekat dengan sungai tentunya akan sangat rawan banjir kalau hujan turun, sedangkan sekolah yang berada dalam lokasi bisnis merupakan suatu hal tidak baik karena selain kebisingan juga akan mengurangi daerah resapan air dan tentunya melanggar ketentuan yang dianjurkan tentang topografi lahan. Lokasi sekolah dekat pemukiman juga dapat mengurangi daerah resapan air yang dapat meningkatkan kemungkinan timbulnya banjir. Lokasi yang dekat sawah mungkin akan sangat baik bila ditinjau dari segi kondisi tanah yang dianjurkan untuk lahan sekolah yang ideal, namun sawah sebagai daerah resapan dan cadangan air jika Universitas Sumatera Utara semakin banyak dipergunakan untuk lahan bangunan sekolah, perumahan dan perkantoran akan sangat mengganggu bagi lingkungan sekitar. Keseimbangan ekosistem pun dapat terganggu dalam jangka waktu yang lama apabila sawah di jadikan sebagai lahan untuk bangunan.

4.5 Perencanaan Lokasi Sekolah Menengah Masa Depan