10
2. Bagaimana Vladimir Lenin selaku pemimpin Partai Boshelvik menjalankan konsep Revolusi melalui diktator proletariat dengan
perantaraan partai? 3. Mengapa Lenin membiaskan tradisi teorinya Marxis?
4. Apa yang baru dari ajaran Vladimir Lenin?
I.3. PEMBATASAN MASALAH
Pembatasan masalah merupakan usaha untuk menetapkan masalah dalam batasan penelitian yang akan diteliti. Batasan masalah ini berguna untuk
mengidentifikasi faktor-faktor mana saja yang termasuk ke dalam ruang lingkup penelitian ini. Adapun yang menjadi batasan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: a. Penelitian ini hanya membahas mengenai bagaimana proses revolusi 1917
pada masa pemerintahan Vladimir Lenin dan keterkaitan teori Marx. b. Penelitian ini hanya berkisar pada Peran Partai Boshelvik dalam revolusi
1917. c. Penelitian ini hanya membahas tentang dinamika dan konstelasi politik di
Rusia pada pra revolusi sampai revolusi 1917. d. Penelitian ini hanya melihat revolusi dalam perspektif Lenin dan Marx.
I.4. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui seberapa besar teori karl marx dijalankan oleh
Partai Boshelvik pada revolusi 1917. 2. Untuk mengetahui konsep pemikiran Vladimir Lenin tentang revolusi
melalui diktator proletariat dengan perantaraan partai. 3. Untuk mengetahui sebab Lenin membiaskan teori Marxis.
4. Untuk melihat pembiasan penerapan konsep revolusi Lenin dengan Marx dan perbedaan Lenin dengan orang kiri lainnya.
I.5. SIGNIFIKANSI PENELITIAN
Adapun yang diharapkan dari manfaat penelitian ini adalah :
Universitas Sumatera Utara
11
• Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanak kepustaan ilmu politik dan mengembangkan kemampuan dalam menulis karya ilmiah
khususnya di bidang politik. • Secara teoritis penelitian ini merupakan kajian ilmu politik yang
diharapkan dapat memberikan sumbangsi konsep dalam teori politik, terutama menyangkut pemikiran lenin dalam mencapai sebuah revolusi
dengan mengikuti sertakan peran partai. • Secara praktis penelitian ini diharapkan mampu menjadi sebuah referensi
bagi para peminat ilmu poltik terutama dalam melihat peran sebuah partai dalam revolusi dibawah seorang pemimpin.
I.6. KERANGKA TEORI
Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, seorang penulis perlu menyusun kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari segi mana
peneliti menyoroti masalah yang telah dipilih.
9
Menurut Masri Singarimbun teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruksi dan proposi untuk menerapkan suatu fenomena social secara sistematis
dengan merumuskan hubungan antar konsep. Karena salah satu unsur yang
paling penting peranannya dalam penelitian adalah menyusun kerangka teori.
10
Sedangkan menurut FN Karlinger, teori adalah sebuah konsep atau konstruksi yang berhubungan dengan satu sama
lain, suatu set dari proporsi yang mengandung suatu pandangan yang sistematis dan fenomena.
11
6. 1. Teori Partai Politik
Partai sebagai kekuatan politik adalah suatu gejala baru bagi semua negara di dunia ini. Usianya tidak lebih dari 1000 tahun. Istilah partai politik sendiri
muncul pada abad ke Sembilan belas dengan semakin berkembangnya lembaga- lembaga perwakilan dan meningkatnya frekuensi pemilu dan meluasnya hak
9
Hadiri Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1955, Hal. 40
10
Masri Singarimbun, Sofian Effendi, Metode Penelitian Surve, Jakarta: LP3ES, 1989, hal. 37.
11
Joko Subagy, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Reineka Cipta, 1997, hal. 20.
Universitas Sumatera Utara
12
mereka yang bias mengambil bagian dari pemilihan umum. Pada tahun 1850 tidak satu negara pun di dunia sudah memiliki partai politik dan bagi kebanyakan
negara-negara jajahan, partai politik menarik perhatiannya karena partai politik bias menjadi kekuatan baru munculn mencita-citakan partai dan kepadanya para
warga bergantung. Partai politik pertama kali lahir di negara-negara Eropa Barat. Hal ini di mulai dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan factor yang
perlu diperhitungkan serta diikutsertakan dalam proses politik. Artinya, rakyat harus berpartisipasi dalam negara. Negara yang pertama kali membentuk partai
politik adalah Inggris dan Prancis.
12
Bagi Rusia sendiri kehidupan partai politik untuk pertama sekali dapat muncul pada tahun 1898 dengan nama partai Demokrasi-Sosial Rusia. Adanya
partai politik dianggap sebagai suatu yang wajar-wajar saja, terutama dalam konteks nilai-nilai esensial demokrasi. Maka secara umum dapat dikatakan bahwa
pengertian partai politik itu adalah akumulatif yang tersendiri dari pelaku-pelaku politik yang aktif dalam masyarakat yakni yang memutuskan peerhatiaanya
kepada penguasaan pemerintahan dan yang bersaing untuk memperoleh dukungan rakyat.
Menurut Sigmond Neuman
Partai politik adalah organisasi dari aktivitas-aktivitas politik yang berusaha untuk menguasai pemerintahan serta merebut dukungan rakyat atas dasar
persaingan dengan suatu golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda-beda.
13
Menurut Khirudin
Partai politik adalah organisasi artikulatif yang terdiri atas pelaku-pelaku politik yang aktif dalam masyarakat, yaitu mereka yang memusatkan
perhatiannya pada persoalan kekuasaan pemerintahan dan bersaing guna
12
Zakaria Taher, Dasar-dasar Ilmu Politik-Materi Pokok Pembekalan Politik, Medan, 2006, hal. 29.
13
Mariam Budiarjo, Demokrasi di Indonesia : Demokrasi Parlementer dan Demokrasi Pancasila, Jakarta: PT GRAMEDIA, 1996, hal. 162
Universitas Sumatera Utara
13
memperoleh dukungan rakyat untuk menempati kantung-kantung kekuasaan politik.
14
Menurut Carl J. Friedrich
15
Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap
pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini, memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil serta
materiil.
Menurut Karl Marx
Partai adalah instansi yang hanya sebagai koordinator gerakan-gerakan kaum buruh di seluruh dunia.
Menurut Vladimir Lenin
Partai, menurut lenin adalah “garda depan kaum proletar” vanguard of the proletar. Sebagai garda depan, partai haruslah berdisplin tinggi dan
tersentralisasi, serta secara terus menerus menyuntikan kesadaran sosialis ke dalam kaum buruh.
16
Dengan defenisi tersebut, tujuan didirikannya partai politik adalah untuk menciptakan kehidupan politik.
6. 2. Fungsi Partai Politik
17
6.2.1.
Partai politik menjadi wadah dalam menyampaikan segala aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga aspirasi itu dapat
menjadi suatu kebijakan umum yang dapat menjadi solusi atas berbagai permasalahan yang terjadi di masyarakat.
Partai Sebagai Sarana Komunikasi Politik
6.2.2.
14
Khoirudin, Partai Politik dan Agenda Transisi Demokrasi Menakar Kinerja Partai Politik Era Transisi di Indonesia, Yogyakarta, 2004, hal. 6
Partai Sebagai Sarana Rekruitmen Politik
15
Mariam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT GRAMEDIA, Edisi Revisi, 2008, hal. 404
16
Saiful Arif dan Eko Prasetyo, Lenin Revolusi Oktober 1917 Sanggahan Atas Pemikiran Franz Magnis-Suseno, Yogyakarta : Resist Book, Agustus 2004, hal. 9
17
Mariam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT GRAMEDIA, 1992, hal. 176
Universitas Sumatera Utara
14
Partai politik mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk turun aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai yang nantinya akan
menjadi penerus tongkat estafet kepemimpinan partai.
6.2.3.
Partai politik merupakan suatu wadah dalam proses transformasi nilai- nilai politik kepada masyarakat. Dengan fungsi ini setiap orang atau
individu memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik yang umumnya berlaku dalam masyarakat dimana ia berada.
Partai Sebagai Sarana Sosialisasi Politik
6.2.4.
Partai politik berfungsi untuk mengatasi berbagai perbedaan pendapat atau kepentingan yang nantinya dikhawatirkan akan menimbulkan
perpecahan ditengah-tengah masyarakat. Partai politik akan berusaha menyelesaikan segala perbedaan untuk kepentingan nasional.
Partai Sebagai Sarana Pengatur Konflik
6. 3. Tipologi Partai Politik
Menurut Ichlasul Amal terdapat lima tipologi partai politik, yakni:
18
1. Partai Massa
Muncul saat terjadi perluasan hak pilih rakyat sehingga dianggap sebagai respon politis dan organisasional bagi perluasan hak-hak pilih
serta pendorong bagi perluasan lebih lanjut hak-hak pilih tersebut. Partai massa berorientasi pada basis penduduknya yang lebih luas misalnya,
buruh, petani, dan kelompok agama, dan memiliki ideologi yang cukup jelas untuk memobilisasi massa serta mengembangkan organisasi yang
cukup rapi untuk mencapai tujuan-tujuan ideologisnya. Bedasarkan Teknik menggorganisasikan partai, Partai massa memliki
tiga tipe, yaitu:
19
a. Tipe Sosialis, yaitu teknik partai massa dikembangkan untuk membiayai pemilihan calon-calon dari kaum buruh, yang pada
18
Amal Ichlasul Eds, Teori-teori Mutakhit Partai Politik Edisi Revisi, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogyakarta, 1996, hal. 15
19
Maurice Duverger, Partai Politik dan Kelompok-Kelompok Penekan, Yogyakarta: PT. Bina Aksara, 1981. Hal 11- 16
Universitas Sumatera Utara
15
massa itu sebagai kaum revolusioner dan karena itu tidak mungkin akan mendapatkan dukungan dari para bankir, kaum industriawan,
kaum bisnis, ataupun pemilik tanah yang kaya. Idenya ialah untuk mendapatkan anggota sebanyak mungkin. Contohnya Partai Sosial
Demokrasi Jerman. b. Tipe Komunis, yaitu lahir karena adanya perpecahan dalam partai-
partai sosisalis, dipolakan menurut partai sosialis itu juga. Partai komunis adalah partai yang paling terorganisir dari partai-partai
manapun juga. Ciri partai komunis ini ada dua, yakni, Pertama, kontak antara para anggota masyarakat yang paling dasar lebih
erat dan lebih sering, Kedua, masalah pekerjaan mereka ataupun bisnis dapat menjadi bahan diskusi. Contoh Tipe partai ini adalah:
Partai Komunis Soviet Kaum Boshelvik.
2. Partai Kader
Partai ini mengandalkan kader-kadernya yang loyal. Keangggotaannya dari golongan menengah keatas, partai ini lebih
mementingkan displin anggotanya dan ketaatan dalam berorganisasi. Doktrin dan ideologi partai harus tetap terjamin kemurniannya. Bagi
anggota yang menyeleweng akan dipecat keanggotaannya. Akibatnya, ideologi yang dianut partai ini adalah koservatisme ektrim atau maksimal
reformis moderat.
6. 4. Tipologi Sistem Kepartaian
20
6.4.1.
Pola sistem kepartaian dimana hanya terdapat satu partai yang sangat dominan dibandingkan partai-partai lainnya. Pola ini diambil karena
banyak negara-negara baru dihadapkan pada masalah bagaimana mengintegrasi berbagai golongan, suku bangsa dan lain-lain.
Sistem Partai Tunggal
20
Mariam Budiarjo, Op. Cit, hal. 178
Universitas Sumatera Utara
16
6.4.2.
Pola kepartaian dimana hanya terdapat dua partai dalam suatu negara atau hanya dua partai yang sangat dominan dibandingkan oleh partai-
partai politik yang ada. Pola ini akan melahirkan partai oposisi dan partai pemerintah. Sistem ini akan lebih baik bila diikuti dengan sistem distrik.
Sistem Dwi-Partai
6.4.3.
Pola kepartaian dimana terdapat lebih dari dua partai dalam suatu negara. Umumnya sistem partai ini sering terdapat di negara-negara yang
majemuk beraneka ragam. Dalam sistem kepartaian ini kecenderungan yang terjadi adalah koalisi untuk membentuk pemerintahan, sebab tidak
ada partai yang dominan.
Sistem Multy-Partai
6. 5. Klasifikasi Partai
21
6.5.1.
1. Partai Komprehensif
Berdasarkan Sumber Dukungan Partai
Suatu partai politik yang berorientasi pada pengikat yang berusaha mendapatkan suara sebanyak mungkin dari setiap warga Negara.
2. Partai Sekretarian Partai-partai yang memakai kelas, daerah atau ideology sebagai daya
tarik.
6. 6. Teori Revolusi
Revolusi adalah wujud perubahan sosial paling spektakuler, sebagai tanda perpecahan mendasar dalam proses historis dimana pembentukan ulang
masyarakat dari dalam dan pembentukan ulang manusia. Revolusi menutup budaya lama dan membuka budaya baru yang bersifat humanis proletar. Revolusi
dianggap menjadi jalan yang ditempuh proletar sebagai sebuah takdir sejarah pembebasan manusia. Pemikiran Karl Marx tentang revolusi merupakan kajian
sebuah ideologi politik yang dicita-citakan Karl Marx untuk mencapai sosialisme menuju komunisme yang pada hakikatnya merupakan senjata moril kelas buruh,
21
Roy C. Maeridis, Sejarah, Fungsi dan Tipologi Partai-Partai, dalam Teori-Teori Mutakhir Partai Politik, Ed, Dr. Ichlasul Amal, Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 1998, hal. 32
Universitas Sumatera Utara
17
kelas tertindas dan bangsa-bangsa terjajah di muka bumi melawan keserakahan kaum kapitalis.
Perjuangan kelas buruh dan kelas tertindas melawan kapitalis adalah suatu keniscayaan sejarah sebagai hukum perkembangan masyarakat yang digambarkan
Marx. Untuk mengakhiri antaganonisme kelas ini harus ditempuh jalan melalui revolusi. Oleh sebab itu revolusi merupakan gerakan politik yang dimulai dari
perebutan kekuasaan politik. Sistem masyarakat lama yang usang telah diganti dengan sistem baru, yang melepaskan penghisapan atas manusia dengan manusia
lainnya, melahirkan manusia yang bermasyarakat, tidak membelenggu alam berpikir manusia dengan pemahanan yang berlebihan dimana alat produksi yang
dikuasai Negara.Jalan yang mendorong revolusi adalah tenaga produktif dalam masyarakat kapitalisme yaitu kelas buruh sebagai tulang punggungnya, bertujuan
untuk mencapai masyarakat baru yaitu sosialisme menuju komunisme. Kritik Marx terhadap kapitalisme didasarkan pada analisisnya terhadap teori nilai lebih
dan upah, di mana terdapat nilai surplus pekerja yang dirampas dan dicuri oleh kelas pemilik modal. Kondisi tersebut menyebabkan lahirnya pertentangan antar
kelas yang ditindas atau kelas proletar kelas pekerja dengan kelas yang menindas borjuis.
Masyarakat borjuis modern yang muncul dari keruntuhan masyarakat feodal tidak mendamaikan antagonisme kelas itu. Malah ia memunculkan kelas-
kelas baru, kondisi baru untuk melakukan tekanan, bentuk-bentuk baru persaingan dengan menggantikan yang lama. Borjuis menempatkan negeri ditangan penguasa
kota. Ia telah menciptakan kota-kota besar, yang telah banyak menambah penduduk kota dibanding penduduk pedesaan dan dengan demikian
menyelamatkan keterbelakangan penduduk di pedesaan dari hubungan produksi feodal. Persis yang berlaku pada setiap negeri dengan ketergantungan pada kota,
borjuis itu telah membuat pula negeri-negeri jajahan dan setengah jajahan, bangsa petani bergantung pada bangsa borjuis, timur pada barat. Senjata yang
dipergunakan borjuis untuk menghancurkan feodalisme, ini dipergunakan untuk borjuis itu sendiri. Akan tetapi bukan borjuis itu saja mengumpulkan senjata untuk
Universitas Sumatera Utara
18
membunuh dirinya sendiri, ia juga membunuh orang-orang yang membuat senjata tersebut yakni kelas pekerja modern proletar. Dengan perkembangan industri,
proletar bukan saja bertambah jumlahnya, ia berkumpul dalam kumpulan yang tambah besar, kekuatannya berkembang dan ia merasakan kekuatannya yang
bertambah itu pun memulai membentuk sebuah kombinasi disebut organisasi buruh melawan borjuis. Dimana-mana pertentangan kelas berkobar dan
berkembang menjadi gerakan yang radikal. Tiga sumber dan tiga komponen Marxisme yang ditulis oleh V.I. Lenin
1913
22
6.6.1. Filsafat Materialisme
.
Pemikiran Karl Marx banyak mengadopsi pemikiran filsuf sebelumnya salah satunya materialisme Feuerbach, tetapi tidak mengadopsi metodenya secara
keseluruhan. Menurut feurbach, gerak dan perkembangan materi ditentukan oleh faktor luar ekternal, sedangkan menurut Karl Marx, gerak dan perkembangan
materi ditentukan oleh faktor dalam intern materi itu sendiri. Feuerbach juga berbeda dengan Hegel. Hegel menyatakan bahwa yang berkembang itu roh, tetapi
Feuerbach yang berkembang yaitu materi yaitu kondisi alam dan sosial. Demikian juga Karl Marx mengadopsi Pemikiran Hegel tentang metode dialektika, tetapi
tidak mengadopsi unsur dari pemikirannya yang idealisme. Dengan demikian Karl Marx bisa dikatakan sebagai seseorang yang jenius yang melahirkan buah
pemikiran yang relevan dengan sebuah materi dan tindakan yang revolusioner. Ketiga pemikir itu merupakan pemikir terbesar pada zamannya, Hegel terkenal
karena motode berpikir dialektikanya, Feuerbach terkenal dengan filsafat materialismenya, dan Karl Marx terkenal dengan Pemikiran Materialisme
dialektikanya.
22
Artikel ini ditulis oleh Lenin untuk memperingati 30 tahun kematian Karl Marx dan dipublikasikan dalam Prosveshcheniye Pencerahan No.3 tahun 1913-merupakan terbitan
bulanan kaum Bolshevik yang diterbitkan secara legal di St.Petersburg mulai bulan desember 1911-juni 1914.
Universitas Sumatera Utara
19
6.6.2. Materialisme Dialektika Historis Sejarah
Dalam hukum sejarah materialisme, marx menunujukan kemenanan sosialis atas revolusinya terhadap usaha-usaha kapitalis. Marx dengan
menggunakan pendekatan filsafat, bersandar pada pemikiran bahwa tidak ada kekuatan lain yang dapat mengkondisikan kehidupan manusia kecuali manusia itu
sendiri. Marx mengatakan bahwa cara produksi kapitalis dengan sendirinya menunjukan pada kehancurannya sendiri. Karena itu, dasar ekonomi Marx
merupakan keniscayaan revolusi sosialis dan perwujudan masyarakat komunis tanpa kelas.
23
Bagi kapitaisme itu sendiri, faktor produksi adalah upaya aktualisasi kehidupan manusia yang serta merta membutuhkan kekuatan, karena itu manusia
bisa survive kalau mendapatkan modal hidup yang diolahnya.
24
Hukum ini menurut Marx berkaitan dengan hukum perkembangan masyarakat yang ditentukan oleh bidang produksi. Bidang ekonomi adalah basis,
sedangkan dua dimensi kehidupan masyarakat lainnya yaitu institusi-institusi sosial terutama negara dan bentuk-bentuk kesadaran sosial yang merupakan
bangunan atas. Oleh karena itu, faktor penentu adalah basis, maka harus memerhatikan
dahulu bidang ekonomi. Ciri yang menurut Karl Marx paling menentukan bagi semua bentuk ekonomi sampai sekarang adalah pemisahan antara para pemilik
dan pekerja. Masyarakat terdiri dari kelas-kelas sosial yang membedakan diri satu sama lain berdasarkan kedudukan dan fungsi masing-masing dalam proses
produksi. Pada garis besarnya produksi masyarakat mendekati pola kapitalisme kelas-kelas sosial termasuk kelas-kelas pemilik dan kelas-kelas tidak
bermilik.Oleh karenanya, kelas bermilik atas begitu berkuasa dan dapat mengisap tenaga kerja para pekerja bawah.Menurut Marx ciri khas semua pola
masyarakat sampai sekarang ialah, bahwa masyarakat dibagi dalam kelas-kelas
23
Abd. Malik Haramain, dkk, Pemikiran-pemikiran revolusioner Karl Marx, Antonio Gramsci, Anthony Giddens, Paulo Freire, Asghar Ali Enginer, Erich Fromm, Averroes Press: Pustaka Belajar,
Malang, 2001, hal. 8
24
Ibid hal. 10
Universitas Sumatera Utara
20
atas dan bawah. Struktur ekonomitersusun sedemikian rupa dimana bangun atas hidup dari pengisapan tenaga kelas bawah.
Negara menjadi alat kelas-kelas atas untuk menjamin keadaan mereka, jadi untuk seperlunya menindas usaha kelas-kelas bawah untuk membebaskan diri dari
penghisapan kelas-kelas atas sedangkan “bangun atas idealis” istilah Marx bagi agama, filsafat, pandangan-pandangan moral, hukum dan lain sebagainya
berfungsi untuk memberikan legitimasi pada hubungan kekuasaan itu. Jadi, Marx menolak paham bahwa negara mewakili kepentingan seluruh masyarakat. Negara
dikuasai oleh dan berpihak kepada kelas-kelas atas, meskipun kadang-kadang juga menguntungkan kelas-kelas bawah. Walaupun dari pihak negara mengatakan ia
adalah milik semua golongan dan bahwa kebijakannya demi kepentingan seluruh masyarakat, namun sebenarnya negara melindungi kepentingan kelas atas
ekonomis. Maka negara menurut Marx termasuk lawan dari kelas atas. Dari negara mereka tidak dapat mengharapkan sesuatu yang baik. Seperti halnya
negara, begitu pula agama, filsafat, pandangan tentang norma moral dan hukum dan sebagainya menurut Marx tidak mempunyai kebenaran pada dirinya sendiri,
melainkan hanya berfungsi untuk melegitimasikan kepentingan kedudukan kelas atas untuk menguasai masyarakat. Maka bentuk-bentuk kesadaran sosial itu
menurut kekhasannya masing-masing, mengemukakan sebagai baik baik seluruh masyarakat apa yang sebenarnya hanya baik bagi kelas-kelas atas. “Bangun atas
ideologi” itu menciptakan kesan bahwa kesediaan masing-masing kelas untuk menerima kedudukannya dalam masyarakat adalah sesuatu yang baik dan
rasional. Jadi, fungsinya ialah membuat kelas-kelas bawah bersedia untuk menerima kedudukan mereka sebagai kelas-kelas bawah.
Dialektika yang dimaksud oleh Marx untuk mengungkapkan kelas ini adalah Bila tingkat produksi tadi yang diambil sebagai tesis, dan dimulai dengan
tingkat feodalisme ini merupakan tesis maka anti-tesisnya adalah tingkat produksi borjuis atau kapitalisme dan sistesinya nati adalah tingkat produksi
sosialisme. Demikian tesis golongan bangsawan Abad Tengah menimbulkan antitesisi golongan peminjam tanah, tetapi keduanya ini menumbuhkan sintesis
Universitas Sumatera Utara
21
golongan borjuis dan begitu seterusnya sampai pada masyarakat komunisme. Dengan demikian maka Marx melihat negara sebagai alat belaka dari kelas
penguasa berpunya untuk menindas kelas yang dikuasai tidak berpunya. Negara dan pemerintah identik dengan kelas penguasa, artinya dengan kelas
berpunya, berturut-turut dalam sejarah umat manusia dikenal kelas pemilik buda, kelas bangsawan tuan tanah, kelas borjuis. Soal hak dan kewajiban, kaum
bermilik ini sekedar ucapan penghias bibir. Diaektika Marx mengungkapkan bahwa perkembangan masyarakat feodalisme ke masyarakat kapitalisme borjuis
dan seterusnya ke masyarakat sosialisme merupakan suatu kelanjutan yang tidak dapat dielakkan. Tetapi ini tidak berarti bahwa manusia berdiam diri saja dengan
menanti perkembangan itu berjalan dengan begaimana maunya. Kelas-kelas itu sendiri adalah kelas-kelas yang berjuang untk kelas-kelasnya, jadi manusia yang
dilihat oleh Marx adalah manusia yang berbuat. Oleh sebab itu, maka revolusi digambarkan oleh Marx terdiri dari dua
tahap. Tahap pertama adalah revolusi yang dipelopori oleh golongan borjuis yang hendak menghancurkan feodal. Tahap Kedua adalah revolusi yang dilakukan oleh
kelas pekerja dalam menghancurkan borjuis. Dengan lenyapnya kelas borjuis, fungsi pemerintah tidak lagi mempunyai sifat politi. Kelas pekerja yang
memegang kekuasaan itu pun tidak lagi merupakam kelas, sehingga tidak ada kelas yang tertindas dan negara akan lenyap. Masing-masing orang melakukan
kewajibannya sesuai dengan kesanggupannya. Oleh karena itu orang memberikan sumbangan sesuai dengan kesanggupannya.
Dan Marx merumuskan Teori Materialisme historis menjadi sejarah perkembangan masyarakat untuk melakukan sebuah perubahan sosial yang
fundamental melalui perjuangan kelas yang berujung pada revolusi sosial. Dalam pandangan Karl Marx dalam melihat Materialisme Historis yakni mengandung hal
yang paling pokok yakni ;
25
25
Ernest Mandel. Tesis Tesis Pokok Marxisme. Resist Book, Yogyakarta 2006.
Universitas Sumatera Utara
22
1 Kerja Produksi
Untuk memenuhi kebutuhan materil, manusia diharuskan bekerja sehingga dapat memproduksi barang-barang. Barang-barang yang diproduksi
merupakan sasaran kerja, dan untuk mencapai sasaran kerja itu dibutuhkan alat kerja, metode kerja, dan tenaga kerja. Dalam masyarakat kapitalisme, alat
produksi dimiliki oleh kaum kapitalis pemilik modal, sedangkan buruh bekerja berdasarkan sistem kerja upahan, di mana hasilnya seluruhnya menjadi milik
kaum kapitalis. Dalam proses produksi manusia memerlukan dan mengadakan hubungan antara yang satu dengan yang lain. Hubungan itu disebut sebagai
hubungan produksi yang ditentukan oleh pemilik alat produksi, kemudian keseluruhan hubungan produksi menentukan suatu sistem ekonomi masyrakat.
Sistem ekonomi pada hakikatnya sebagai basis kehidupan masyarakat yang di atasnya berdiri bangunan atas.
Basis adalah dasar kehidupan materil masyarakat, sedang bangunan atas adalah kehidupan spiritual masyarakat seperti sistem politik, hukum negara dan
pemerintahan, kebudayaan, parpol, dan lain-lain. Bangunan atas inilah merupakan kesadaran masyarakat, sebagai pedoman berpikir dan berperilaku. Menurut Karl
Marx bahwa sejarah perkembangan masyarakat hakikatnya adalah sejarah dari perubahan dan perkembangan proses produksi, yakni suatu perubahan terus-
menerus tanpa henti manusia bekerja menciptakan barang-barang material untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mengenai sejarah, Marx menjelaskan bahwa
sejarah adalah hasil perkembangan dan perubahan atas kerja manusia dalam memproduksi barang-barang material. Didalam mengurai sejarah perubahan dan
perkembangan masyarakat, Marx terlebih dahulu mengurai mengenai hukum umum perkembangan masyarakat, selanjutnya dibahas basis dan bangunan atas,
keadaan sosial menentukan kesadaran sosial, kelas dan perjuangan kelas serta negara dan revolusi. Materialisme historis adalah paham materialisme dialektika
yang diterapkan dalam masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat terjadi sebuah perubahan dan perkembangan sistem sosial, yaitu komunal primitive, sistem
Universitas Sumatera Utara
23
perbudakan, sistem feodal, sistem sosial kapitalisme dan sistem sosial sosialisme dan berakhir berkembang dan berubah menjadi sistem sosial komunisme.
2. Keadaan Sosial Menentukan Kesadaraan Sosial
Karl Marx tegas menyatakan bahwa kesadaraan sosial itu dilahirkan oleh keadaan sosial. Kesadaran sosial yaitu ide, gagasan dan pikiran, yang ada pada
manusia. Itu adalah merupakan realisasi dari interaksi antar manusia dalam kegiatannya memproduksi barang-barang material, atau dalam keadaan sosialnya
atau dalam kehidupan riilnya.yang dimaksud dengan keadaan sosial ada tiga unsur yakni, keadaan alam, keadaan masyarakat dan corak produksi. Sedangkan yang
paling mempengaruhi perubahan dan perkembangan masyarakat adalah factor corak produksi. Karena corak produksi ini sangat cepat berubah dan berkembang
sesuai dengan tenaga tenaga produktif untuk melakukan sebuah perubahan yang fundamental terhadap sebuah sistem sosial masyarakat.
3. Hukum Umum Perkembangan Masyarakat
Manusia dan masyarakat hidup, berubah dan berkembang dari caranya mereka membuat barang-barang material untuk memnuhi kebutuhannya. Karena
hal ini berlaku bagi seluruh umat manusia, maka dapat disimpulkan sebagai suatu hukum umum perkembangan masyarakat, atau mekanisme perubahan masyarakat.
Ini merupakan suatu hukum obejektif dalam masyarakat, di luar kemampuan masyarakat dan terjadi tidak bisa dihindari dan tidak bisa ditolak oleh manusia
dan oleh kekuatan apapun. Hukum umum perkembangan masyarakat itu dimulai dari proses pemenuhan kebutuhan pokok, yaitu proses mempertahankan dan
melangsungkan hidup. Proses itu berlangsung secara objektif dan berlaku secara umum dalam sejarah perkembangan masyarakat. Sama halnya dengan masyarakat
kapitalisme. jika kita melihat corak produksinya, maka akan tampak jelas penghisapan dan penindasan dalam sistem sosial tersebut. kelas buruh yang tidak
memiliki alat produksi, harus menjual keringat dan tenaganya untuk dapat memenuhi kebutuhan materilnya. Sementara kapitalis yang menguasai alat
produksi merampas nilai lebih kelas buruh secara besar-besar, yang membuat kelas buruh terasing dalam kehidupan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
24
4. Basis dan Bangunan Atas
Basis adalah suatu sistem ekonomi. Factor-faktor dari sistem ekonomi yaitu pemilikan alat produksi, distribusi hasil produksi dan pertukaran hasil
produksi. Dari ketiga factor tersebut maka yang paling mempengaruhi adalah pemilikan alat produksi. Adapun bangunan atas adalah suatu pencerminan dari
basis.
26
Marx menjelaskan secara keseluruhan hubungan produksi menentukan sistem ekonomi masyarakat. Basis menentukan bangunan atas kemudian
melahirkan kesadaraan sosial. Cara produksi barang-barang materil untuk memenuhi kebutuhan hidup menentukan karakter kehidupan sosial, politik,
spiritual. Bukan kesadaraan sosial yang menentukan keadaan sosial, tetapi keadaan sosial yang menentukan kesadaraan sosial. Sementara itu pengubahan
bangunan atas itu menurut Karl Marx harus dengan jalan Perjuangan atau tepatnya melalui revolusi politik. sebab bangunan atas yaitu negara, kekuasaan
politik, hukum, moral, dan ideologi, itu dicipta untuk melindungi basis, terutama sistem pemilikan alat-alat produksi. Dengan demikian basis harus dihancurkan
untuk melahirkan sebuah sistem sosial yang baru. Paham pemikiran Karl Marx mengenai basis dan bangunan atas kemudian dikembangkan menjadi teori kelas
dan perjuangan kelas. Bangunan atas dipengaruhi oleh kekuatan basis. Bangunan atas terdiri dari
faktor ide dan faktor pelaksana ide realisasikan ide. Namun yang paling penting dari kedua tersebut adalah faktor alat pelaksana idea tau alat realisasi ide, atau
negara, karena negara mempunyai birokrasi, tentara, dan penjara.
5. Kelas dan Perjuangan Kelas
Menurut Karl Marx sejarah perjuangan dan perkembangan masyarakat adalah sejarah perjuangan kelas. Teori kelas merupakan analisis Karl Marx dan
Friedirch Engles terhadap kapitalisme dan pada mulanya memfokuskan pada corak produksi. Analisis Marx tertuju pada inti ketidakadilan yang tersembunyi
dari hubungan masyarakat dalam sistem ekonomi kapitalisme di mana ia melihat
26
Dr.Darsono. SE. SF. MA. MM. Karl Marx Ekonomi Politik dan Aksi Revolusi.Diadit Media, Jakarta 2007, Hal.76
Universitas Sumatera Utara
25
hubungan tersebut bersifat eksploitatif, Sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh pemikir sosial lainnya. Masyarakat di mana-mana terbagi menjadi klas penghisap
dan terhisap. Sementara itu, kelas penghisap karena kepemilikan monopolinya atas alat produksi, mereka mendapat bagian terbesar dari barang yang diproduksi
dalam masyarakat untuk keuntungannya sendiri sekalipun tidak bekerja. Sementara, ada kelas yang terhisap yang hanya memiliki tidak memiliki sama
sekali, sekalipun mereka yang bekerja untuk memproduksi barang akan tetapi mereka hanya mendapat bagian yang sangat kecil bahkan tidak cukup untuk
bertahan hidup. Perjuangan klas lahir dari pertentangan kepentingan klas-klas dalam masyarakat secara keseluruhan. Ini adalah pertarungan antara klas yang
mengeruk keuntungan dan karenanya mempertahankan hubungan produksi yang lama dengan klas yang berusaha menghancurkan hubungan produksi yang lama
dan menggantikannya dengan yang baru. Perjuangan antara klas penghisap dan klas terhisap terpusat pada penghilangan tipe penghisapan tertentu dalam sebuah
sistem kemasyarakatan. Dan karena penghisapan itu berasal dari sebuah tipe tertentu dari monopoli atas alat produksi, maka perjuangan klas berlangsung di
seputar pihak-pihak yang mempertahankan dan menentang monopoli tersebut.
6. Negara dan Revolusi
Negara dan revolusi adalah pengembangan Karl Marx oleh Lenin. Marx memiliki konsep pemikirannya, Lenin yang mempraktekkannya. Negara dan
revolusi bagaiakan dua sisi pada satu keeping mata uang. Negara lahir karena adanya revolusi, dan revolusi lahir karena adanya negara yang menghisap dan
menindas rakyatnya. Revolusi borjuis lahir karena negara feudal menindas rakyatnya, sementara revolusi sosialis lahir karena negara borjuis menindas
rakyatnya. Revolusi kemerdekaan lahir karena negara colonial menindas rakyat yang dijajah.
a. Negara
Negara adalah bangunan atas masyarakat. Negara merupakan suatu organisasi yang menguasai masyarakat. Menurut Marx, negara adalah organ
kekuasaan kelas, organ penindasan dari satu kelas terhadap kelas yang lain, ia
Universitas Sumatera Utara
26
adalah ciptaan tata tertib yang melegalkan dan mengekalkan penindasan ini dengan memoderasikan bentrokan antar kelas.
27
b. Revolusi