Pengaruh Ketersediaan Tenaga Penolong Persalinan terhadap Pemilihan Penolong Persalinan

5.3.4 Pengaruh Ketersediaan Tenaga Penolong Persalinan terhadap Pemilihan Penolong Persalinan

Hasil analisis bivariat dengan uji statistik chi -square menunjukkan ibu yang menyatakan ketersediaan tenaga penolong persalinan cukup 86,8 memilih bidan sebagai penolong persalinan, sedangkan ibu yang menyatakan ketersediaan tenaga penolong persalinan tidak cukup hanya 30,0 memilih bidan sebagai penolong persalinan.Hasil uji regresi logistik berganda membuktikan bahwa ada pengaruh yang bermakna ketersediaan tenaga penolong persalinan terhadap pemilihan penolong persalinan dengankoefisien regresi = 1,839 dan nilai p=0,001. Berpengaruhnya ketersediaan tenaga penolong persalinan tersebut diatas disebabkan karena ibu yang menyatakan ketersediaan tenaga penolong persalinan cukup lebih banyak yang memilih bidan sebagai penolong persalinan dibandingkan ibu yang menyatakan ketersediaan tenaga penolong persalinan tidak cukup. Keadaan ini dapat dijelaskan bahwa di kecamatan Bandar Pulau terdapat 10 desa dan 11 orang bidan desa termasuk bidan Puskesmas sehingga setiap desa telah tersedia bidan dengan peralatan yang siap memberikan pelayanan persalinan kepada masyarakat . Berarti di kecamatan Bandar Pulau ketersediaan tenaga penolong persalinan sudah sesuai dengan standar nasional, tapi masih ada ibu yang menyatakan tidak cukup ketersediaan tenaga penolong persalinan. Hal ini merupakan hambatan bagi bidan dalam menjalankan tugasnya. Alasan ibu menyatakan ketersediaan tenaga penolong tidak cukup karena usia bidan desa yang relatif muda 19-21 tahun yang secara psikologis belum matang yang terkadang dianggap kurang mampu oleh Universitas Sumatera Utara masyarakat sehingga masyarakat tidak mengakui keberadaan bidan didesa mereka adalah sebagai penolong persalinan. Selain itu citra bidan di desa dianggap komersial karena tarif bidan lebih tinggi dan datang ke rumah ibu bila di panggil, dengan cara pendekatan hanya sesaat. Ini merupakan kendala yang cukup besar terhadap pemanfaatan bidan sebagai penolong sebagai penolong persalinan. Permasalahan lain bidan dalam menjalankan tugasnya belum sesuai dengan standar kebidanan sehingga kompetensinya dalam memberikan asuhan pada ibu dan bayi masih rendah kualitasnya yang membuat masyarakat masih mempercayai dukun sebagai penolong persalinan. Keberadaan bidan ditempat tugasnya juga masih menjadi kendala, karena masih ada bidan yang tidak bertempat tinggal di desa tempat tugasnya. Penelitian ini tidak sependapat dengan penelitian Mira 2009 yang menyimpulkan tidak ada pengaruh yang bermakna dari keberadaan tenaga kesehatan terhadap pemilihan penolong persalinan, hasil analisis bivariat menunjukkan 47,4 ibu menyatakan petugas kesehatan sulit ditemui saat membutuhkan layanan persalinan namun mereka tetap memilih tenaga profesional sebagai penolong persalinannya.

5.3.5 Pengaruh Lokasi Sarana Pertolongan Persalinan terhadap Pemilihan Penolong Persalinan