3. Pelbagai altenatif untuk memecahkan masalah tersebut diteliti secara saksama.
4. Akibat-akibat biaya dan manfaat yang ditmbulkan oleh setiap altenatif yang
dipilih diteliti. 5.
Setiap alternatif dan masing-masing akibat yang menyertainya, dapat diperbandingkan dengan alternatif-altenatif lainnya.
6. Pembuat keputusan akan memilih alternatif’ dan akibat-akibatnya’ yang dapat
memaksimasi tercapainya tujuan, nilai atau sasaran yang telah digariskan. Teori rasional komprehensif banyak mendapatkan kritik dan kritik yang
paling tajam berasal dari seorang ahli Ekonomi dan Matematika Charles Lindblom. Lindblom secara tegas menyatakan bahwa para pembuat keputusan itu sebenarya
tidaklah berhadapan dengan masalah-masalah yang konkrit dan terumuskan dengan jelas.
Teori rasional komprehensif ini menuntut hal-hal yang tidak rasional dalam diri pengambil keputusan. Asumsinya adalah seorang pengambil keputusan memiliki
cukup informasi mengenai berbagai alternatif sehingga mampu meramalkan secara tepat akibat-akibat dari pilihan alternatif yang ada, serta memperhitungkan asas biaya
manfaatnya.dan mempertimbangkan banyak masalah yang saling berkaitan.
2.5.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengambilan Keputusan dalam Pemilihan Penolong Persalinan
Pemilihan penolong persalinan bukanlah suatu proses yang sederhana. Ada banyak faktor yang berkontribusi dalam proses pengambilan keputusan tersebut, hal
Universitas Sumatera Utara
ini terjadi pada perempuan yang baru pertama kali hamil ataupun ibu primipara yang baru saja melahirkan. Faktor - faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Keyakinan dan Kepatuhan Mengikuti Adat Keyakinan dan kepatuhan mengikuti adat istiadat selama masa kehamilan,
persalinan, dan nifas mempengaruhi perempuan dalam memilih penolong. Dimasyarakat, selain dipercaya memiliki kemampuan untuk memeriksa dipercaya
memiliki pengetahuan sering diminta untuk memimpin upacara-upacara selamatan seperti empat bulanan dan tujuh bulanan. Hal ini berbeda dengan bidan. Asumsi di
masyarakat, bidan adalah hanya memiliki keahlian dalam memeriksakan kehamilan, persalinan dan nifas, tetapi mereka tidak memiliki pengetahuan tentang
adat istiadat mengenai larangan selama kehamilan, persalinan dan nifas. Oleh karena itu perempuan yang masih taat dan patuh mengikuti adat istiadat akan lebih
memilih dukun dari pada bidan atau kalau pun mereka memilih memeriksakan kehamilannya ke bidan mereka juga akan meminta dukun untuk memimpin
upacara tujuh bulanan dan sebagainya atau meminta saran dan dukun berkaitan dengan keharusan dan pantangan selama masa kehamilan, persalinan, dan nifas
Juariah, 2009. 2. Akses terhadap Informasi Kesehatan
Informasi tentang kehamilan, persalinan, dan nifas memiliki pengaruh penting terhadap perempuan dalam memilih penolong. Dari informasi yang diterima,
mereka dapat memahami komplikasi yang dapat muncul selama periode tersebut. Sehingga mereka akan lebih berhati-hati untuk memilih penolong. Perempuan yang
Universitas Sumatera Utara
tidak memiliki informasi kesehatan lebih cenderung untuk memilih dukun dibandingkan dengan perempuan yang memiliki akses terhadap informasi
kesehatan. Akses tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan yang diberikan oleh tenaga kesehatan, buku-buku atau majalah kesehatan, dan lain-lain Juariah, 2009.
3. Persepsi tentang Jarak Jarak dapat menjadi faktor yang mempengaruhi seorang perempuan dalam memilih
penolong selama masa kehamilan, persalinan dan nifas. Perempuan yang memilih dukun beralasan pertama karena dukun tinggal dekat dengan rumah mereka. Jadi
walaupun di kampung yang sama ada bidan, mereka tetap memilih dukun sebagai penolong. Sebaliknya, perempuan yang memilih bidan juga beralasan karena
mereka sudah familiar dengan bidan tersebut karena sejak hamil mereka sudah memeriksakan kehamilannya ke bidan Juariah, 2009.
4. Dukungan Suami dan Keluarga Suami dam keluarga memiliki peranan penting dalam memilih penolong selama
kehamilan, persalinan dan nifas. Hal ini terutama terjadi pada perempuan yang relatife muda usianya sehingga kemampuan mengambil keputusan secara mandiri
masih rendah. Mereka berpendapat bahwa pilihan orang yang lebih tua adalah yang terbaik karena orang tua lebih berpengalaman daripada mereka. Selain itu, kalau
mereka mengikuti saran orang tua, jika terjadi sesuatu yang buruk, maka seluruh keluarga dan terutama orang tua akan ikut bertanggung jawab. Oleh karena itu
ketika orang tua menyarankan memilih dukun, mereka akan memilih dukun
Universitas Sumatera Utara
ataupun sebaliknya. Hal ini agak berbeda dengan perempuan yang lebih dewasa usianya.
2.6 Landasan Teori
Andersen merupakan salah satu ahli yang ikut mengembangkan teori tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan, teori ini biasa disebut “Andersen’s Behavioral
model of Health Service Utilization” dan sering dianut oleh banyak orang. Teori darinya ini dibuat pada tahun 1968 tetapi sampai sekarang banyak dirujukan karena
masih relevan. Menurut Andersen keputusan untuk menggunakan pelayanan kesehatan itu
ada tiga komponen yaitu: predisposisi pemungkin, enabling pendukung, dan need. Komponen predisposisi terdiri dari tiga unsur yaitu: demografi usia, jenis kelamin,
status perkawinan dan jumlah anggota keluarga, struktur sosial jenis pekerjaan, status sosial, pendidikan, ras, dan kesukuan, dan kepercayaan kesehatan. Komponen
enabling pendukung mempunyai dua unsur: sumber daya keluarga penghasilan keluarga, kemampuan membeli jasa pelayanan dan keikutsertaan dalam asuransi
kesehatan, dan sumber daya masyarakat jumlah sarana pelayanan kesehatan, jumlah tenaga kesehatan, rasio penduduk dan tenaga kesehatan, lokasi sarana kesehatan.
Komponen need, merupakan komponen yang paling langsung berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan. Komponen ini diukur dengan laporan tentang berbagai
simptom, fungsi-fungsi yang terganggu, dan persepsi terhadap status kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
Berkaitan dengan pemilihan penolong persalinan, faktor yang menjadi determinan adalah ditinjau dari beberapa faktor sebagaimana teori Anderson pada
skema di bawah ini.
Gambar 2.1 Landasan Teori
Sumber : Anderson dalam Notoatmodjo 2005
Predisposing Enabling
Need
Demografic Age, Sex
Social Structure
Etnicity, Education,
Occupation of Head Family
Health Belief
Family Resources
Income, Health
Assurance
Community Resources
Health Facility and
Personal
Perceived Symptoms
Diagnose
Evaluated Clinical
Diagnose Health
Services
Universitas Sumatera Utara
2.7 Kerangka Konsep Variabel Independen Variabel Dependen