Pengaruh Arus Kas Operasi, Arus Kas Bebas, Rasio Leverage dan Rasio Profitabilitas terhadap Kebijakan Dividen

(1)

PENGARUH ARUS KAS OPERASI, ARUS KAS BEBAS, RASIO LEVERAGE, DAN RASIO PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN

DIVIDEN

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur dengan Sub Sektor Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010 – 2014)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Gusap Mediatanto

NIM 1110081000111

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

ii

PENGARUH ARUS KAS OPERASI, ARUS KAS BEBAS, RASIO LEVERAGE, DAN RASIO PROFITABILITAS TERHADAP

KEBIJAKAN DIVIDEN

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur dengan Sub Sektor Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010 – 2014)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh: Gusap Mediatanto NIM 1110081000111

Dibawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Herni Ali HT, SE, MM Taridi Kasbi Ridho, MBA NIDN. 0422125902

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Kamis, 12 Februari 2015 telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa :

1. Nama : Gusap Mediatanto 2. NIM : 1110081000111 3. Jurusan : Manajemen

4. Judul Skripsi : “PENGARUH ARUS KAS OPERASI, ARUS

KAS BEBAS, RASIO LEVERAGE DAN RASIO PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(4)

(5)

(6)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Gusap Mediatanto

Jenis Kelamin : Laki-laki

TTL : Bogor, 17 Agustus 1992

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Jl. Pangkalan Jati II Gang mangga No.56 Rt 005/02 Kecamatan Cinere, Depok

No Telepon : 082213284133

Email : gusap170892@gmail.com

Pendidikan Formal

1998 – 2004 : SD Negeri 03 Pondok Labu 2004 – 2007 : SMP Negeri 85 Jakarta 2007 – 2010 : SMK Negeri 20 Jakarta

2010 – 2015 : Program Sarjana (S1) Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta


(7)

vii ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh arus kas operasi, arus kas bebas, rasio leverage, dan rasio profitabilitas terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur sector otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sector otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014. Teknik sampel yang di gunakan adalah metode purposive sampling. Dengan menggunakan metode purposive sampling diperoleh sebanyak 8 perusahaan yang dijadikan sampel dari total 12 perusahaan. Metode pengolahan data yang digunakan adalah uji asumsi klasik, analisis regresi berganda, uji t, uji f, dan uji koefisien determinasi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa variable arus kas operasi (0,015), arus kas bebas (0,007), dan rasio leverage (0,017) memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen. Sedangkan untuk rasio profitabilitas (0,560) tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen. Hasil uji F (0,005) menunjukkan bahwa variabel - variabel yang digunakan dalam penelitian secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen. Dari hasil uji koefisien determinasi diperoleh nilai 33,5%.

Kata kunci :Kebijakan dividen, arus kas operasi, arus kas bebas, rasio leverage, rasio profitabilitas.


(8)

viii ABSTRACT

This study aimed to examine the effect of operating cash flow, free cash flow, leverage ratio, and profitability ratio of the dividend policy at the company of Automotive Sector Manufacturing listed in Indonesia Stock Exchange (BEI).The population in this study is the Company of Automotive Sector Manufacturing listed in Indonesia Stock Exchange (BEI) 2010-2014. Sampling technique used purposive sampling method The writer was obtained by 8 companies from 12 companies as sampling. Data processing method used the classic assumption test, multiple regression analysis, t-test, f, and coefficient determination test.The results showed that the variable operating cash flow (0,015), free cash flow (0,007), and the leverage ratio (0.017) have effect on dividend policy. As for the profitability ratio (0.560) doesn’t have effect on dividend policy. Test results F (0,005) showed that the variables used in the study simultaneously have effect on the dependent variable. From the coefficient test obtained the value is 33.5%.

Keywords: dividend policy, operating cash flow, free cash flow, leverage ratios, profitability ratios.


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

PENGARUH ARUS KAS OPERASI, ARUS KAS BEBAS, RASIO

LEVERAGE, DAN RASIO PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DENGAN SUB

SEKTOR OTOMOTIF 2010 - 2014 ” dengan baik dan lancar. Shalawat dan

salam semoga selalu tercurah pada baginda alam dan junjungan Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya.

Dalam penyelesaian skripsi ini tentunya penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang tanpa lelah memberikan dorongan baik moril maupun materil. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr, M. Arief Mufraini, Lc., MA.

2. Ketua Jurusan Manajemen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si.

3. Sekretaris Jurusan Manajemen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ibu Ela Patriana, MM

4. Bapak Herni Ali HT, SE, MM dan Bapak Taridi Kasbi Ridho, MBA sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dalam mengerjakan skripsi disaat sibuk maupun santai. Semoga Allah Swt senantiasa memberikan kemudahan dan kesehatan bagi ibu.

5. Seluruh Dosen Jurusan Manajemen yang telah mengajarkan dan memberikan ilmunya kepada penulis selama kuliah. Semoga Allah membalas dengan segala kebaikan dan keberkahan.


(10)

x

6. Seluruh Pegawai Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah serta Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah melayani penulis dalam mencari bahan-bahan referensi untuk penelitian ini.

7. Kedua orang tua saya, Bapak Marpandi dan Ibu Darti Setyaningsih, atas segala bentuk pengorbanan dan dukungannya serta do’a yang tiada henti -hentinya. Semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan kepada orang tuaku.

8. Kakakku Ariyanti Amuningsih dan Adikku Bagus Mediatanto, serta saudara perempuanku Yunika yang telah memberikan semangatnya sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian ini.

9. Teman-temanku seperjuangan INTEL; Rio, Bito, Ipul, Ozan, Lukman, Dicky, Azul, Akim, Rino, Yayan, yang telah menemani penulis dalam suka dan duka selama kuliah, dan selalu memberikan semangat untuk penulis menyelesaikan skripsi.

10. Teman-teman seperjuangan Manajemen C 2010; Adi, Faisal, Anggit, Eko, Alip, Fahem, Arvan, Mutia, Resti, Dina, Kamal, Agus dan yang lainnya terima kasih atas kebersamaan selama kuliah.

11. Teman-teman seperjuangan Manajemen Keuangan 2010; Malo, Aswin, Ali, Deva, Rudi, Anne, Devi, Rona, dan yang lainnya, terima kasih atas ilmu dan kebersamaan selama kuliah.

Penulis juga mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang tak bisa penulis sebutkan satu per satu, yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Ungkapan kata memang takkan cukup untuk kebaikan kalian semua. Semoga Allah membalasnya dengan segala kebaikan dan pahala yang berlipat.

Penulis mengakui dan menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh pada kesempurnaan, baik dari segi isi, sususnan kalimat dan sistematika penulisannya. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan selanjutnya agar tidak terjadi


(11)

kesalahan-xi

kesalahan yang terdahulu. Segala kesempurnaan, penulis kembalikan kepada Allah SWT, mudah-mudahan Allah senantiasa memberkahi segala amal usaha kita.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang sekiranya jauh dari sempurna ini dapat memberikan sepercik manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Semoga kita semua senantiasa dipelihara dalam jalan lurus ridho Allah Swt dan di akhirat kelak mendapatkan tempat yang layak di sisi-Nya. Amin.

Jakarta, 28 Januari 2016


(12)

xii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ……….... . xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ………....…... 1

B. Rumusan Masalah ………... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………...………... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Kebijakan dividen ……….………... 9

B. Analisis rasio keuangan ....………... 13

C. Rasio leverage...………..…... 14

D. Rasio profitabilitas .…….………... 18

E. Arus kas operasi ……….………... 22

F. Arus kas bebas ………..………... 23

G. Dividend payout ratio .…….………... 25

H. Laporan keuangan ..……….………... 26


(13)

xiii

J. Penelitian terdahulu …….…….………..…... 33

K. Kerangka pemikiran ……..…….………..…... 42

L. Hipotesis ………..…... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 45

A. Jenis Data………...……... 45

B. Metode Pengumpulan Data ………..……... 46

C. Populasi dan Sampel ……….……... 46

1. Populasi ... 46

2. Sampel ... 46

D. Definisi Variabel Operasional …....………... 48

1. Variabel Dependen ... 48

2. Variabel Independen ... 49

E. Teknik Analisis ………... 52

1. Uji Asumsi Klasik ... 52

2. Pengujian Hipotesis ... 57

3. Analisis Regresi Berganda ... 59

BAB IV ANALISIS DAN BAHASAN ... 61

A. Gambaran umum objek penelitian ………... ... 61

B. Pengujian asumsi klasik ………... 69

1. Uji Normalitas ... 69

2. Uji Heterokedastisitas ... 71

3. Uji Multikolinieritas ... 73

4. Uji Autokorelasi ... 74

C. Pengujian Hipotesis dan Interprestasi ………... 75

1. Uji Secara Parsial ( Uji t ) ... 75

2. Uji Secara Simultan ( Uji f ) ... 81

3. Koefisien Determinasi ( R2 ) ... 82

D. Analisis Regresi Berganda ...………...….... 84


(14)

xiv

BAB V PENUTUP ... 90

A. Kesimpulan ………... 90

B. Saran ………... 92

C. Implikasi ………... 93

DAFTAR PUSTAKA ………...….. 94


(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ………...………….. 33

Tabel 3.1 Daftar Perusahaan yang dijadikan sampel ... 48

Tabel 3.2 Keputusan ada tidaknya autokorelasi ...………... 56

Tabel 4.1 Hasil Uji Kolmogorov Sumirnov .………... 70

Tabel 4.2 Hasil Uji Glejser ... 73

Tabel 4.3 Hasil Uji Multikoliniritas .………….……….….. 74

Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi .…………....……….…... 75

Tabel 4.5 Hasil Uji T ...…..………..……... 75

Tabel 4.6 Hasil Uji F ...………...………... 81

Tabel 4.7 Hasil Uji Determinasi ... 83


(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran……….. 43 Gambar 4.1 Uji Normalitas (Normal P-Plot) ………...…... 69 Gambar 4.2 Uji Heteroskedastisitas (Scatterplot ) ...………... 72


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data dividen payout ratio,arus kas operasi, arus kas bebas, rasio

leverage, dan rasio profitabilitas ………...… 98

Lampiran 2 Hasil Output SPSS 20 ……….. 100

Lampiran 3 Tabel t ... 103

Lampiran 4 Tabel f ... 105


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembagian dividen merupakan sebuah strategi yang dipergunakan oleh perusahaan agar harga saham perusahaan mengalami kenaikan. Karena, harga saham akan meningkat seiring kenaikan dividen. Artinya perusahaan cenderung meningkatkan pembayaran dividen, dengan harapan membaiknya nilai perusahaan dan dapat memaksimumkan harga saham di masa yang akan datang (Brigham & Houston, 2006).

Para pemegang saham umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil karena hal tersebut akan mengurangi ketidakpastian akan hasil yang diharapkan dari investasi yang mereka lakukan dan juga dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap perusahaan sehingga nilai saham juga dapat meningkat.

Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang (Sartono, 2008). Kebijakan dividen berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk menentukan berapa besarnya laba bersih yang akan dibagikan sebagai dividen dan berapa laba yang akan di investasikan kembali.


(19)

2 Isu kebijakan dividen sangat penting dicermati karena beberapa alasan. Pertama, perusahaan dapat menggunakan dividen sebagai alat untuk sinyal finansial bagi orang luar selain stabilitas dan prospek pertumbuhan perusahaan. Kedua, dividen memainkan peran penting dalam struktur modal perusahaan. Besar kecilnya dividen yang dibagikan tergantung pada kebijakan masing-masing perusahaan dan dilakukan berdasarkan pertimbangan berbagai faktor.

Untuk mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan dalam menetapkan kebijakan dividen, maka digunakanlah beberapa rasio keuangan untuk menganalisis kinerja keuangan perusahaan. Di dalam penelitian ini menggunakan 4 variabel bebas, yaitu rasio leverage dan rasio profitabilitas, arus kas operasi dan arus kas bebas.

Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba (Dewi Asttuti, 2004). Menurut M Hanafi (2007) menyebutkan bahwa rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dimasa yang akan datang dengan mengetahui tingat keuntungan perusahaan. Rasio profitabilitas sangat bermanfaat bagi kelangsungan perusahaan karena dapat membantu untuk mengetahui kontribusi keuntungan dalam jangka pendek atau jangka panjang. Maka dari itu, tinggi atau rendahnya jumlah laba yang dapat dihasilkan oleh suatu perusahaan ditentukan oleh kinerja perusahaan. Oleh karena itu, informasi mengenai laba yang menggambarkan kinerja suatu perusahaan dimungkinkan dapat berpengaruh terhadap kebijakan dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham (shareholder).


(20)

3 Rasio leverage (leverage ratio) digunakan untuk mengukur sejauh mana tingkat perusahaan dibiayai oleh hutang. Istilah leverage biasanya dipergunakan untuk menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menggunakan aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap (fixed cost assets or funds) untuk memperbesar tingkat penghasilan (return) bagi pemilik perusahaan (Syamsuddin, 2007). Kebijakan utang sangat sensitif terhadap perubahan nilai perusahaan. Semakin tinggi proporsi utang maka semakin tinggi harga saham, namun pada titik tertentu peningkatan utang akan menurunkan nilai perusahaan karena manfaat yang diperoleh dari penggunaan utang lebih kecil daripada biaya yang ditimbulkannya.

Rasio leverage ini menggambarkan kondisi hutang suatu perusaahaan. Apabila suatu perusahaan memiliki hutang yang melebihi dari harta yang dimiliki perusahaan itu sendiri, maka kondisi ini diduga akan menyebabkan rendahnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham (shareholder).

Arus kas dari kegiatan operasi (cash flow from operating activities) adalah arus kas yang berasal dari transaksi yang memengaruhi laba bersih. Contohnya transaksi yang mencakup pembelian dan penjualan barang (Revee, et al., 2010).

Arus kas operasi dapat memberikan gambaran yang lebih baik tentang kinerja suatu perusahaan didalam memenuhi komitmennya dalam jangka waktu yang singkat kepada para kreditor, pelanggan, karyawan termasuk kepada para


(21)

4 pemegang saham (investor), ketika perusahaan melaporkan beban-beban non kas yang besar, seperti penghapusan, penyusutan, dan penyisihan untuk kewajiban di masa yang akan datang. Oleh karena itu arus kas operasi diduga dapat mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan.

Rosdini (2009) menyebutkan bahwa porsi kas yang benar-benar tersedia bagi para pemegang saham akan tergambar pada arus kas bebas. Semakin besar aliran kas bebas yang tersedia maka dividen yang akan dibagikan juga akan semakin besar. Dengan kata lain, arus kas bebas mencerminkan dana yang tersedia bagi seluruh investor. Sehingga arus kas bebas diduga dapat mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hammad Hassan Mirza and Talat Afza (2014) mengatakan bahwa arus kas operasi memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan dividen yang diproksikan dengan dividend payout ratio (DPR). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Imelda Christi dan Inung Wijayanti (2013), yang mengatakan bahwa laba bersih dan arus kas operasi memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan dividen.

Alasan pemilihan sektor otomotif adalah karena permintaan terhadap kendaraan seperti mobil dan motor terus mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Selain itu, ketua Gabungan Industri Kendaraan Indonesia (Gaikindo), Sudirman MR, kamis 18 september 2014, menyatakan pertumbuhan industri otomotif nasional mengalami kemajuan yang dapat dibanggakan. Menurut


(22)

5 Sudirman, dengan kehadiran produk mobil ramah lingkungan atau Low Cost Green Car (LCGC) langsung mendapat perhatian dan diprediksi dapat meningkatkan jumlah penjualan mobil secara nasional.

Berdasarkan catatan Gaikindo, penjualan kendaraan di Indonesia selama 2010-2013 terjadi tren meningkat. Pada tahun 2010 total penjualan menjadi 764.000, dan terus naik pada tahun 2011 ke angka 894.000 atau meningkat 19%. Kemudian, pada 2012 menyentuh angka 1,16 juta atau naik 24%. Hingga 2013 angkanya semakin tinggi hingga mencapai 1,29 juta unit atau naik 10,2%.

Setelah melihat latar belakang tersebut peneliti ingin membuat suatu

penelitian dengan judul “PENGARUH ARUS KAS OPERASI, ARUS KAS

BEBAS, RASIO LEVERAGE, DAN RASIO PROFITABILITAS

TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR DENGAN SUB SEKTOR OTOMOTIF 2010 - 2014B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :

1. Apakah arus kas operasi secara parsial berpengaruh terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur sub sektor otomotif yang terdaftar di BEI.

2. Apakah arus kas bebas secara parsial berpengaruh terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur sub sektor otomotif yang terdaftar di BEI.


(23)

6 3. Apakah rasio leverage secara parsial berpengaruh terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur sub sektor otomotif yang terdaftar di BEI.

4. Apakah rasio profitabilitas secara parsial berpengaruh terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur sub sektor otomotif yang terdaftar di BEI.

5. Apakah arus kas operasi, arus kas bebas, rasio leverage, dan rasio profitabilitas secara simultan berpengaruh terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur sub sektor otomotif yang terdaftar di BEI.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang sudah dijelaskan di dalam penelitian, maka tujuan dari penelitian ini, yaitu :

a. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh arus kas operasi secara parsial terhadap kebijakan dividen pada perusahaan sektor otomotif. b. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh arus kas bebas secara parsial

terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur sub sektor otomotif.

c. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh rasio leverage secara parsial terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur sub sektor otomotif.


(24)

7 d. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh rasio profitabilitas secara parsial terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur sub sektor otomotif.

e. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh arus kas operasi, arus kas bebas, rasio leverage, dan rasio profitabilitas secara simultan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur sub sektor otomotif.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis

1. Bagi mahasiswa lain, diharapkan dapat menambah wawasan mengenai pengaruh arus kas operasi, arus kas bebas, rasio leverage, dan rasio profitabilitas terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur dengan sub sektor otomotif yang terdaftar di BEI.

2. Bagi peneliti lain, diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai pengaruh arus kas operasi, arus kas bebas, rasio leverage, dan rasio profitabilitas terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur dengan sub sektor otomotif yang terdaftar di BEI.

b. Manfaat praktis 1. Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dalam penetapan kebijakan dividen bagi suatu perusahaan. Dan dalam


(25)

8 menentukan kebijakan pemilihan sumber-sumber dana untuk pembiayaan operasi perusahaan.

2. Bagi investor

Sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan investasi pada peruusahaan, dalam menginvestasikan dananya dengan melihat kebijakan dividen perusahaan tersebut.


(26)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen adalah kebijakan yang menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham, pada dasarnya laba tersebut bisa dibagi sebagai dividen atau ditahan untuk diinvestasikan kembali (Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, 2006). Sementara menurut Hanafi (2004) “Dividen merupakan kompensasi yang diterima oleh pemegang saham, disamping capital gain”.

Adapun pengertian lainnya, Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang (Sartono, 2008).

Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividen adalah suatu bentuk keputusan untuk menentukan penempatan laba, yaitu apakah membayar kepada pemegang saham atau sebagai investasi dalam perusahaan. Kebijakan dividen harus diikuti dengan pertimbangan adanya kesempatan invesatasi kembali (reinvestment), ada 2 asumsi yang mendasari kebijakan deviden (Bodie, at all, 2010) :

1) Kebijakan dividen pada perusahaan yang tidak sedang tumbuh (A Low Investment Rate Plane) pada perusahaan-perusahaan kategori mampu


(27)

10 membayarkan dividen yang lebih tinggi pada awal periode tetapi pertumbuhan dividen pada tahun-tahun berikutnya menjadi lebih rendah. 2) Kebijakan dividen dalam perusahaan yang sedang tumbuh (A High

Reinvestment Rate Plan). Perusahaan yang sedang tumbuh akan memberikan dividen relatif rendah pada awalnya. Hal ini berkaitan dengan adanya rencana reinvestasi dari sebagian laba yang diperolehnya

Dalam pembayaran dividen, perusahaan dapat menggunakan bentuk bentuk tertentu pembayaran dividen. Baridwan (2004) menyatakan dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham dapat berbentuk:

1. Dividen yang berbentuk uang

Pembagian dividen yang paling sering dilakukan adalah dalam bentuk uang. Para pemegang saham akan menerima dividen sebesar tarif per lembar dikalikan jumlah lembar yang dimiliki.

2. Dividen yang berbentuk aktiva (selain kas dan saham sendiri)

Dividen yang dibagikan kadang-kadang tidak berbentuk uang tunai, tetapi berupa aktiva seperti saham perusahaan lain atau barang-barang hasil produksi perusahaan yang membagikan dividen tersebut. Pemegang saham yang menerima dividen seperti ini mencatat dalam bukunya dengan jumlah sebesar harga pasar yang diterimanya.

3. Dividen saham (stock dividend)

Penerimaan dividen dalam bentuk saham dari perusahaan yang membagi saham disebut dividen saham. Saham yang diterima berbentuk saham yang


(28)

11 sama dengan yang dimiliki atau saham jenis yang lain.

Adapun tujuan dari pembagian dividen (Andinata, 2010) adalah sebagai berikut:

1. Untuk memaksimumkan kemakmuran bagi para pemegang saham, karena tingginya dividen yang dibayarkan akan mempengaruhi harga saham. 2. Untuk menunjukkan likuiditas perusahaan. Dengan dibayarkannya

dividen, diharapkan kinerja perusahaan dimata investor bagus dan dapat diakui bahwa perusahaan mampu menghadapi gejolak ekonomi dan mampu memberikan hasil kepada investor.

3. Sebagian investor memandang bahwa risiko dividen adalah lebih rendah dibanding risiko capital gain.

4. Untuk memenuhi kebutuhan para pemegang saham akan pendapatan tetap yang digunakan untuk keperluan konsumsi.

5. Dividen dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara manajer dan pemegang saham.

Menurut Van Horne dan M. Machowicz (2007), ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan antara lain:

1. Aturan-aturan hukum; berkaitan dengan penurunan nilai modal, insolvensi (Kebangkrutan), dan penahanan laba yang tidak dibenarkan.

2. Kebutuhan pendanaan perusahaan.

Begitu batasan hukum untuk kebijakan dividen perusahaan telah ditentukan, langkah berikutnya melibatkan penilaian kebutuhan


(29)

12 pendanaan perusahaan. Dalam hal ini, anggaran kas, laporan sumber dan penggunaan dana yang diproyeksikan, serta perkiraan laporan arus kas akan digunakan. Intinya adalah menentukan arus kas dan posisi kas perusahaan yang akan terjadi di tengah ketiadaan perubahan kebijakan dividen.

3. Likuiditas

Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak keputusan dividen. Karena dividen menunjukkan arus kas keluar, semakin besar posisi kas dan keseluruhan likuiditas perusahaan, maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

4. Kemampuan untuk meminjam

Kemampuan untuk meminjam ini bisa dalam bentuk batas kredit atau perjanjian kredit bergulir dari suatu bank, atau hanya berupa kesediaan informal dari suatu lembaga keuangan untuk memberikan kredit. Semakin besar kemampuan perusahaan untuk meminjam, maka akan semakin besar fleksibilitasnya untuk meminjam, dan semakin besar pula kemampuannya untuk membayar dividen tunai.

5. Batasan-batasan dalam kontrak utang

Syarat perjanjian utang (covenant) sebagai pelindung dalam kesepakatan obligasi atau perjanjian pinjaman sering kali meliputi batasan untuk pembayaran dividen. Batasan tersebut ditentukan oleh pihak pemberi pinjaman untuk menjaga kemampuan perusahaan membayar utang. Biasanya syarat perjanjian utang dinyatakan sebagai presentase maksimum


(30)

13 laba ditahan kumulatif (yang diinvestasikan kembali) dalam perusahaan. Ketika larangan semacam ini diberlakukan, maka secara alami akan mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan. Kadangkala pihak manajemen perusahaan menyambut baik larangan dividen yang dibebankan oleh pemberi pinjaman, karena pihak manajemen tidak perlu lagi menjustifikasi penahanan laba kepada para pemegang sahamnya. Perusahaan hanya perlu menunjukkan batasan tersebut.

6. Pengendalian

B. Analisis Rasio Keuangan

Rasio sendiri menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim dalam buku pengantar manajemen keuangan (Irham Fahmi, 2013) merupakan hubungan antara satu jumlah dengan jumlah lainnnya. Atau secara sederhana rasio (ratio) disebut sebagai perbandingan jumlah, dari satu jumlah dengan jumlah lainnya itulah dilihat perbandingannya dengan harapan nantinya akan ditemukan jawaban yang selanjutnya itu dijadikan bahan kajian untuk dianalisis.

Sementara rasio keuangan (financial ratio) adalah suatu kajian yang melihat perbandingan antara jumlah-jumlah yang terdapat pada laporan keuangan dengan mempergunakan formula-formula yang dianggap representatif untuk diterapkan. Rasio keuangan (financial ratio) ini sangat penting gunanya untuk melakukan analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan.


(31)

14 Analisis laporan keuangan sendiri dimulai dengan laporan keuangan dasar yaitu neraca (balance sheet), laporan laba-rugi (income statement), laporan arus kas (cash flow statement). Perhitungan rasio keuangan akan menjadi lebih jelas jika dihubungkan antara lain dengan menggunakan pola historis perusahaan tersebut, yang dilihat perhitungan pada sejumlah tahun guna menentukan apakah perusahaan membaik atau memburuk, atau melakukan perbandingan dengan perusahaan lain dalam satu industri.

Adapun manfaat yang bisa diambil dengan dipergunakannya rasio keuangan, yaitu :

1. Sebagai alat dalam menilai kinerja dan prestasi perusahaan.

2. Sebagai bahan rujukan untuk membuat perencanaan bagi pihak manajemen.

3. Sebagai alat untuk mengevaluasi kondisi suatu perusahaan dari perspektif keuangan.

4. Dapat digunakan untuk memperkirakan potensi risiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian pokok pinjaman.

5. Dijadikan sebagai penilaian bagi pihak stakeholder organisasi.

C. Leverage Ratio (Rasio Leverage)

Arti leverage secara harfiah (literal) adalah pengungkit. Leverage bisa digunakan untuk meningkatkan tingkat keuntungan yang diharapkan (Hanafi, 2007). Leverage keuangan adalah suatu ukuran yang menunjukkan sampai


(32)

15 sejauh mana hutang dan saham preferen digunakan dalam struktur modal perusahaan. Leverage perusahaan akan mempengaruhi EPS (Earning Per Share), tingkat risiko dan harga saham. Menurut Munawir (2004) Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor.

Nilai perusahaan yang tidak mempunyai hutang untuk pertama kali akan naik pada saat kebutuhan akan tambahan modal dipenuhi oleh hutang dan nilai tersebut kemudian akan mencapai puncaknya dan akhirnya nilai itu akan menurun setelah penggunaan hutang berlebihan.

Menurut Modigliani & Miller (dalam Anggraeni Puspitasari dan Linda Purnamasari 2013 ) berpendapat bahwa bila ada pajak penghasilan perusahaan maka penggunaan utang akan meningkatkan nilai perusahaan karena biaya bunga hutang adalah biaya yang mengurangi pembayaran pajak. Namun demikian penggunaan hutang yang terlalu tinggi akan menghadapi biaya kebangkrutan dan biaya agensi (agency costs) yang tinggi. Biaya keagenan (agency costs) yaitu biaya yang timbul karena perusahaan menggunakan hutang dan melibatkan hubungan antara pemilik perusahaan (pemegang saham) dan kreditor.

Kebijakan hutang bisa digunakan untuk menciptakan nilai perusahaan yang diinginkan, namun kebijakan hutang juga tergantung dari ukuran perusahaan. Artinya perusahaan yang besar relatif lebih mudah untuk akses ke


(33)

16 pasar modal. Kemudahan ini mengindikasikan bahwa perusahaan besar relatif mudah memenuhi sumber dana dari hutang melalui pasar modal.

Rasio leverage (leverage ratio) digunakan untuk mengukur sejauh mana tingkat perusahaan dibiayai oleh hutang. Istilah leverage biasanya dipergunakan untuk menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menggunakan aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap (fixed cost assets or funds) untuk memperbesar tingkat penghasilan (return) bagi pemilik perusahaan (Syamsuddin, 2007).

Leverage merupakan hasil dari pada penggunaaan dana biaya tetap untuk meningkat pemegang saham dan memungkinkan perusahaan untuk menspesifikasikan pengaruh suatu perubahan dalam volume penjualan atas saham biasa dan juga memungkinkan perusahaan untuk menunjukkan hubungan satu sama lain antara leverage operasi dan leverage keuangan (Ridwan. S dan Inge. B 2001).

Suatu perusahaan pasti membutuhkan dana didalam menjalankan aktivitas usahanya. Dana tersebut dapat berasal dari pemilik perusahaan, pemegang saham, maupun berupa dana pinjaman atau hutang. Keputusan dalam hal pendanaan perlu diperhatikan oleh setiap perusahaan agar penggunaan dana tersebut dapat menghasilkan profit yang di harapkan. Penggunaan hutang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam kategori extreme leverage (hutang ekstrim) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat hutang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban hutang tersebut.


(34)

17 Didalam buku pengantar manajemen keuangan (Irham Fahmi, 2013) rasio leverage secara umum ada 8 (delapan), yaitu :

1. Debt to Total Assets atau Debt Ratio

Rasio ini disebut juga sebagai rasio yang melihat perbandingan hutang perusahaan, yaitu diperoleh dari perbandingan total hutang dibagi dengan total asset.

2. Debt to Equity Ratio

Joel G. Siegel dan Jae K. Shim mendefinisikan debt to equity ratio (DER) sebagai “Ukuran yang dipakai dalam menganalisis laporan keuangan untuk memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia untuk kreditor”.

3. Times Interest Earned

4. Cash Flow Coverage

5. Long-Term Debt to Total Capitalization

Long-term debt merupakan sumber dana pinjaman yang bersumber dari hutang jangka panjang. Long-term debt to total capitalization disebut juga dengan hutang jangka panjang/total kapitalisasi.

6. Fixed Charge Coverage

Fixed Charge Coverage disebut juga dengan rasio menutup beban tetap. Rasio menutup beban tetap adalah ukuran yang lebih luas dari kemampuan perusahaan untuk menutup beban tetap dibandingkan dengan rasio kelipatan pembayaran bunga.

7. Cash Flow Adequacy


(35)

18 Semakin tinggi rasio ini, maka semakin besar risiko yang dihadapi, dan investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Rasio yang tinggi juga menunjukkan proporsi modal sendiri yang rendah untuk membiayai aktiva. Selain itu kreditur juga mengasumsikan terdapat risiko yang besar dari perusahaan sehingga kreditur dapat saja memberikan bunga yang cukup besar, sehingga kemampuan perusahaan untuk mendapatkan uang dari sumber sumber luar terbatas.

D. Rasio Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba (Dewi Asttuti, 2004). Menurut Hery (2009), laba adalah suatu jumlah di mana perusahaan dapat mengembalikan ke investornya dan masih menyisakan untuk perusahaan pada akhir periode untuk dibawa ke periode berikutnya. Laba diukur sebagai selisih antara arus masuk sumber daya (pendapatan dan keuntungan) dan arus keluar (beban dan kerugian) selama periode waktu tertentu.

Menurut Stice, et al. (2009) laba merupakan indikator yang baik tentang kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas di masa yang akan datang. Oleh karena itu, informasi laba yang menggambarkan kinerja perusahaan serta kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas di masa yang akan datang dimungkinkan dapat berpengaruh terhadap kebijakan perusahaan mengenai dividen yang akan diberikan kepada para pemegang saham.


(36)

19 Sedangkan Brigham & Houston (2006) mengatakan bahwa “Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan. Rasio profitabilitas terdiri atas dua jenis yaitu, rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan (margin laba kotor dan margin laba bersih), dan profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi yaitu return on asset (ROA) return on equity (ROE).

Menurut Mamduh M Hanafi (2007) menyebutkan bahwa rasio profitabilitas merupakan rasio yang melakukan analisis dengan mengukur kemampun perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dimasa yang akan datang dengan mengetahui tingat keuntungan perusahaan. Rasio profitabilitas sangat bermanfaat bagi kelangsungan perusahaan karena dapat membantu perusahaan untuk mengetahui kontribusi keuntungan perusahaan dalam jangka pendek atau jangka panjang

Tujuan profitabilitas berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang memuaskan sehingga pemodal dan pemegang saham akan meneruskan untuk menyediakan modal bagi perusahaan. Seorang investor akan lebih menekankan referensi pada return yang akan didapat dari investasi yang ditanamkan. Jika Investor mengharapkan untuk mendapatkan tingkat kembalian (return) baik berupa dividen maupun capital gain (Andinata, 2010).

Rasio profitabilitas (profitability ratio) akan menunjukkan kombinasi efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan hutang pada hasil-hasil operasi. Efektifitas manajemen di sisni dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Profitabilitas adalah tolak ukur sebuah


(37)

20 perusahaan dalam mencari keuntungan dari modal atau dana yang mereka investasikan dalam suatu penjualan. Profitabilitas yang tinggi akan menunjukkan keberhasilan suatu perusahaan. Semakin tinggi profitabilitas maka diharapkan juga dividen yang akan dibagikan tinggi juga.

Profitabilitas merupakan gambaran hasil akhir dari berbagai kebijakan dan keputusan dalam mengoperasikan perusahaan, maka profitabilitas biasanya dijadikan sebagai alat ukur untuk mengetahui efektivitas manajemen melalui laba atau keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Menurut Agus Sartono (2008), “Rasio profitabilitas mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi”. Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya peroleh keuntungan perusahaan.

Di dalam buku pengantar manajemen keuangan (Irham Fahmi,2013) rasio profitabilitas secara umum ada 4, yaitu :

1. Net Profit Margin

Rasio ini mengukur laba bersih stelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi net profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan. Rumus untuk menghitung net profit margin :


(38)

21 Return on total asset merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan (Syamsuddin, 2009). Rumus untuk menghitung return on total asset :

3. Return On Equity (ROE)

Return on equity merupakan rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan (Sawir, 2009).

Rumus untuk menghitung return on equity :

4. Gross Profit Margin

Gross profit margin merupakan persentase laba kotor dibandingkan dengan sales. Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan operasi perusahaan, Karena hal ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif lebih rendah dibandingkan dengan sales, demikian pula sebaliknya, semakin rendah gross profit margin semakin kurang baik


(39)

22 operasi perusahaan (Syamsuddin, 2009). Rumus untuk menghitung gross profit margin :

E. Arus Kas Operasi

Dalam PSAK No.2 paragraf 12 (IAI, 2009) dinyatakan bahwa jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar.

Dalam laporan arus kas perusahaan, aktivitas penerimaan kas dan pembayaran kas digolongkan menjadi tiga yaitu aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Aktivitas operasi mencakup pengaruh kas dari transaksi yang menghasilkan pendapatan dan beban yang kemudian dimasukkan dalam penentuan laba. Sumber kas ini umumnya dianggap sebagai ukuran terbaik dari kemampuan perusahaan dalam memperoleh dana yang cukup guna terus melanjutkan usahanya (Weygandt, et al., 2008).

Arus kas dari kegiatan operasi (cash flow from operating activities) adalah arus kas yang berasal dari transaksi yang memengaruhi laba bersih. Contohnya transaksi yang mencakup pembelian dan penjualan barang (Revee, et al., 2010).


(40)

23 Menurut Ardiyos (2010), arus kas operasi adalah laba sebelum bunga dan penyusutan dikurangi pajak. Merupakan suatu ukuran atas kas/uang tunai yang dihasilkan dari operasi, namun tidak menghitung belanja modal atau kebutuhan modal kerja.

Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi dalam PSAK No. 2 paragraf 14 (IAI, 2009) adalah sebagai berikut:

1. Penerimaan kas dari penjualan barang dan pembelian jasa; 2. Penerimaan kas dari royalti, fees, komisi, dan pendapatan lain; 3. Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa;

4. Pembayaran kas dan untuk kepentingan karyawan;

5. Penerimaan dan pembayaran kas oleh entitas asuransi sehubungan dengan premi, klaim, anuitas, dan manfaat polis lainnya;

6. Pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan kecuali jika dapat di identifikasikan secara khusus sesuai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi;

7. Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang dimiliki untuk tujuan diperdagangkan atau diperjanjikan (dealing).

F. Arus Kas Bebas

Arus kas bebas merupakan jumlah arus kas yang tersedia bagipara investor setelah peusahaan memenuhi seluruh kebutuhan operasi dan meng-cover dana untuk investasi baik dalam aktiva tetap bersih maupun aktiva lancar bersih (Gitman, 2006).


(41)

24 Menurut R. Pramono (2008), arus kas bebas adalah uang tunai yang benar-benar disediakan oleh perusahaan untuk para investornya setelah perusahaan bisa memiliki aktiva tetap dan memiliki cukup modal kerja untuk menunjang kegiatan bisnisnya termasuk memelihara aktiva tetapnya.

Arus kas bebas tidak dapat dipertahankan terus-menerus kecuali, jika aktiva tetap yang didepresiasi diganti dan produk-produk baru dikembangkan, sehingga manajemen tidak sepenuhnya bebas untuk menggunakan arus kas semaunya sendiri.

Nilai dari operasi sebuah perusahaan akan bergantung pada seluruh kas bebas yang diharapkan di masa mendatang, yang didefinisikan sebagai laba operasi setelah pajak minus jumlah investasi pada modal kerja dan aktiva tetap yang dibutuhkan untuk dapat mempertahankan bisnis.

Arus kas bebas berbeda dengan arus kas bersih dalam dua hal. Pertama, arus kas bebas mencerminkan dana yang tersedia bagi seluruh investor, sedangkan arus kas bersih mencerminkan dana yang tersedia bagi pemegang saham biasa. Maksudnya ialah pembayaran kepada pemilik obligasi dan pemegang saham preferen akan mengurangi arus kas bersih, tetapi tidak dikurangkan keluar dari arus kas bebas. Kedua, arus kas bebas mencerminkan dana yang tersedia bagi seluruh investor setelah mengurangkan investasi-investasi yang dibutuhkan untuk tetap mempertahankan operasi perusahaan yang sedang berjalan. Jadi, investasi-investasi pada aktiva tetap dan modal kerja bersih akan mengurangi arus kas bebas, tetapi tidak dikurangkan dari arus kas bersih.


(42)

25 Handono Mardianto (2009), mengemukakan sebagai berikut:

“Perusahaan yang sanggup membagikan dividen lebih tinggi akan naik harga

sahamnya karena dipandang investor sebagai peruhaan yang mempunyai kelebihan kas (free cash flow), yakni kas yang tersisa setelah dikurangi oleh kebutuhan untuk membiayai proyek investasi ditahun mendatang. Perusahaan yang menahan kelebihan kasnya (tidak dibagikan sebagai dividen) justru harga sahamnya cenderung turun karena investor menganggap kelebihan kas perusahaan bersangkutan akan digunakan untuk membiayai proyek yang kurang menguntungkan”.

Sedangkan Muhammad Asril Arilaha (2007) mengemukakan sebagai berikut: ”Menurut free cash flow hypothesis ketika perusahaan memiliki kelebihan kas, maka yang dibutuhkan adalah mendanai proyek yang memiiki Net Present Value (NPV) positif. Tetapi lebih baik untuk mengembalikan kelebihan kas kepada pemegang saham dalam bentuk dividen guna memaksimumkan kekayaan pemegang saham”.

G. Dividen payout ratio

Dividen merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangi dengan laba ditahan (retained earning) sebagai cadangan bagi perusahaan (Ang) dalam Andinata (2010). Pendapatan bersih setelah dikurangi pajak disebut NIAT (Net Income Afterr Tax) atau EAT (Earning After Tax). Dividen ini untuk dibagikan kepada pemegang saham sebagai keuntungan dari


(43)

26 laba perusahaan. Keputusan mengenai jumlah laba dan dividen yang akan dibagikan diputuskan dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham).

Menurut Lestariningsih (2007) Dividend payout ratio yaitu persentase dividen yang dibagikan kepada pemegang saham dari laba bersih setelah pajak. Dividen payout ratio dihitung dengan cara membandingkan antara dividen yang dibagi dengan laba bersih yang didapatkan dan biasanya disajikan dalam bentuk persentase. Semakin tinggi dividend payout ratio akan menguntungkan para investor tetapi dari pihak perusahaan akan memperlemah internal financial karena memperkecil laba ditahan. Tetapi sebaliknya dividend payout ratio semakin kecil akan merugikan investor (para pemegang saham) tetapi internal financial perusahaan akan semakin kuat.

H. Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut. Munawir mengatakan “Laporan keuangan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan”. Dengan begitu laporan keuangan diharapkan akan membantu bagi para pengguna (users) untuk membuat keputusan ekonomi yang bersifat finansial.


(44)

27 Secara lebih tegas Sofyan Assauri dalam buku pengantar manajemen keuangan (Irham Fahmi, 2013) mengatakan “Laporan keuangan merupakan laporan pertanggung jawaban manajemen sumber daya yang di percayakan

kepadanya”. Pihak manajemen memegang peran penting dalam membuat

laporan keuangan untuk dapat dipahami oleh pihak yang berkepentingan. Sehingga pihak-pihak yang membutuhkan akan dapat memperoleh laporan keuangan tersebut dan membantunya dalam proses pengambilan keputusan sesuai yang diharapkan.

Dari bermacam-macam laporan yang diterbitkan perusahaan untuk para pemegang saham, laporan tahunan (annual report) mungkin adalah yang paling penting. Didalam laporan tahunan terdapat dua jenis informasi. Pertama, yaitu bagian verbal, sering kali disajikan sebagai surat dari direktur utama, yang menguraikan hasil operasi perusahaan selama tahun lalu dan membahas perkembangan-perkembangan baru yang akan mempengaruhi operasi di masa mendatang. Kedua, laporan tahunan menyajikan empat laporan keuangan dasar yaitu, neraca, laporan laba rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas.

Menurut Lyn M. Fraser dan Aileen Ormiston (2008) “Suatu laporan tahunan corporate terdiri dari empat laporan keuangan pokok…” yaitu, :

1. Neraca

Laporan ini menunjukkan posisi keuangan ― aktiva, hutang, dan ekuitas pemegang saham ― suatu perusahaan pada tangan tertentu, seperti pada akhir triwulan atau akhir tahun.


(45)

28 2. Laporan Laba Rugi

Laporan yang menyajikan hasil usaha ― pendapatan, beban, laba atau rugi bersih dan laba atau rugi per saham untuk periode akuntansi tertentu. 3. Laporan Ekuitas

Suatu bentuk pernyataan yang menyajikan laporan saldo laba, sering kali dikombinasikan dengan laporan laba-rugi yang merekonsiliasi saldo awal dan akhir akun saldo laba. Perusahaan-perusahaan yang yang memilih format penyajian yang terakhir biasanya akan menyajikan laporan ekuitas pemegang saham sebagai pengungkapan dalam catatan kaki.

4. Laporan Arus Kas (cash flow)

Arus kas bersih mencerminkan jumlah kas yang dihasilkan oleh bisnis untuk para pemegang sahamnya dalam satu tahun tertentu. Sebuah perusahaan menghasilkan arus kas yang tinggi tidak selalu berarti bahwa jumlah kas yang dilaporkan pada neraca juga akan tinggi. Arus kas tersebut mungkin digunakan dalam berbagai cara. Sebagai contoh, mungkin perusahaan menggunakan arus kas itu untuk membayar dividen, untuk mengurangi utang atau untuk membeli kembali saham biasa.

I. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas adalah laporan keuangan yang berisikan pengaruh kas dari kegiatan operasi, kegiatan transaksi investasi dan kegiatan transaksi pendanaan serta kenaikan atau penurunan bersih dalam kas suatu perusahaan


(46)

29 selama satu periode. Menurut PSAK No.2 (IAI, 2009) Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas.

Laporan arus kas merupakan revisi dari mana uang kas diperoleh perusahaan dan bagaiman mereka membelanjakannya. Laporan arus kas merupakan ringkasan dari penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan selama periode tertentu (biasanya satu tahun buku). Laporan arus kas (cash flow) mengandung dua macam arus kas, yaitu:

1. Cash inflow (arus kas masuk)

Cash inflow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang melahirkan keuntungan kas (penerimaan kas). Arus kas masuk (cash inflow) terdiri dari :

a. Hasil penjualan produk/jasa perusahaan b. Penagihan piutang

c. Penjualan aktiva tetap yang ada

d. Penerimaan investasi dari pemilik atau saham e. Pinjaman/hutang dari pihak lain

f. Penerimaan sewa dan pendapatan lain-lain 2. Cash out flow (arus kas keluar)

Cash out flow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang mengakibatkan beban pengeluaran kas. Cash out flow (arus kas keluar) terdiri dari :

a. Pengeluaran biaya bahan baku, tenaga kerja langsung dan biaya pabrik lain-lain


(47)

30 b. Pengeluaran biaya administrasi umum dan administrasi penjualan c. Pembelian aktiva tetap

d. Pembayaran hutang-hutang perusahaan

e. Pembayaran kembali investasi dari pemilik perusahaan

f. Pembayaran sewa, pajak, dividen, bunga dan pengeluaran lain-lain

Laporan arus kas harus memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas dari perusahaan dari periode tertentu, dengan mengklasifikasi transaksi berdasarkan pada kegiatan operasi, investasi dan pendanaan (PSAK No.2, IAI, 2009).

1. Aktivitas operasi

Aktivitas operasi, yaitu meliptuti laba bersih, depresiasi, dan perubahan dalam aktiva lancar dan kewajiban lancar di luar kas dan hutang jangka pendek. Karena itu, aktivitas operasi mempengaruhi laporan laba rugi, yang dilaporkan dengan dasar akrual. Sedangkan laporan arus kas melaporkan dampaknya terhadap kas.

Arus masuk kas terbesar dari operasi berasal dari langganan. Arus masuk kas yang kurang penting adalah penerimaan bunga atas pinjaman dan dividen atas investasi saham. Arus keluar kas operasi meliputi pembayaran terhadap pemasok dan karyawan, serta pembayaran bunga dan pajak.


(48)

31 2. Aktivitas investasi

Aktivitas investasi meningkatkan dan menurunkan aktiva jangka panjang yang digunakan perusahaan untuk melakukan kegiatannya. Pembelian atau penjualan aktiva tetap seperti tanah, gedung, atau peralatan merupakan kegiatan investasi atau dapat pula berupa pembelian atau penjualan invesatasi dalam saham atau obligasi dari perusahaan lain.

Pemberian pinjaman juga merupakan suatu kegiatan investasi karena pinjaman menciptakan piutang kepada peminjam. Pelunasan pinjaman tersebut juga dilaporkan sebagai kegiatan investasi pada laporan arus kas.

3. Aktivitas pendanaan

Aktivitas pendanaan meliputi kegiatan untuk memperoleh kas dari investor dan kreditor yang diperlukan untuk menjalankan dan melanjutkan kegiatan perusahaan.

Kegiatan pendanaan mencakup pengeluaran saham, peminjaman uang dengan mengeluarkan wesel bayar dan pinjaman obligasi, penjualan atau pembelian saham perbendaharaan, dan pembayaran terhadap pemegang saham seperti dividen. Pembayaran terhadap kreditor hanyalah mencakup pembayaran pokok pinjaman.

Menurut Darsono dan Ashari (2005), alat analisis rasio laporan arus kas yang diperlukan untuk untuk menilai kinerja keuangan, yaitu :


(49)

32 1. Rasio arus kas operasi (AKO)

Rasio arus kas operasi menghitung kemampuan arus kas operasi dalam membayar kewajiban lancar. Rasio ini diperoleh dengan membagi arus kas operasi dengan kewajiban lancar.

2. Rasio cakupan arus dan (CAD)

Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas guna membayar bunga, pajak, dan dividen preferen. 3. Rasio cakupan kas terhadap bunga (CKB)

Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar bunga atas hutang yang telah ada.

4. Rasio cakupan kas terhadap hutang lancar (CKHL)

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang lancar berdasarkan arus kas operasi bersih.

5. Rasio pengeluaran modal (PM)

Rasio ini digunakan untuk mengukur modal yang tersedia untuk investasi dan pembayaran hutang yang ada.

6. Rasio total hutang (TH)

Rasio ini diperoleh dari arus kas operasi dibagi dengan total hutang. Rasio ini digunakan untuk mengukur berapa lama perusahaan akan mampu membayar hutang dengan menggunakan arus kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi.


(50)

33 Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban kas dimasa mendatang.

J. Penelitian terdahulu

Penelitian yang terkait dengan kebijakan dividen telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, sehingga beberapa poin penting dari hasil penelitian sebelumnya yang dapat dijadikan dasar dalam penelitian ini. Berikut ini merupakan uraian beberapa penelitian terdahulu.

Penelitian terhdahulu Tabel 2.1

No. Pengarang & Tahun

Topik Penelitian Perbedaan Persamaan Alat Analisis

Hasil Penelitian 1. Devi Hoei

Sunarya (2013) Pengaruh Kebjakan Utang, Profitabilitas, dan Likuiditas Terhadap Kebijakan Dividen Dengan Size Sebagai Variabel Moderasi Pada Variabel arus kas operasi, arus kas bebas dan variabel size sebagai variabel moderasi. Variabel rasio leverage Regresi berganda Secara simultan, seluruh variabel memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen. Secara parsial, hanya


(51)

34 Sektor Manufaktur Periode 2008-2011 variabel profitabilitas yang memberikan pengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen.

2. Imelda Christi dan Inung Wijayanti (2013) Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kebijakan Dividen

Studi Kasus Pada Bank-Bank Yang Terdaftar

Di Bursa Efek Indonesia Variabel rasio leverage dan variabel arus kas bebas Variabel arus kas operasi dan variabel rasio profitabilita s Regresi berganda Terdapat hubungan positif secara signifikan antara laba bersih dan arus kas operasi terhadap kebijakan dividen kas dan memunyai pengaruh yang positif dan signifikan


(52)

35 terhadap kebijakan dividen.

3. Zeeshan Arshad, Yasir Akram, Maryam Amjad, and Muhammad Usman (2013) Ownership Structure and Dividen Policy Variabel arus kas operasi dan arus kas bebas Variabel rasio profitabilita s dan variabel rasio leverage Regresi berganda Variabel struktur kepemilikan berpengaruh positif tapi tidak signifikan. Sementara return on equity (ROE)

berpengaruh positif dan signifikan.

4. Luh Fajarini Indah

Mawarni dan Ni Made Dwi Ratnaldi (2014) Pengaruh Kesempatan Investasi, Leverage, dan Likuiditas pada Kebijakan Dividen Perusahaan Variabel rasio profitabilita s, variabel arus kas operasi, dan variabel Variabel rasio leverage Regresi berganda Kesempatan investasi dan leverage berpengaruh negatif pada kebijakan dividen


(53)

36 Manufaktur Yang

Terdaftar di BEI

arus kas bebas sedangkan likuiditas menunjukkan pengaruh positif pada kebijakan dividen.

5. Resky D.V. Bansaleng, Parengkuan Tommy dan Ivonne S.Saerang (2014) Kebijakan Hutang, Struktur Kepemilikan dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Food And

Beverage Di Bursa Efek Indonesia. Variabel arus kas operasi dan variabel arus kas bebas. Variabel rasio profitabilita s dan variabel rasio leverage Regresi berganda Secara simultan, seluruh variabel berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Secara parsial hanya profitabilitas yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen selain


(54)

37

itu berpengaruh negatif.

6. Rowlan Bismark Fernando Pasaribu, Dinoysia Komanda dan Kholid Nawawi (2014) Determinan Dividen Payout Ratio Pada Emiten LQ-45 Di Bursa Efek Indonesia Variabel arus kas operasi dan variabel arus kas bebas Variabel rasio profitabilita s dan variabel rasio leverage Regresi berganda

Posisi kas, net profit margin, debt equity ratio, dan ukuran perusahaan berimplikasi negatif dan tidak berpengaruh signifikan. Sedangkan tingkat pengembalian investasi dan debt to total asset

berimplikasi positif dan berpengaruh secara


(55)

38 signifikan. Sementara asset turnover berimplikasi negative dan berpengaruh secara signifikan. Secara simultan, seluruh variabel berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.

7. Rezvan Hejazi and Fatemeh Saadati moshtaghin (2014)

Impact of agency Costs of Free Cash Flow on Dividend Policy and

Leverage of Firms in Iran Variabel arus kas operasi dan variabel profitabilita s Variabel arus kas bebas dan variabel rasio leverage Regresi berganda

Arus kas bebas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen dan leverage.


(56)

39 Sumber : Kumpulan penelitian terdahulu

Perbedaan dan kebaruan penelitian skripsi ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya adalah terletak pada variabel bebasnya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Devi Hoei Sunarya (2013), menggunakan kebijakan utang (leverage), profitabilitas, dan likuiditas sebagai variabel bebas dan kebijakan dividen sebagai variabel terikat. Sementara penelitian ini menggunakan arus kas operasi, arus kas bebas, rasio leverage (kebijakan hutang), dan rasio profitabilitas. Jadi, perbedaannya ada pada variabel arus kas operasi, arus kas bebas, dan profitabilitas.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Imelda Christi dan Inung Wijayanti (2013), menggunakan laba bersih dan arus kas operasi sebagai variabel bebas dan kebijakan dividen sebagai variabel terikat. Sementara 8. Hammad

Hassan Mirza and Talat Afza (2014)

Impact of Corporate Cash Flows on Dividend Payouts : Evidence from South Asia

Variabel arus kas bebas Variabel arus kas operasi, variabel rasio profitabilita s, dan variabel rasio leverage Regresi berganda Variabel arus kas operasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividend payout ratio.


(57)

40 penelitian ini menggunakan arus kas operasi, arus kas bebas, rasio leverage (kebijakan hutang), dan rasio profitabilitas. Jadi, perbedaannya ada pada variabel arus kas bebas dan leverage.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Zeeshan Arshad, Yasir Akram, Maryam amjad, dan Muhammad Usman (2013), menggunakan struktur kepemilikan (Ownership structure) sebagai variabel bebas dan kebijakan dividen sebagai variabel terikat sementara variabel size, leverage, profitabilitas dan growth sebagai variabel kontrol (control variable). Sementara penelitian ini menggunakan arus kas operasi, arus kas bebas, rasio leverage (kebijakan hutang), dan rasio profitabilitas. Jadi, perbedaannya ada pada variabel arus kas operasi dan arus kas bebas.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Luh Fajarini Indah Mawarni dan Ni Made Dwi Ratnaldi (2013), menggunakan kesempatan investasi, leverage, dan likuiditas sebagai variabel bebas dan kebijakan dividen sebagai variabel terikat. Sementara penelitian ini menggunakan arus kas operasi, arus kas bebas, rasio leverage (kebijakan hutang), dan rasio profitabilitas. Jadi, perbedaannya ada pada variabel arus kas operasi, arus kas bebas, dan profitabilitas .

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Resky, Parengkuan Tommy, dan Ivonne (2014), menggunakan kebijakan hutang (leverage), struktur kepemilikan, dan profitabilitas sebagai variabel bebas dan kebijakan dividen sebagai variabel terikat. Sementara penelitian ini menggunakan arus kas operasi, arus kas bebas, rasio leverage (kebijakan hutang), dan rasio


(58)

41 profitabilitas. Jadi, perbedaannya ada pada variabel arus kas operasi dan arus kas bebas.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rowland Bismark Fernando Pasaribu, Dinoysia Komanda, dan Kholid Nawawi (2014), menggunakan cash ratio, ROI, asset turn over, DER, debt to total asset, net profit margin, dan size. Sementara penelitian ini menggunakan arus kas operasi, arus kas bebas, rasio leverage (kebijakan hutang), dan rasio profitabilitas. Jadi, perbedaannya ada pada variabel arus kas operasi dan arus kas bebas.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rezva Hejazi dan Fatemeh Saadati Moshtaghin (2014), menggunakan agency costs dan arus kas bebas sebagai variabel bebas dan kebijakan dividen serta leverage sebagai variabel terikat. Sementara penelitian ini menggunakan arus kas operasi, arus kas bebas, rasio leverage (kebijakan hutang), dan rasio profitabilitas. Jadi, perbedaannya ada pada variabel arus kas operasi, rasio leverage, dan rasio profitabilitas.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hammad Hassan Mirza dan Talat Afza (2014), menggunakan arus kas bebas sebagai variabel bebas dan kebijakan dividen sebagai variabel terikat sementara variabel size, leverage, dan profitabilitas sebagai variabel kontrol (control variable). Sementara penelitian ini menggunakan arus kas operasi, arus kas bebas, rasio leverage (kebijakan hutang), dan rasio profitabilitas. Jadi, perbedaannya ada pada variabel arus kas operasi dan arus kas bebas.


(59)

42 K. Kerangka pemikiran

Dalam penelitian ini, ada empat faktor yang dianggap dapat mempengaruhi kebijakan divden suatu perusahaan. Faktor-faktor tersebut adalah arus kas operasi, arus kas bebas, rasio leverage, dan rasio profitabilitas sebagai suatu faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen.

Empat variabel independen tersebut akan diuji secara parsial maupun simultan melalui model regresi berganda untuk dapat diketahui pengaruhnya terhadap kebijakan dividen suatu perusahaan manufaktur yang listing di BEI.


(60)

43

Perusahaan

Otomotif

Uji asumsi klasik 1.Uji Normalitas 2. Uji Heteroskedastisitas

3. Uji Multikolinieritas 4. Uji Autokorelasi

Analisis regresi linier beganda

Uji statistik

1.Uji t 2. Uji F 3. Uji Determinan

Analisis dan bahasan

Kesimpulan dan saran Arus kas operasi (x1)

Arus kas bebas (x2) Rasio leverage (x3)

Rasio profitabilitas(x4)

Kebijakan Dividen (Y) Gambar 2.1


(61)

44 L. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini merupakan pernyataan singkat yang disimpulkan berdasarkan latar belakang masalah, landasan teori dan juga merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian yang perlu di uji kembali. Suatu hipotesis akan diterima jika hasil analisis data empiris membuktikan bahwa hipotesis tersebut benar, begitu pula sebaliknya. Maka dapat disimpulkan hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. H1 : arus kas operasi memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen. 2. H2 : arus kas bebas memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen. 3. H3 : rasio leverage memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen. 4. H4 : rasio profitabilitas memiliki pengaruh terhadap kebijakan

dividen.

5. H5 : arus kas operasi, arus kas bebas, rasio leverage, dan rasio profitabilitas secara bersama memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen


(62)

45

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Kata metode berasal dari bahasa yunani methodos, terdiri dari dua kata, yaitu meta (menuju, melalui, mengikuti) dan hodos (jalan, cara, arah). Arti kata methodos adalah metode ilmiah, yaitu cara melakukan sesuatu menurut aturan tertentu. Adapun metodologi berasal dari kata metode dan logos, yang berarti ilmu yang membicarakan tentang metode. Melihat dari pengertiannya, metode dapat dirumuskan suatu proses atau prosedur yang sistematik berdasarkan prinsip dan teknik ilmiah yang dipakai oleh disiplin (ilmu) untuk mencapai suatu tujuan.

Sedangkan penelitian sebagai upaya untuk memperoleh kebenaran, harus didasari oleh proses berpikir ilmiah yang dituangkan dalam metode ilmiah. Sehingga dapat disimpulkan metodologi penelitian adalah suatu bentuk upaya untuk memperoleh kebenaran melalui proses yang sistematik berdasarkan ilmu yang dipakai.

A. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi. Berupa laporan keuangan perusahaan periode tahun 2010 sampai dengan 2014.


(63)

46 B. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan metode:

1. Metode Studi Pustaka, yaitu dengan melakukan telaah pustaka, eksplorasi dan mengkaji berbagai literatur pustaka seperti majalah, jurnal dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan penelitian.

2. Metode Dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan, mencatat, dan mengkaji data sekunder yang berupa lapoan keuangan perusahaan sektor otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2010-2014.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian, populasi digunakan untuk menyebutkan seluruh elemen atau anggota dari suatu wilayah yang menjadi sasaran penelitian dari objek penelitian. Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan yang tergabung dalam sektor otomotif yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010 sampai 2014.


(64)

47 2. Sampel

Pengambilan sampel adalah proses memilih sejumlah elemen dari populasi, sehingga penelitian terhadap sampel dan pemahaman tentang sifat atau karakteristiknya akan membuat kita dapat menggeneralisasikan sifat atau karakteristik tersebut pada elemen populasi. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu pemilihan sampel perusahaan selama periode penelitian berdasarkan kriteria tertentu. Tujuan dari metode ini untuk mendapatkan sampel yang reprensentatif sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini sampel yang diambil dari populasi dilakukan dengan purposive sampling didasarkan pada beberapa kriteria, yaitu:

a. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia termasuk ke dalam perusahaan sektor otomotif.

b. Perusahaan yang telah menyertakan laporan keuangannya selama 5 tahun berturut-turut, yaitu tahun 2010-2014 dimana perusahaan-perusahaan tersebut telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang mempunyai data keuangan yang lengkap pada tahun 2010-2014. c. Perusahaan yang membagikan dividen selama tahun penelitian, yaitu


(65)

48 Berdasarkan kriteria tersebut maka didapat 8 sampel perusahaan sektor otomotif yang awalnya berjumlah 12 perusahaan, yaitu:

Tabel 3.1 1. Astra International Tbk. 2. Astra Otoparts Tbk. 3. Indo Kordsa Tbk.

4. Goodyear Indonesia Tbk. 5. Gajah Tunggal Tbk.

6. Indomobil Sukses International Tbk. 7. Indospring Tbk.

8. Multistrada Arah Sarana Tbk.

Sumber :data diolah

D. Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen. Kebijakan dividen ini diproksikan dengan menggunakan Dividend Payout Ratio (DPR). Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) menentukan jumlah laba yang dapat ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen.


(66)

49 Rumus dari Dividend Payout Ratio, adalah

Dividend payout ratio = dividend per share earning per share

(Agus Sartono, 2008)

2. Variabel Independent

Variabel independent dalam penelitian ini, yaitu: a) Arus Kas Operasi

Arus kas operasi adalah laba operasi bersih (net operating profit) plus semua penyesuaian nonkas yang disajikan dalam laporan arus kas. Variabel arus kas operasi diproksikan dengan menggunakan rasio arus kas operasi. Rasio arus kas operasi menghitung kemampuan arus kas operasi dalam membayar kewajiban lancar. Rasio ini diperoleh dengan membagi arus kas operasi dengan kewajiban lancar. Apabila Rasio arus kas operasi berada dibawah 1, berarti terdapat kemungkinan perusahaan tidak mampu membayar kewajiban lancar, tanpa menggunakan arus kas dari aktivitas lain. Rumus untuk arus kas operasi adalah:

Rasio arus kas operasi = Net operating profit Hutang lancar


(67)

50 b) Arus Kas Bebas

Variabel arus kas bebas diproksikan dengan menggunakan rasio arus kas bebas. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban kas di masa mendatang. Semakin tinggi rasio arus kas bebas berarti semakin baik perusahaan dalam memenuhi kewajiban kas. Rumus untuk arus kas bebas adalah:

Rasio arus kas bebas = Laba bersih Bunga

(Darsono dan Ashari, 2005) c) Rasio Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas ini diproksikan dengan Return On Asset (ROA). Rasio profitabilitas mengukur efektifitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin tinggi rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan (Irham Fahmi, 2013).


(68)

51 Rumus dari Return On Asset adalah:

ROA = Laba bersih Total aktiva

(Irham Fahmi, 2013) d) Rasio Leverage

Rasio leverage (leverage ratio) digunakan untuk mengukur sejauh mana tingkat perusahaan dibiayai oleh hutang. Rasio leverage diproksikan dengan debt to equity ratio (DER). Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang (Kasmir, 2010). Semakin rendah rasio leverage maka semakin baik kondisi perusahaan.

Rumus dari debt to equity ratio (DER) adalah : DER = Total debt

Total equity


(69)

52 E. Teknik Analisis

1. Uji Asumsi Klasik

Untuk mengetahui apakah model yang digunakan dalam regresi benar-benar menunjukkan hubungan yang signifikan dan representatif, maka model yang digunakan tersebut harus memenuhi uji asumsi klasik regresi. Berikut ini merupakan pengujian asumsi klasik, yaitu :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan mengetahui apakah model regresi memenuhiasumsi normalitas yang dilakukan dengan melihat penyebaran data atau titik pada sumbu diagonal dari grafik pengujian normalitas (Normal Probability Plot). Apabila data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2006).

Uji normalitas data dapat juga menggunakan uji Kolmogorov-smirnov untuk mengetahui signifikansi data yang terdistribusi normal. Maka untuk mendeteksi normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Test (K-S) dilakukan dengan membuat hipotesis :

Ho : data residual berdistribusi normal Ha : data residual tidak berdistribusi normal Dengan pedoman pengambilan keputusan :

1. Nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, distribusi adalah tidak normal.


(70)

53 2. Nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, distribusi adalah

normal (Ghozali, 2006). b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antar variabel bebas dalam model regresi. Dasar pengambilan keputusannya adalah apabila nilai VIF (Variance Inflation Factor) disekitar angka satu. Nilai tolerance mendekati satu, dan korelasi antar variabel adalah lemah (dibawah 0,5), maka dalam model regresi tidak terdapat masalah multikolinearritas (Ghozali, 2006).

Pengujian multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independent). Menganalisis nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF) yang sifatnya saling berlawanan. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10 (Ghozali, 2006).

c. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Imam Ghozali (2006) uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalamn model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.


(71)

54 Cara menguji ada tidaknya heteroskedastisitas, yaitu dengan menggunakan analisis grafik scatterplot. Pengujian scatterplot, model regresi yang tidak terjadi heteroskedastisitas harus memenuhi syarat sebagai berikut :

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Pengujian heteroskedastisitas juga dapat dilakukan menggunakan Uji Glejser. Berbeda dengan scatterplot, dimana uji glejser ini dilakukan dengan meregresi variabel-variabel bebas terhadap nilai absolute residualnya (Gujarati, 2006). Dasar pengambilan keputusan pada uji glejser, yaitu:

1) Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka kesimpulannya tidak terjadi heteroskedastisitas.

2) Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka kesimpulannya tidak terjadi heteroskedastisitas.


(72)

55 d. Uji Autokorelasi

Ujii ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah dengan uji Durbin Watson (DW). Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi (Ghozali, 2006) :

1. Bahwa nilai DW terletak diantara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol berarti tidak ada autokorelasi positif.

2. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl), maka koefisien autokorelasi lebih besar dari nol berarti ada autokorelasi positif.

3. Bila nilai DW lebih besar daripada batas bawah atau lower bound (4-dl), maka koefisien autokorelasi lebih kecil dari nol berarti ada autokorelasi negatif.

4. Bila nilai DW terletak antara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau DW terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.


(73)

56 Tabel 3.2

Keputusan ada tidaknya autokorelasi

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif

Tolak 0 < dw < dl

Tidak ada autokorelasi positif

Tidak dapat disimpulkan

dl ≤ dw ≤ du

Tidak ada korelasi negative

Tolak 4-dl < dw < 4

Tidak ada korelasi negatif

Tidak dapat disimpulkan

4-du ≤ dw ≤ 4-dl

Tidak ada autokorelasi Tidak ditolak du ≤ dw ≤ 4-du Sumber : Ghozali, 2006

Jika nilai Durbin-Watson tidak dapat memberikan kesimpulan apakah data yang digunakan terbebas dari autokorelasi atau tidak, maka perlu dilakukan Run-Test. Pengambilan keputusan didasarkan pada acak atau tidaknya data, apabila bersifat acak maka dapatdiambil kesimpulan bahwa data tidak terkena autokorelasi.


(74)

57 2. Pengujian Hipotesis

a. Uji t

Pengujian parsial regresi dimaksudkan untuk melihat apakah variabel bebas (independen) secara individu mempunyai pengaruh terhadap variabel tidak bebas (dependen) dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan. Kriterianya uji-t sebagai berikut :

1. Berdasarkan perbandingan t tabel dan t hitung

a. Bila t hitung < t tabel, variabel independen secara individu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Dengan cara membandingkan nilai t hitung pada hasil SPSS dengan nilai pada t tabel dengan α 0,05.

b. Bila t hitung > t tabel, variabel independen secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen. Dengan cara membandingkan nilai t hitung pada hasil SPSS dengan nilai pada t tabel dengan α 0,05.

2. Berdasarkan Probabilitas

Dalam skala probabilitas (signifikan) 0,05, jika probabilitas

(signifikan) lebih besar dari α (0,05) maka variabel independen

secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel kebijakan dividen (dividend payout ratio), jika lebih kecil dari 0,05 maka variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh tehadap variabel kebijakan dividen (dividend payout ratio).


(75)

58 b. Uji F

Uji F merupakan uji yang digunakan secara bersama-sama dalam membuktikan signifikan atau tidaknya persamaan regresi kuadratik yang telah dibentuk. Pengujian koefisien regresi keseluruhan menunjukkan apakah variabel independen secara keseluruhan atau bersama mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen (Dividen Payout Ratio). Kriteria uji-F sebagai berikut:

1. Berdasarkan perbandingan Ftabel dan Fhitung

a. Bila Fhitung < Ftabel, variabel bebas (independen) secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel tidak bebas (dependen). Dengan cara membandingkan nilai f hitung pada hasil SPSS dengan nilai f tabel pada α 0,05. b. Bila Fhitung > Ftabel, variabel bebas (independen) secara

bersama-sama berpengaruh terhadap variabel tidak bebas (dependen). Dengan cara membandingkan nilai f hitung pada hasil SPSS dengan nilai f tabel dengan α 0,05.

2. Berdasarkan probabilitas

Dalam skala probabilitas (signifikan) 0,05, jika probabilitas

(signifikan) lebih besar dari α (0,05) maka variabel independen

secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel kebijakan dividen (dividend payout ratio), jika lebih kecil dari 0,05 maka variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh tehadap variabel kebijakan dividen (dividend payout ratio).


(76)

59 c. Uji koefisien determinasi (R2)

Uji Koefisien Determinasi (R²) untuk mengetahui kesesuaian hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dalam suatu persamaan regresi. Nilai R2 besarnya antara 0-1 (0 < R2< 1) koefisien determinasi ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabel bebas mempengaruhi variabel tidak bebas. Apabila R2 mendekati 1 berarti variabel bebas semakin berpengaruh terhadap variabel tidak bebas. Koefisien determinasi menggambarkan besarnya pengaruh variabel arus kas operasi, arus kas bebas, rasio leverage, dan rasio profitabilitas.

3. Analisis Regresi Berganda

Menurut Ghozali (2006), metode regresi digunakan untuk menguji hubungan antara satu variabel terikat dan satu atau lebih variabel bebas. Dikarenakan pada penelitian ini terdapat satu variabel dependen dan empat variabel independen, maka metode analisis yang digunakan adalah metode regresi berganda (Multiple Regression). Hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dalam penelitian ini dapat ditulis dalam persamaan sebagai berikut:

Dimana :


(77)

60 Y : Dividen Paayout Ratio (DPR)

α : Konstanta

β1234 : Koefisien regresi

X1 : Arus kas operasi X2 : Arus kas bebas X3 : Rasio leverage X4 : Rasio profitabilitas e : Nilai residual


(1)

(2)

(3)

103

Lampiran 3


(4)

(5)

(6)

106

Lampiran 5