9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen adalah kebijakan yang menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham, pada dasarnya laba
tersebut bisa dibagi sebagai dividen atau ditahan untuk diinvestasikan kembali Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, 2006. Sementara menurut Hanafi 2004
“Dividen merupakan kompensasi yang diterima oleh pemegang saham, disamping capital gain
”.
Adapun pengertian lainnya, Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham
sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang Sartono, 2008.
Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividen adalah suatu bentuk keputusan untuk menentukan penempatan laba, yaitu
apakah membayar kepada pemegang saham atau sebagai investasi dalam perusahaan. Kebijakan dividen harus diikuti dengan pertimbangan adanya
kesempatan invesatasi kembali reinvestment, ada 2 asumsi yang mendasari kebijakan deviden Bodie, at all, 2010 :
1 Kebijakan dividen pada perusahaan yang tidak sedang tumbuh A Low Investment Rate Plane pada perusahaan-perusahaan kategori mampu
10 membayarkan dividen yang lebih tinggi pada awal periode tetapi
pertumbuhan dividen pada tahun-tahun berikutnya menjadi lebih rendah. 2 Kebijakan dividen dalam perusahaan yang sedang tumbuh A High
Reinvestment Rate Plan. Perusahaan yang sedang tumbuh akan memberikan dividen relatif rendah pada awalnya. Hal ini berkaitan dengan
adanya rencana reinvestasi dari sebagian laba yang diperolehnya
Dalam pembayaran dividen, perusahaan dapat menggunakan bentuk bentuk tertentu pembayaran dividen. Baridwan 2004 menyatakan dividen
yang dibagikan kepada para pemegang saham dapat berbentuk: 1. Dividen yang berbentuk uang
Pembagian dividen yang paling sering dilakukan adalah dalam bentuk uang. Para pemegang saham akan menerima dividen sebesar tarif per
lembar dikalikan jumlah lembar yang dimiliki. 2. Dividen yang berbentuk aktiva selain kas dan saham sendiri
Dividen yang dibagikan kadang-kadang tidak berbentuk uang tunai, tetapi berupa aktiva seperti saham perusahaan lain atau barang-barang hasil
produksi perusahaan yang membagikan dividen tersebut. Pemegang saham yang menerima dividen seperti ini mencatat dalam bukunya dengan jumlah
sebesar harga pasar yang diterimanya. 3. Dividen saham stock dividend
Penerimaan dividen dalam bentuk saham dari perusahaan yang membagi saham disebut dividen saham. Saham yang diterima berbentuk saham yang
11 sama dengan yang dimiliki atau saham jenis yang lain.
Adapun tujuan dari pembagian dividen Andinata, 2010 adalah sebagai berikut:
1. Untuk memaksimumkan kemakmuran bagi para pemegang saham, karena tingginya dividen yang dibayarkan akan mempengaruhi harga saham.
2. Untuk menunjukkan likuiditas perusahaan. Dengan dibayarkannya dividen, diharapkan kinerja perusahaan dimata investor bagus dan dapat
diakui bahwa perusahaan mampu menghadapi gejolak ekonomi dan mampu memberikan hasil kepada investor.
3. Sebagian investor memandang bahwa risiko dividen adalah lebih rendah dibanding risiko capital gain.
4. Untuk memenuhi kebutuhan para pemegang saham akan pendapatan tetap yang digunakan untuk keperluan konsumsi.
5. Dividen dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara manajer dan pemegang saham.
Menurut Van Horne dan M. Machowicz 2007, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan antara lain:
1. Aturan-aturan hukum; berkaitan dengan penurunan nilai modal, insolvensi Kebangkrutan, dan penahanan laba yang tidak dibenarkan.
2. Kebutuhan pendanaan perusahaan. Begitu batasan hukum untuk kebijakan dividen perusahaan telah
ditentukan, langkah berikutnya melibatkan penilaian kebutuhan
12 pendanaan perusahaan. Dalam hal ini, anggaran kas, laporan sumber dan
penggunaan dana yang diproyeksikan, serta perkiraan laporan arus kas akan digunakan. Intinya adalah menentukan arus kas dan posisi kas
perusahaan yang akan terjadi di tengah ketiadaan perubahan kebijakan dividen.
3. Likuiditas Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak
keputusan dividen. Karena dividen menunjukkan arus kas keluar, semakin besar posisi kas dan keseluruhan likuiditas perusahaan, maka
semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. 4. Kemampuan untuk meminjam
Kemampuan untuk meminjam ini bisa dalam bentuk batas kredit atau perjanjian kredit bergulir dari suatu bank, atau hanya berupa kesediaan
informal dari suatu lembaga keuangan untuk memberikan kredit. Semakin besar kemampuan perusahaan untuk meminjam, maka akan semakin besar
fleksibilitasnya untuk meminjam, dan semakin besar pula kemampuannya untuk membayar dividen tunai.
5. Batasan-batasan dalam kontrak utang Syarat perjanjian utang covenant sebagai pelindung dalam kesepakatan
obligasi atau perjanjian pinjaman sering kali meliputi batasan untuk pembayaran dividen. Batasan tersebut ditentukan oleh pihak pemberi
pinjaman untuk menjaga kemampuan perusahaan membayar utang. Biasanya syarat perjanjian utang dinyatakan sebagai presentase maksimum
13 laba ditahan kumulatif yang diinvestasikan kembali dalam perusahaan.
Ketika larangan semacam ini diberlakukan, maka secara alami akan mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan. Kadangkala pihak
manajemen perusahaan menyambut baik larangan dividen yang dibebankan oleh pemberi pinjaman, karena pihak manajemen tidak perlu
lagi menjustifikasi penahanan laba kepada para pemegang sahamnya. Perusahaan hanya perlu menunjukkan batasan tersebut.
6. Pengendalian
B. Analisis Rasio Keuangan