Metode Kontrasepsi Sederhana Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Kontrasepsi

2.2.1 Metode Kontrasepsi Sederhana

Metode kontrasepsi sederhana antara lain : kondom, KB alami, intravag. Kondom merupakan sarung selubung karet yang berbentuk silinder, dapat terbuat dari lateks karet, plastik vinil atau bahan alami produksi hewani yang dipasang pada penis saat bersenggama. Muaranya berbentuk tebal dan jika digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti puting susu. Kondom memiliki manfaat baik dari segi kontrasepsi maupun nonkontrasepsi. Manfaat kondom dari segi kontrasepsi antara lain : a. Efektif bila digunakan dengan benar. b. Tidak menggangu produksi ASI. c. Tidak mengganggu kesehatan klien. d. Tidak mempunyai pengaruh sistemik. e. Murah dan dapat dibeli secara umum. f. Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan khusus. g. Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus ditunda. Sedangkan manfaat kondom dari segi nonkontrasepsi antara lain : a. Memberi dorongan ke suami untuk ikut ber-KB. b. Dapat mencegah penularan IMS. c. Mencegah ejakulasi dini. d. Membantu mencegah terjadinya kanker serviks mengurangi iritasi bahan karsinogenik eksogen pada serviks. e. Saling berinteraksi sesama pasangan. f. Mencegah imuno infertilitas. 13 Namun, kondom juga memiliki keterbatasan antara lain : a. Efektivitas tidak terlalu tinggi. b. Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi. c. Agak mengganggu hubungan sesksual dan mengurangi sentuhan langsung. d. Pada beberapa klien menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan ereksi. e. Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual. f. Beberapa klien malu untuk membeli kondom di tempat umum. g. Pembuangan kondom bekas menimbulkan masalah dalam hal limbah.

2.2.2 Metode Kontrasepsi Efektif

Metode kontrasepsi efektif adalah metode yang dalam penggunaannya mempunyai efektifitas atau tingkat kelangsungan pemakaian tinggi serta angka kegagalan rendah bila dibandingkan dengan metode kontrasepsi sederhana. Metode kontrasepsi efetktif ini terdiri dari pil KB, suntik KB, AKBK, dan AKDR.

1. Pil KB

Pil KB adalah suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau tablet di dalam strip yang berisi gabungan hormon estrogen dan progesteron atau yang hanya terdiri dari hormon progesteron saja Suratun et al, 2008. Keuntungan penggunaan pil KB antara lain : a. Reversibilitasnya atau kembalinya kesuburan tinggi. b. Mudah menggunakannya. c. Mengurangi rasa sakit pada waktu menstruasi. d. Mencegah anemia defisiensi zat besi. 14 e. Mengurangi kemungkinan infeksi panggul dan kehamilan ektopik. f. Mengurangi resiko kanker ovarium. g. Cocok sekali digunakan untuk menunda kehamilan pertama dari PUS muda. h. Tidak mempengaruhi produksi ASI pada pil yang mengandung antara lain exluton mini pil. i. Tidak mengganggu hubungan seksual. Sedangkan kerugian penggunaan pil KB antara lain : a. Memerlukan disiplin pemakai. b. Dapat mengurangi ASI pada pil yang mengandung estrogen. c. Dapat meningkatkan resiko infeksi klamidia. d. Nyeri payudara. e. Berhenti haid, tetapi pada penggunaan pil kombinasi jarang terjadi. f. Mual, terutama pada 3 bulan pertama pemakaian. g. Dapat meningkatkan tekanan darah. h. Tidak dianjurkan pada wanita yang berumur di atas 30 tahun karena akan mempengaruhi keseimbangan metabolisme tubuh.

2. Suntik KB

Penggunanaan alat kontrasepsi suntik merupakan suatu tindakan invasif. Karena menembus pelindung kulit, penyuntikan harus dilakukan hati-hati untuk mencegah infeksi. Suntikan KB terdiri dari dua jenis hormon yaitu suntikan kombinasi dan suntikan progestin. Suntikan kombinasi berkerja dengan menekan ovulasi, membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma 15 terganggu. Sedangkan suntikan progestin bekerja dengan mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma Arum, 2009. Keuntungan suntik KB antara lain : a. Sangat efektif 0,3 kehamilan per 100 perempuan dalam 1 tahun pertama. b. Pencegahan kehamilan jangka panjang. c. Tidak berpengaruh pada hubungan suami isteri. d. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah. e. Tidak mempengaruhi ASI. f. Sedikit efek samping. g. Dapat digunakan oleh perempuan usia 35 tahun sampai perimenopause. h. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik. i. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara. j. Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul. k. Menurunkan krisis anemia bulan sabit sicle cell. Sedangkan keterbatasan suntik KB antara lain : a. Klien sangat tergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan harus kembali sesuai jadwal suntikan. b. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya. c. Tidak mencegah infeksi menular seksual IMS. d. Terlambatnya kembalinya kesuburan setelah penghentian pemakaian. 16

3. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit AKBK

Alat Kontrasepsi Bawah Kulit AKBK atau implan adalah alat kontrasepsi yang disusupkan di bawah kulit yang mengandung progestin yang dibungkus dalam kapsul silastik silikon polidimetri. AKBK merupakan salah satu metode kontrasepsi yang efektif dan nyaman serta dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi. Keuntungan AKBK dari segi kontrasepsi antara lain : a. Daya guna tinggi. b. Cepat bekerja 24 jam setelah pemasangan. c. Perlindungan jangka panjang. d. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan. e. Tidak memerlukan periksa dalam. f. Bebas dari pengaruh estrogen. g. Tidak mengganggu proses senggama. h. Tidak mempengaruhi ASI. i. Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan. j. Dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan Keuntungan dari segi nonkontrasepsi antara lain : a. Mengurangi jumlah darah haid. b. Mengurangi memperbaiki anemia. c. Melindungi terjadinya kanker endometrium. d. Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara. e. Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul. 17 f. Menurunkan angka kejadian endometriosis. Namun, AKBK juga memiliki keterbatasan antara lain : a. Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan. b. Tidak mencegah infeksi menular seksual. c. Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan. d. Efektivitas menurun bila menggunakan obat tuberkulosis atau obat epilepsi

4. Alat Kontrasepsi dalam Rahim AKDR

AKDR atau Intra Uterine Device IUD adalah alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim dengan menjepit kedua saluran yang menghasilkan indung telur sehingga tidak terjadi pembuahan, terdiri dari bahan plastik polietilena, ada yang dililit oleh tembaga dan ada yang tidak. Keuntungan AKDR antara lain : a. Efektivitas tinggi, 99,2-99,4 0,6 –0,8 kehamilan100 perempuan dalam 1 tahun pertama. b. Dapat efektif segera setelah pemasangan. c. Metode jangka panjang. d. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat. e. Tidak mempengaruhi hubungan sosial. f. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil. g. Tidak ada efek samping hormonal. h. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. 18 i. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus apabila tidak terjadi infeksi. j. Dapat digunakan sampai menopause 1 tahun atau lebih setelah haid terakhir. k. Tidak ada interaksi dengan obat-obat. l. Membantu mencegah kehamilan ektopik. Sedangkan keterbatasan AKDR antara lain : a. Tidak mencegah IMS. b. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan. c. Diperlukan prosedur medis termasuk pemeriksaan pelvis. d. Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri. e. Klien harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau melakukan ini.

2.2.3 Metode Kontrasepsi Mantap KONTAP

Kontrasepsi mantap adalah salah satu cara kontrasepsi dengan tindakan pembedahan atau dengan kata lain setiap tindakan pembedahan pada saluran telur wanita atau saluran mani yang mengakibatkan orang atau pasangan yang bersangkutan tidak akan memperoleh keturunan lagi. Istilah lain dari kontap adalah sterilisasi atau MOW singkatan dari medis operatif wanita sering juga disebut dengan tubektomi dan MOP atau medis operatif pria dengan jenis vasektomi. 19

1. Vasektomi

Vasektomi atau Medis Operatif Pria MOP merupakan operasi kecil yang dilakukan untuk mengahalangi keluarnya sperma dengan cara mengikat atau memotong saluran mani vas deffrent sehingga sel sperma tidak keluar pada saat senggama. Keuntungan vasektomi antara lain : a. Tidak ada mortalitas. b. Morbiditas kecil sekali. c. Pasien tidak perlu dirawat di rumah sakit. d. Dilakukan dengan anestesi lokal pembiusan setempat dan hanya berlangsung kurang 15 menit. e. Efektif karena dapat dicek kepastiannya di laboratorium. f. Tidak mengganggu hubungan seks selanjutnya. Sedangkan kelemahan vasektomi antara lain : a. Harus dengan tindakan pembedahan. b. Masih adanya keluhan seperti kemungkinan pendarahan dan infeksi. c. Harus menunggu hasil pemeriksaan sperma dalam beberapa hari atau minggu untuk dapat berhubungan dengan bebas agar tidak terjadi kehamilan. d. Tidak dapat dilakukan pada orang yang masih ingin mempunyai anak lagi.

2. Tubektomi

Tubektomi atau Medis Operatif Wanita MOW adalah suatu kontrasepsi permanen untuk mencegah keluarnya ovum dengan cara tindakan mengikat dan 20 atau memotong pada kedua saluran tuba. Dengan demikian ovum yang matang tidak akan bertemu dengan sperma karena adanya hambatan pada tuba. Keuntungan tubektomi antara lain : a. Efektivitasnya tinggi 99,5 0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan. b. Tidak mempengaruhi proses menyusui. c. Tidak bergantung pada faktor sanggama. d. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius. e. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang. f. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual. g. Berkurangnya risiko kanker ovarium. Sedangkan keterbatasan tubektomi antara lain : a. Harus dipertimbangkan sifat permanen kontrasepsi ini tidak dapat dipulihkan kembali, kecuali dengan operasi rekanalisasi. b. Klien dapat menyesal di kemudian hari. c. Rasa sakit ketidaknyamanan dalam jagka pendek setelah tindakan. d. Dilakukan oleh dokter yang terlatih.

2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Kontrasepsi

Beberapa studi fertilitas atau keluarga berencana yang dilakukan di Asia atau Asia Tenggara khususnya, kebanyakan telah mengemukakan variabel demografi dan sosial ekonomi sebagai faktor yang mempengaruhi atau menentukan perbedaan pemakaian alat kontrasepsi. Berdasarkan hasil penelitian 21 kerja sama BPS dan Universitas Sriwijaya tahun 1980, terdapat hubungan jumlah anak masih hidup,umur, pendidikan, pekerjaan, kepemilikan radio dan televisi dalam penggunaan alat kontrasepsi di Indonesia. Pengaruh umur terhadap pemakaian kontrasepsi juga menunjukkan pola berbentuk hur uf “U” terbalik. Dimana proporsinya terus meningkat dengan meningkatnya umur wanita sampai pada kelompok 30-34 tahun dan kemudian berangsur menurun sampai pada kelompok umur 45-49 tahun. Selain itu, proporsi pemakaian kontrasepsi yang tertinggi adalah kelompok wanita setelah melakukan perkawinan pertamannya 10-14 tahun. Hal ini mungkin ada kaitannya dengan umur karena umurnya akan lebih tua dari pada mereka yang masih belum lama melakukan perkawinan pertamanya. Mereka yang berumur lebih tua ada kecenderungan merasa tidak memerlukan lagi memakai kontrasepsi karena merasa aman untuk tidak melahirkan lagi. Pola pemakaian kontrasepsi menurut pendidikan menunjukkan hubungan yang positif yaitu semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin besar tingkat proporsi pemakaian kontrasepsi. Kenaikan proporsi pemakaian kontrasepsi yang terbesar adalah dari tidak sekolah ke tidak tamat sekolah dasar, baik di kota maupun di pedesaan. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya peranan pendidikan dalam mempengaruhi pemakaian kontrasepsi. Oleh karena itu, pendidikan minimal SLTP atau setidak-tidaknya bebas dari buta huruf menjadi perhatian bagi pemerintah dalam melaksanakan prorgam ini. Menurut BkkbN 2009, terdapat 14 variabel yang mempengaruhi pemakaian kontrasepsi Metode Kontrasepsi Jangka Panjang MKJP, yaitu: umur, 22 tingkat pendidikan, tempat tinggal, pekerjaan, indeks kesejahteraan, jumlah anak lahir hidup, jumlah anak masih hidup, peran wanita dalam pengambilan keputusan, pengetahuan tentang kontrasepsi, peran pasangan dalam memakai kontrasepsi, keterpaparan informasi dalam 6 bulan terakhir baik dari media masa, media cetak, petugas, tomatoga dan keluarga. Variabel yang paling mempengaruhi dari 14 variabel di atas adalah umur wanita. Wanita yang berumur 30 tahun atau lebih akan berpeluang untuk memakai kontrasepsi MJKP sebesar 4 kali dibandingkan dengan mereka yang berumur lebih muda atau kurang dari 30 tahun. Umur ini tentunya sangat terkait nantinya dengan jumlah anak yang dimiliki dan keinginan untuk tambah anak lagi. Dapat dijelaskan pula, bahwa untuk memakai kontrasepsi jangka panjang jika umur lebih tua akan lebih bertahan. Selain itu, pendidikan juga mempengaruhi pemilihan MKJP. Wanita yang berpendidikan tinggi akan berpeluang untuk memakai kontrasepsi MJKP sedikit lebih tinggi dari mereka yang berpendidikan rendah. Pekerjaan juga mempengaruhi pemakaian kontrasepsi jangka panjang MKJP. Jika seorang wanita bekerja maka tentunya keinginan untuk menambah anak lebih rendah dibandingkan dengan wanita yang tidak bekerja. Wanita yang bekerja mempunyai peluang lebih besar memakai kontrasepi MKJP karena wanita pekerja ingin mengatur kehamilannya agar dapat bekerja lebih baik, tidak hamil dan mempunyai anak dalam waktu tertentu sesuai dengan yang direncanakan. Menurut Musdalifah 2013, petugas kesehatan berperan dalam memberikan informasi, penyuluhan dan menjelaskan tentang alat kontrasepsi 23 utamanya mengenai kontrasepsi hormonal. Petugas kesehatan sangat banyak berperan dalam tahap akhir pemakaian alat kontrasepsi. Calon akseptor yang masih ragu-ragu dalam pemakaian alat kontrasepsi akhirnya memutuskan untuk memakai alat kontrasepsi hormonal setelah mendapat dorongan maupun anjuran dari petugas kesehatan. Petugas kesehatan merupakan pihak yang mengambil peran dalam tahap akhir proses pemakaian alat kontrasepsi. Penelitian Hutauruk 2006 dengan disain cross sectional menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan pelayanan alat kontrasepsi dengan penggunaan alat kontrasepsi. Ketersediaan pelayanan alat kontrasepsi terwujud dalam bentuk tersedia atau tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan tempat pelayanan kontrasepsi. Untuk dapat digunakan, pertama kali suatu metode kontrasepsi harus tersedia dan mudah diperoleh. Promosi metode kontrasepsi melalui media, melalui kontak langsung oleh petugas program KB, oleh dokter dan sebagainya dapat meningkatkan secara nyata pemilihan metode kontrasepsi.

2.3 Kependudukan

2.3.1 Definisi Kependudukan

Kependudukan adalah hal ikhwal yang berkaitan dengan jumlah, persebaran, mobilitas, penyebaran, kualitas, kondisi kesejahteraan yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, budaya, agama, serta lingkungan penduduk, Arum, 2009. 24

Dokumen yang terkait

Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Akseptor Aktif KB Dikota Medan Tahun 2012

1 61 58

Analisis Tenaga Kerja Sektoral Di Provinsi Sumatera Utara Periode 1980 – 2012

1 38 216

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Tenaga Kerja Industri Besar dan Sedang Di Provinsi Sumatera Utara

1 63 75

Pengaruh Budaya Akseptor Kb Terhadap Penggunaan Kontrasepsi Iud Di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

10 67 153

ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR KEPENDUDUKAN DAN FAKTOR SDM KESEHATAN DENGAN FASILITAS KESEHATAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS KORELASI KANONIK (studi Kasus Kabupaten/Kota di Submatera Barat.

0 0 6

Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Kontrasepsi, Jumlah Anak, Dukungan Suami, Dan Konseling Tenaga Kesehatan Dengan Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Di Kabupaten Blora.

0 1 5

KEBUTUHAN DAN PERENCANAAN TENAGA KESEHATAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA

0 0 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana 2.1.1 Defenisi Keluarga Berencana - Hubungan Faktor Kependudukan, Fasilitas Kesehatan, Dan Tenaga Kesehatan Dengan Jumlah Akseptor Aktif Metode Kontrasepsi Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012

0 0 27

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Faktor Kependudukan, Fasilitas Kesehatan, Dan Tenaga Kesehatan Dengan Jumlah Akseptor Aktif Metode Kontrasepsi Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012

0 0 8

HUBUNGAN FAKTOR KEPENDUDUKAN, FASILITAS KESEHATAN, DAN TENAGA KESEHATAN DENGAN JUMLAH AKSEPTOR AKTIF METODE KONTRASEPSI DI PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2012 SKRIPSI

0 0 13