Analisis Korelasi Pearson Bivariat Analisis Korelasi Kanonik Multivariat

Tabel 4.4 Hasil Analisis Regresi ANOVA overall F Test Variabel F P value Metode Kontrasepsi MOW 37,185 0,000 Metode Kontrasepsi Implan 50,181 0,000 Pada tabel 4.4 di atas terlihat bahwa hasil uji menunjukkan bahwa asumsi linieritas antara kedua variabel dependen dan variabel-variabel independen telah terpenuhi p 0,05. Hal ini berarti antara variabel metode kontrasepsi MOW dan implan variabel dependen memiliki hubungan secara linier dengan keseluruhan variabel independen. Setelah dilakukan uji asumsi, diketahui bahwa variabel angka melek huruf, mobil unit pelayanan KB, dokter, perawat, metode kontrasepsi IUD, metode kontrasepsi MOP, metode kontrasepsi kondom, metode kontrasepsi suntik, dan metode kontrasepsi pil tidak memenuhi asumsi normalitas sehingga variabel- variabel tersebut tidak dapat diuji dengan analisis korelasi kanonik. Sedangkan pada pengujian asumsi multikolinieritas, semua variabel telah memenuhi asumsi tersebut, sehingga variabel-variabel tersebut tidak akan diuji dengan analisis korelasi kanonik.

4.5 Analisis Korelasi Pearson Bivariat

Analisis korelasi Pearson bertujuan untuk mengetahui hubungan antara masing-masing variabel independen dan masing-masing variabel dependen. Adapun hasil analisis korelasi Pearson dapat dilihat pada tabel berikut. 52 Tabel 4.5 Hasil Analisis Korelasi Pearson Variabel Metode Kontrasepsi MOW Metode Kontrasepsi Implan Rata-Rata Umur Kawin Pertama Pearson Correlation 0,138 -0,023 Sig. 2-tailed 0,445 0,901 N 33 33 Angka Harapan Hidup Pearson Correlation 0,212 0,183 Sig. 2-tailed 0,237 0,307 N 33 33 Rata-Rata Lama Pearson Correlation 0,328 0,277 Sekolah Sig. 2-tailed 0,062 0,118 N 33 33 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Pearson Correlation -0,272 -0,337 Sig. 2-tailed 0,125 0,055 N 33 33 Klinik KB Pemerintah Pearson Correlation 0,795 0,659 Sig. 2-tailed 0,000 0,000 N 33 33 Klinik KB Swasta Pearson Correlation 0,861 0,893 Sig. 2-tailed 0,000 0,000 N 33 33 Bidan Pearson Correlation 0,811 0,880 Sig. 2-tailed 0,000 0,000 N 33 33 Pada tabel 4.5 di atas dapat dilihat hasil analisis uji korelasi pearson. Dari seluruh variabel independen, terdapat tiga variabel yang berhubungan dengan metode kontrasepsi MOW dan metode kontrasepsi implan yaitu klinik KB pemerintah, klinik KB swasta, dan bidan. Variabel klinik KB pemerintah memiliki nilai korelasi 0,795 dengan metode kontrasepsi IUD dan 0,659 dengan metode kontrasepsi implan. Variabel klinik KB swasta memiliki nilai korelasi 0,861 dengan metode kontrasepsi IUD dan 0,893 dengan metode kontrasepsi 53 implan. Variabel bidan memiliki nilai korelasi 0,811 dengan metode kontrasepsi IUD dan 0,880 dengan metode kontrasepsi implan.

4.6 Analisis Korelasi Kanonik Multivariat

Analisis korelasi kanonik dilakukan secara komputerisasi. Ada dua tahapan dalam pembacaan output hasil analisis, yaitu penentuan dan penilaian fungsi kanonik, dan interpretasi fungsi kanonik. 1. Penentuan dan penilaian fungsi kanonik Banyaknya fungsi kanonikal yang terbentuk mengikuti jumlah minimal variabel dalam setiap kelompok variat. Dalam kasus ini, variat kelompok pertama terdiri dari 7 tujuh variabel, sedangkan kelompok kedua hanya terdiri dari 2 dua variabel, maka akan terbentuk dua fungsi kanonik. Untuk menentukan fungsi yang akan digunakan dapat dilihat berdasarkan tabel berikut. Tabel 4.6 Dimension Reduction Analysis Wilks Lambda F P value 1 TO 2 2 TO 2 0,024 0,622 18,526 2,536 0,000 0,047 Tabel 4.6 di atas menunjukkan signifikansi Canonical Function secara individu satu per satu. Terlihat bahwa fungsi 1 dan 2 dapat diproses lebih lanjut karena p value = 0,002 p α. Sedangkan untuk mengetahui tingkat kekuatan masing-masing fungsi dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.7 Nilai Eigen dan Korelasi Kanonik Root No Eigenvalue Pct. Canor Cor. Sq. Cor 1 2 24,490 0,609 97,575 2,425 0,980 0,615 0,961 0,378 54 Dari tabel 4.7 di atas dapat dilihat tingkat kekuatan korelasi dari fungsi 1 lebih tinggi dari fungsi 2, yaitu 0,980. Berdasarkan nilai persentase diketahui bahwa, fungsi 1 mengakomodasi 97,57 hubungan kanonik, sedangkan sisanya diakomodasi dalam fungsi 2. Sehingga dapat disimpulkan bahwa fungsi 1 lebih berarti dibanding fungsi 2. Selanjutnya dilakukan uji terhadap keseluruhan fungsi. Hasil analisis terlihat pada tabel berikut. Tabel 4.8 Uji Signifikansi Multivariat Uji Nilai F Pillais Hotellings Wilks Roys 1,335 22,821 0,027 0,957 0,000 0,000 0,000 Dari tabel 4.8.di atas, hasil uji signifikansi secara simultan menunjukkan bahwa ketiga model pengujian adalah signifikan, yang dibuktikan oleh besarnya Sig. of F dibawah 0,05. Tabel ini sekaligus juga dapat menjelaskan bahwa fungsi kanonikal yang terbentuk khususnya fungsi kanonik pertama dan kedua signifikan. 2. Interpretasi fungsi kanonik Ada beberapa metode interpretasi yang dapat dilakukan dalam analisis korelasi kanonik yaitu bobot kanonik canonical weight, muatan kanonik canonical loadings dan muatan silang kanonik canonical cross-loadings. Besarnya koefisien bobot kanonik menunjukkan kontribusi masing-masing variabel terhadap variat atau disebut juga koefisien kanonikal terstandarisasi. Sedangkan muatan kanonik menjelaskan korelasi masing-masing variabel 55 terhadap variat. Pada penelitian ini, hanya bobot kanonik dan muatan kanonik yang akan diinterpretasi. Adapun bobot kanonik dan muatan kanonik dari masing- masing variabel terlihat pada tabel berikut. Tabel 4.9 Bobot Kanonik dan Muatan Kanonik Variat Variabel Bobot Kanonik Muatan Kanonik Dependen Metode Kontrasepsi MOW Metode Kontrasepsi Implan 0,689 0,337 0,988 0,948 Independen Rata-Rata Umur Kawin Pertama Angka Harapan Hidup Rata-Rata Lama Sekolah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Klinik KB Pemerintah Klinik KB Swasta Bidan 0,149 0,194 -0,084 -0,456 0,409 0,293 0,425 0,089 0,212 0,326 -0,307 0,785 0,912 0,872 Berdasarkan tabel 4.9 di atas, diketahui bahwa pada variabel dependen, kedua variabel mempunyai angka korelasi yang cukup tinggi muatan kanonik 0,5. Sedangkan pada variabel independen, variabel yang berkorelasi cukup kuat adalah klinik KB swasta, bidan, klinik KB pemerintah. Dari hasil analisis tersebut terlihat bahwa variabel yang cukup penting pada fungsi kanonik berdasarkan muatan kanonik adalah yaitu klinik KB swasta, bidan, dan klinik KB pemerintah. Tanda positif pada variabel-variabel tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak klinik KB swasta, bidan, klinik KB pemerintah suatu kabupatenkota maka jumlah peserta KB aktif yang menggunakan metode kontrasepsi MOW dan implan akan semakin tinggi. 3. Validasi Hasil Output Validasi analisis korelasi kanonikal dilakukan dengan analisis sensitivitas variabel independen yaitu membandingkan hasil analisis korelasi kanonik 56 sebelum dan setelah dilakukan penghapusan variabel. Penghapusan variabel yang tidak berarti menyebabkan korelasi kanonikal tetap stabil. Tabel 4.10 Bobot Kanonik dan Muatan Kanonik Setelah Validasi Variat Variabel Bobot Kanonik Muatan Kanonik Dependen Metode Kontrasepsi MOW Metode Kontrasepsi Implan 0,582 0,447 0,978 0,963 Independen Rata-Rata Lama Sekolah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Klinik KB Pemerintah Klinik KB Swasta Bidan 0,056 -0,010 0,347 0,460 0,291 0,331 -0,325 0,797 0,947 0,911 Pada penelitian ini, uji sensitivitas dilakukan dengan menghapus 2 dua variabel yaitu rata-rata umur kawin pertama dan angka harapan hidup. Perbandingan ukuran kanonik dilakukan untuk fungsi ke-1, mengingat fungsi ini jauh lebih berarti dibanding fungsi ke-2. Hasil analisis pada tabel 4.10 menunjukkan adanya stabilitas model korelasi kanonikal. Hal ini dilihat dari muatan kanonik yang menunjukkan ke-empat variabel independen seperti rata- rata umur kawin pertama, klinik KB swasta, klinik KB pemerintah, dan bidan tetap menjadi variabel yang penting pada fungsi kanonik tersebut. 57

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Hubungan Faktor Kependudukan dan Jumlah Akseptor Aktif Metode

Kontrasepsi Faktor kependudukan yang meliputi demografi dan sosial ekonomi mempunyai pengaruh dalam menentukan pemakaian metode kontrasepsi. Dari penelitian sebelumnya, variabel umur, pendidikan, dan pekerjaan menjadi variabel yang dominan dalam pemakaian metode kontrasepsi. Berdasarkan hasil analisis korelasi Pearson pada tabel 4.5, tidak ada variabel faktor kependudukan yang berhubungan dengan jumlah akseptor aktif metode kontrasepsi MOW dan implan. Variabel faktor kependudukan yang diuji dengan analisis korelasi Pearson tersebut adalah rata-rata umur kawin pertama, angka harapan hidup, rata-rata lama sekolah, dan tingkat partisipasi angkatan kerja. Sedangkan variabel angka melek huruf tidak diikutsertakana karena tidak memenuhi asumsi normalitas yang menjadi syarat pemakaian analisis korelasi pearson. Metode kontrasepsi IUD, vasektomi, kondom, suntikan, dan pil juga tidak diikutsertakan dalam analisis korelasi pearson karena tidak memenuhi asumsi normalitas. Dari penelitian ini, dapat diasumsikan bahwa faktor kependudukan tidak mempengaruhi jumlah aksesptor aktif metode kontrasepsi. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti biaya yang dikeluarkan baik biaya langsung maupun biaya tidak langsung, pengaruh orang lain misalnya suami, mertua, teman, pengaruh religius dan budaya, dan lain sebagainya WHO, 1994 58

Dokumen yang terkait

Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Akseptor Aktif KB Dikota Medan Tahun 2012

1 61 58

Analisis Tenaga Kerja Sektoral Di Provinsi Sumatera Utara Periode 1980 – 2012

1 38 216

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Tenaga Kerja Industri Besar dan Sedang Di Provinsi Sumatera Utara

1 63 75

Pengaruh Budaya Akseptor Kb Terhadap Penggunaan Kontrasepsi Iud Di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

10 67 153

ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR KEPENDUDUKAN DAN FAKTOR SDM KESEHATAN DENGAN FASILITAS KESEHATAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS KORELASI KANONIK (studi Kasus Kabupaten/Kota di Submatera Barat.

0 0 6

Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Kontrasepsi, Jumlah Anak, Dukungan Suami, Dan Konseling Tenaga Kesehatan Dengan Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Di Kabupaten Blora.

0 1 5

KEBUTUHAN DAN PERENCANAAN TENAGA KESEHATAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA

0 0 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana 2.1.1 Defenisi Keluarga Berencana - Hubungan Faktor Kependudukan, Fasilitas Kesehatan, Dan Tenaga Kesehatan Dengan Jumlah Akseptor Aktif Metode Kontrasepsi Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012

0 0 27

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Faktor Kependudukan, Fasilitas Kesehatan, Dan Tenaga Kesehatan Dengan Jumlah Akseptor Aktif Metode Kontrasepsi Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012

0 0 8

HUBUNGAN FAKTOR KEPENDUDUKAN, FASILITAS KESEHATAN, DAN TENAGA KESEHATAN DENGAN JUMLAH AKSEPTOR AKTIF METODE KONTRASEPSI DI PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2012 SKRIPSI

0 0 13