2.4.3 Mobil Unit Pelayanan KB Keliling
Mobil Unit Pelayanan MUYAN KB Keliling adalah kendaraan roda empat yang berisi sarana pelayanan KB dan berfungsi sebagai Klinik KB
bergerak. Pengadaan MUYAN KB Keliling diperuntukkan bagi kabupaten kota guna meningkatkan akses dan kualitas pelayanan KB khususnya masyarakat
miskin, dan masyarakat di daerah terpencil dan jauh dari fasilitas pelayanan KB statis Klinik KB. MUYAN KB Keliling didukung oleh suatu tim medis yang
minimal terdiri dari dokter yang sudah dilatih untuk pelayanan insersi implan dan IUD, serta medis operatif pria MOP; bidan yang sudah dilatih untuk pelayanan
insersi implan dan IUD BkkbN, 2011.
2.5 Tenaga Kesehatan
Menurut UU No. 36 Tahun 2009, tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri di dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan
dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Prinsip penyelenggaraan SDM kesehatan Adisasmito, 2014 yaitu : 1. Pengadaan tenaga kesehatan yakni mencakup jumlah, jenis dan kualifikasi
tenaga kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan kesehatan serta dinamika pasar di dalam maupun luar negeri.
2. Pendayagunaan tenaga kesehatan memerhatikan asas pemerataan pelayanan kesehatan serta kesejahteraan dan keadilan bagi tenaga kesehatan.
29
3. Pembinaan tenaga kesehatan diarahkan pada penguasaan ilmu dan teknologi serta pembentukan moral dan akhlak sesuai dengan ajaran agama dan etika
profesi yang diselenggarakan secara berkelanjutan 4. Pengembangan karier dilaksanakan secara objektif, transparan, berdasarkan
prestasi kerja dan disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan kesehatan secara nasional.
2.6 Analisis Korelasi Kanonik
2.6.1 Pengertian Analisis Korelasi Kanonik
Analisis Korelasi Kanonik merupakan teknik statistika peubah ganda yang menyelidiki hubungan antara dua gugus peubah Dillon Goldstein 1984.
Hubungan antara dua gugus peubah bisa berbentuk simetrik dan juga tidak simetrik. Namun pada banyak penerapan dua gugus peubah tersebut tidak
diperlakukan secara simetrik. Satu gugus diperlakukan sebagai gugus peubah penduga sedang gugus lainnya diperlakukan sebagai gugus peubah respon
Novriyadi, 2005.
2.6.2 Tujuan Analisis Korelasi Kanonik
Menurut Santoso 2014, tujuan analisis korelasi kanonik secara dasar sama dengan korelasi sederhana atau korelasi berganda, yakni ingin mengetahui
ada tidaknya hubungan antara dua variabel atau tidak. Namun, berbeda dengan korelasi sederhana, pada korelasi kanonik jumlah variabel dependen dan variabel
independen lebih dari satu, sehingga alat analisis korelasi kanonik bisa digolongkan pada statistik multivariat.
30
2.6.3 Asumsi Analisis Korelasi Kanonik
Menurut Hair et al. yang dikutip dari Ningrum 2013, ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi dalam analisis korelasi kanonik yaitu:
1. Kelinieran, yaitu keadaan di mana hubungan antara gugus peubah X dengan gugus peubah Y bersifat linier garis lurus. Jika ditampilkan pada grafik akan
berupa garis ke kanan atas atau ke kanan bawah. Asumsi linieritas dapat diketahui dari uji ANOVA overall F Test, bila hasilnya nilai p
α maka model berbentuk linier. Atau dapat juga diketahui menggunakan scatter plot,
namun pengujian dilakukan dengan berpasangan tiap dua data. 2. Tidak ada multikolinieritas. Multikolinieritas terjadi bila ada variabel
independen berkorelasi sangat kuat dengan variabel independen lainnya, begitupun antarvariabel dependen. Untuk mengetahui multikolinieritas dapat
dilakukan dengan melihat nilai koefisien r, bila nilai r 0,8 maka terjadi multikolinieritas. Selain itu, dapat pula diketahui dari nilai VIF atau
tolerance, bila nilai VIF 10 atau tolerance ≥ 1 maka terjadi
multikolinieritas. 3. Kenormalan pada kenormalan ganda multivariate normality, di mana gugus
peubah Y dan gugus peubah X berdistribusi normal pada kenormalan ganda. Namun, korelasi kanonik masih dapat mengakomodasi setiap variabel metrik
tanpa asumsi tegas normalitas. Normalitas diinginkan karena standarisasi distribusi untuk memungkinkan hubungan yang lebih tinggi di antara
variabel-variabel. tetapi dalam arti yang ketat, analisis korelasi kanonik dapat mengakomodasi bahkan variabel tidak normal jika bentuk distribusi
31
misalnya, sangat timpang tidak mengurangi korelasi dengan variabel lainnya. Karena pengujian normalitas secara multivariat sulit dilakukan,
pengujian dapat dilakukan dengan uji normalitas terhadap masing-masing variabel, jika setiap variabel berdistribusi normal maka secara keseluruhan
variabel-variabel tersebut juga akan memenuhi asumsi normalitas multivariat.
2.6.4 Proses Analisis Korelasi Kanonik
Menurut Santoso 2014, proses analisis korelasi kanonik antara lain : 1. Menentukan mana yang termasuk dalam kumpulan variabel dependen set of
multiple dependent variable dan mana yang termasuk dalam kumpulan variabel independen set of multiple independent variable.
2. Menurunkan beberapa cannonical functions, yakni korelasi antara set variabel dependen dengan set variabel independen.
3. Dari beberapa cannonical functions yang terbentuk akan diuji cannonical function yang mana bisa digunakan. Pengujian dilakukan dengan uji
signifikan, cannonical relationship, serta redudancy index. 4. Dari cannonical functions yang digunakan, dilakukan interpretasi hasil
menggunakan beberapa metode. Seperti cannonical weights, cannonical loadings atau cross cannonical loadings.
5. Melakukan validasi atas hasil output tersebut. Validasi biasanya dilakukan dengan membagi dua bagian sampel, lalu membandingkan kedua hasil yang
ada. Jika perbedaan hasil kedua sampel tidak besar, bisa dikatakan korelasi kanonikal adalah valid.
32
2.7 Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut :
Perlengkapan klinik kb
2.8 Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan antara faktor kependudukan, fasilitas kesehatan, dan
tenaga kesehatan dengan jumlah akseptor aktif metode kontrasepsi di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012.
2. Ada hubungan antara faktor kependudukan dan jumlah akseptor aktif
IUD di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012. 3.
Ada hubungan antara faktor kependudukan dan jumlah akseptor aktif tubektomi di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012.
Faktor Kependudukan
Rata-rata umur kawin pertama X
1
Angka harapan hidup X
2
Angka melek huruf X
3
Rata-rata lama sekolah X
4
Tingkat partisipasi angkatan kerja X
5
Metode Kontrasepsi
IUD Y
1
Tubektomi Y
2
Vasektomi Y
3
Kondom Y
4
Implan Y
5
Suntikan Y
6
Pil Y
7
Fasilitas Kesehatan
Klinik KB Pemerintah X
6
Klinik KB Swasta X
7
Mobil unit pelayanan KB X
8
Tenaga Kesehatan
Dokter X
9
Bidan X
10
Perawat X
11
33
4. Ada hubungan antara faktor kependudukan dan jumlah akseptor aktif
vasektomi di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012. 5.
Ada hubungan antara faktor kependudukan dan jumlah akseptor aktif kondom di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012.
6. Ada hubungan antara faktor kependudukan dan jumlah akseptor aktif
implan di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012. 7.
Ada hubungan antara faktor kependudukan dan jumlah akseptor aktif suntikan di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012.
8. Ada hubungan antara faktor kependudukan dan jumlah akseptor aktif
pil di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012. 9.
Ada hubungan antara fasilitas kesehatan dan jumlah akseptor aktif IUD di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012.
10. Ada hubungan antara fasilitas kesehatan dan jumlah akseptor aktif tubektomi di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012.
11. Ada hubungan antara fasilitas kesehatan dan jumlah akseptor aktif vasektomi di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012.
12. Ada hubungan antara fasilitas kesehatan dan jumlah akseptor aktif kondom di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012.
13. Ada hubungan antara fasilitas kesehatan dan jumlah akseptor aktif implan di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012.
14. Ada hubungan antara fasilitas kesehatan dan jumlah akseptor aktif suntikan di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012.
34
15. Ada hubungan antara fasilitas kesehatan dan jumlah akseptor aktif pil di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012.
16. Ada hubungan antara tenaga kesehatan dan jumlah akseptor aktif IUD di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012.
17. Ada hubungan antara tenaga kesehatan dan jumlah akseptor aktif tubektomi di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012.
18. Ada hubungan antara tenaga kesehatan dan jumlah akseptor aktif vasektomi di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012.
19. Ada hubungan antara tenaga kesehatan dan jumlah akseptor aktif kondom di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012.
20. Ada hubungan antara tenaga kesehatan dan jumlah akseptor aktif implan di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012.
21. Ada hubungan antara tenaga kesehatan dan jumlah akseptor aktif suntikan di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012.
22. Ada hubungan antara tenaga kesehatan dan jumlah akseptor aktif pil di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei bersifat studi korelasi yaitu penelitian untuk melihat hubungan antara variabel bebas faktor kependudukan,
fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan dan variabel terikat jumlah akseptor aktif metode kontrasepsi dengan menggunakan analisis korelasi kanonik.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di 33 kabupaten kota di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 hingga bulan Maret
2015.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah data tahun 2012 yaitu data mengenai kependudukan, fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan, dan jumlah akseptor aktif
berdasarkan metode kontrasepsi yang meliputi 33 kabupaten kota di Provinsi Sumatera Utara.
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian adalah data tahun 2012 yaitu data mengenai kependudukan, fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan, dan jumlah akseptor aktif
36