Kerangka Teori dan Konsepsi

14 Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan BPHTB terhadap Pemisahan dan Pembagian Warisan . Pokok masalah dari penelitian adalah : a. Kapankah peralihan hak atas tanah dan bangunan karena pewarisan terjadi dengan sempurna sehingga dapat dikenakan BPHTB ? b. Apakah perolehan hak atas tanah dan bangunan karena pemisahan dan pembagian warisan merupakan objek BPHTB, sebagaimana yang dimaksud dalam ketentuan BPHTB ? c. Apakah kendala-kendala yang terdapat dalam pelaksanaan pemungutan Pajak Penghasilan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan? Dengan demikian jelaslah bahwa penelitian ini adalah asli karena sesuai dengan asas-asas keilmuan yaitu jujur, rasional, objektif dan terbuka. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara akademis.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Teori adalah merupakan suatu penjelasan yang bersifat rasional serta harus berkesesuaian dengan objek yang dipermasalahkan dan harus didukung dengan adanya fakta yang bersifat empiris agar dapat diuji kebenarannya. Kontinuitas perkembangan Ilmu Hukum selain bergantung pada metodologi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial juga sangat ditentukan oleh teori. 11 11 Soejono Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1982, hal 6. Universitas Sumatera Utara 15 Selain itu teori juga untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi. 12 Teori yang dimaksud di sini adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut tetap merupakan abstraksi intelektual dimana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris, artinya ilmu hukum merupakan suatu penjelasan rasional yang berkesesuaian dengan objek yang dijelaskannya. Suatu penjelasan, biar bagaimanapun meyakinkan tetap harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar. 13 Teori diartikan sebagai ungkapan mengenai klausal yang logis di antara perubahan variable dalam bidang tertentu sehingga dapat digunakan sebagai kerangka berfikir frame of thinking dalam memahami serta menangani permasalahan yang timbul dalam bidang tersebut. 14 Sedangkan kerangka teori adalah merupakan kerangka berfikir lebih lanjut terhadap permasalahan yang diteliti, yang merupakan landasan dari teori atau dukungan teori dalam membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan yang dianalisis. Kerangka teori dimaksud adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat teori, tesis yang menjadi bahan perbandingan atau sebagai pegangan yang mungkin disetujui atau tidak disetujui yang merupakan masukan eksternal bagi penulisan tesis ini. 15 12 J.J.J. M. Wuisman, Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Azas-Azas, Jakarta: Penyunting M. Hisyam, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1996, hal. 201. 13 M. Solly Lubis, FiIsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung: Mandar Maju, 1994, hal 27. 14 Bintoro Tjokroamidjojo, Teori dan Strategi Pembangunan Nasional, Jakarta: CV. Haji Mas Agung,1998, hal 12. 15 Ibid., hal 80. Universitas Sumatera Utara 16 Karena penelitian ini merupakan penelitian hukum, maka kerangka teori diarahkan secara ilmu hukum dengan unsur-unsur hukum pula. Dengan demikian fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberikan arahanpetunjuk serta menjelaskan gejala yang diamati. 16 Menurut JJ. H. Bruggink, Teori Hukum adalah suatu keseluruhan pernyataan yang saling berkaitan berkenaan dengan sistem konseptual aturan-aturan hukum dan putusan-putusan hukum dan sistem tersebut untuk sebagian yang penting dipositifkan. 17 Negara adalah merupakan suatu organisasi kekuasaan atau organisasi kemasyarakatan yang paling tinggi dan bersifat khusus sehingga berbeda dengan organisasi kemasyarakatan yang lain. Oleh karena itu negara mempunyai sifat-sifat khusus yang melekat sebagai berikut : 18 a. Memaksa, agar peraturan perundang-undangan ditaati oleh warga negara, misalnya untuk membayar pajak dan lain-lain. b. Monopoli, misalnya dalam mencetak uang. c. Mencakup keseluruhan, maksudnya kekuasaan negara itu mencakup seluruh wilayah negara. Negara mempunyai tujuan yang harus direalisasikan, untuk itu negara melakukan dua tugas, yaitu : membiayai pemerintahan dan pembangunan nasional yang mana terealisasinya tugas-tugas itu berhubungan erat dengan sumber 16 Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kwalitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,1993, hal 35. 17 B. Arief Sidharta, Refleksi Tentang Hukum Pengertian-Pengertian Dasar Dalam Teori Hukum Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 201 l, hal 159. 18 Tunggul Ansari Setia Negara, Pengantar Hukum Pajak, Malang: Bayu Media Publishing, 2006, hal 1. Universitas Sumatera Utara 17 pembiayaan. Penerimaan rutin negara salah satunya diperoleh dari pungutan- pungutan berupa pajak. Pemungutan terhadap segala jenis pajak harus berdasarkan undang-undang, dan yang berhak memungut pajak adalah pemerintah sebagai Pemungut Pajak fiskus. Karena pajak merupakan peralihan kekayaan dari masyarakat ke pemerintah untuk membiayai pengeluaran negara dengan tidak mendapatkan kontra prestasi langsung, bukan berarti pemerintah dapat menentukan tarif pajak secara sembarangan melainkan harus merupakan kesepakatan antara Presiden pemerintah dengan DPR sesuai dengan UUD 1945 yang menyebutkan bahwa pembuatan undang-undang dilakukan oleh Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat. Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas bila dikaitkan dengan penelitian ini, seperti yang dikenal dalam teori konvensional maka yang menjadi tujuan hukum itu adalah mewujudkan keadilan rechtsgerchtigheid, kemanfaatan rechtsutiliteit dan kepastian hukum rechtszekerheid 19 yang dipelopori oleh Gustav Radbuch, serta Teori Norma Hukum Berjenjang stufentheorie dari Hans Kelsen akan digunakan sebagai pisau analisis dalam menganalisa penelitian ini. Sebagaimana diketahui, bahwa 3 tiga nilai-nilai dasar yang dikemukakan oleh Gustav Radbuch di atas yang orientasinya adalah untuk menciptakan harmonisasi pelaksanaan hukum, sebagaimana yang menjadi tujuan hukum adalah untuk mengayomi manusia baik secara aktif maupun secara pasif. Secara aktif 19 Ahmad Ali, Menguak Tabir Hukum Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis, Jakarta: Gunung Agung, 2002, hal, 85. Universitas Sumatera Utara 18 dimaksudkan sebagai upaya untuk menciptakan suatu kondisi kemasyarakatan yang prosesnya berlangsung secara wajar. Sedangkan yang dimaksud secara pasif adalah mengupayakan pencegahan atas upaya yang sewenang-wenang dan penyalahgunaan hak secara tidak adil. Usaha mewujudkan pengayoman ini termasuk di dalamnya adalah mewujudkan ketertiban dan keteraturan, mewujudkan kedamaian sejati, mewujudkan keadilan bagi seluruh masyarakat, mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat. Terkait dengan hubungan dari ketiga nilai dasar hukum yang telah disebutkan diatas, sekalipun sudah diperjelas, namun masih terdapat kemungkinan terdapat benturan satu sama lain. Menurut Radbuch, jika terdapat benturan antara nilai-nilai dasar tersebut maka kita harus menggunakan dasarazas prioritas, dimana prioritas pertama selalu diutamakan pada nilai keadilan, baru nilai kegunaan atau kemanfaatan dan terakhir kepastian hukum. Dengan demikian jelaslah di sini bahwa nilai keadilan lebih utama daripada nilai kemanfaatan dan kepastian hukum. Dalam azas yuridis, segala sesuatu yang berkenaan dengan pemungutan pajak harus ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan untuk menghindari kesewenang-wenangan serta terjadinya penyelewengan di dalam pemungutan pajak. Pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak harus jelas dan pasti. Kepastian itu meliputi Subjek dan Objek pajak, tarif dan dasar pengenaan pajak dan lain-lain. Untuk menjamin kepastian hukum dalam pemungutan pajak maka pemungutan pajak harus berdasarkan hukum. Artinya, pemerintah baik pusat maupun daerah sebelum Universitas Sumatera Utara 19 melakukan pungutan apapun terhadap rakyatnya harus terlebih dahulu menyiapkan perangkat peraturan perundang-undangan. 20 Dalam penelitian ini, di kota Tanjung Balai pelaksanaan Pemungutan BPHTB telah direalisasikan dengan Peraturan Daerah No. 02 Tahun 2011 dan Peraturan Walikota No. 11 Tahun 2011. Teori Norma Hukum Berjenjang stufentheorie, Hans Kelsen mengatakan bahwa norma-norma hukum berjenjang-jenjang atau bertangga-tangga stufen dan berlapis-lapis dalam suatu hierarki atau tata susunan, di mana suatu norma yang lebih rendah bersumber dan berdasar pada norma yang lebih tinggi lagi demikian seterusnya sampai pada suatu norma yang tidak dapat ditelusuri lagi lebih lanjut yaitu norma dasar grundnorm. 21 Secara garis besar Teori the hierarchy of normstufentheorie di atas dapat dimaknai sebagai berikut : 22 1. Peraturan perundang-undangan yang lebih rendah harus bersumber atau memiliki dasar hukum atau validasi dari suatu peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. 2. Isi materi atau peraturan yang lebih rendah tidak boleh menyimpang atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. BPHTB yang terdapat dalam Peraturan Daerah Tanjung Balai yang secara hirarkisusunan berada lebih rendah di bawahnya, tidak boleh bertentangan dengan 20 Santoso Brotodiharjo, Op. Cit., hal. 37. 21 Hans Kelsen, Teori Hukum Murni Dasar-Dasar llmu Hukum Normatif, Sebagai llmu Hukum Empirik, Diterjemahkan Oleh Sumardi, Yogyakarta: Rindipress, 1993, hal 7. 22 Sutan Remi Syahdewi, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang seimbang Bagi Para Pihak dalam Perpajakan Kredit Bank lndonesia, Jakarta: lnstitut Banking lndonesia,1993, hal 10. Universitas Sumatera Utara 20 ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang tentang BPHTB Nomor 20 Tahun 2000 yang lebih tinggi di atasnya.

2. Konsepsi

Konsepsi adalah suatu bagian terpenting dari teori, karena konsepsi merupakan penghubung yang menerangkan sesuatu yang sebelumnya hanya baru ada dalam flkiran. Konsepsi diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu yang abstrak menjadi sesuatu yang konkrit, yang dibuat dengan operational definition, penafsiran yang mendua dubius dari suatu istilah yang dipakai. 23 Selain itu juga untuk memberikan pegangan dalam proses penelitian ini. Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus didefenisikan bebarapa konsep dasar agar diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, yaitu : a. Pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutama oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung yang dapat ditunjuk, dan yang gunanya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan tugas pemerintahan. 24 b. Hutang Pajak adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat dalam masa pajak, tahun pajak atau dalam bagian tahun pajak menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. 25 23 Chaidir Ali, Hukum Pajak Elementer,Bandung: Eresco, 1993, hal 19. 24 Ibid. 25 Mardiasmo, Op. Cit., hal. 21. Universitas Sumatera Utara 21 c. Jual beli adalah suatu perjanjian atau persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan penyerahan kebendaan yang dijual oleh penjual dan penyerahan uang oleh pembeli kepada penjual. 26 d. BPHTB atau Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan, yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang BPHTB. e. Objek Pajak BPHTB adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan yang terjadi sebab adanya perbuatan hukum atas tanah dan atau bangunan karena pemindahanpelepasan hak dan pemberian hak baru. f. Subjek Pajak BPHTB adalah wajib pajak orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan yang menurut Undang-Undang BPHTB menjadi wajib pajak BPHTB. g. Verifikasi adalah merupakan proses pengecekan atau pemeriksaan kesesuaian data apakah sudah sesuai dengan peraturan serta data konkrit yang ada. h. Surat Setoran Pajak Daerah SSPD adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang telah ditunjuk oleh Kepala Daerah. 26 Surat Menteri Keuangan Nomor S-632MK.072010, tanggal 30 November 2010 tentang Percepatan Penyusunan Peraturan Daerah Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB. Universitas Sumatera Utara 22 i. PPAT Pejabat Pembuat Akta Tanah adalah pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai Hak Atas Tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun. j. STPD Surat Tagihan Pajak Daerah adalah surat tagihan yang digunakan untuk melakukan tagihan pajak dandaerah dan atau sanksi administrasi berupa bunga danatau denda yang mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan surat ketetapan pajak. k. SKPDKB Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak jumlah kredit pajak jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar. l. Sistem Official Assesment adalah sistem pemungutan pajak yang memberikan kewenangan kepada aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terhutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam system ini inisiatif serta kegitan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada di tangan para aparatur perpajakan. m. Sistem Self Assesment adalah Sistem yang memberikan kewenangan terhadap wajib pajak untuk menghitung sendiri jumlah pajak yang terhutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung pajak sepenuhnya berada di tangan wajib pajak. n. Sistem Withholding adalah sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut pajak yang terutang. Pemotongan pajak bisa oleh majikan, bendahara atau pemberi kerja. Universitas Sumatera Utara 23

G. Metode Penelitian 1.

Sifat Penelitian Sifat penelitian ini adalah deskriptif di mana penelitian yang bersifat deskriptif menganalisa suatu peraturan hukum baik dalam bentuk teori maupun praktek pelaksanaan dari hasil penelitian di lapangan. 27 Penelitian ini akan menggambarkan secara cermat karakteristik dari fakta-fakta individu, kelompok atau keadaan untuk menentukan frekwensi sesuatu yang terjadi. 28 Penelitian yang dalam bahasa asingnya disebut dengan istilah research, pada hakikatnya adalah merupakan upaya pencarian. Dimana lewat penelitian ini orang mencari search, temuan-temuan baru berupa pengetahuan yang benar truth, true knowledge, yang dapat dipakai untuk menjawab suatu pertanyaan atau untuk memecahkan suatu masalah. 29 Dengan penelitian deskriptif ini dimaksudkan untuk melukiskan keadaan objek atau peristiwanya kemudian ditelaah, dan menjelaskan serta menganalisa data dan mengujinya dengan berbagai peraturan perundangan yang berlaku maupun dengan pendapat para ahli hukum sehingga dapat diperoleh gambaran tentang data faktual yang berhubungan dengan masalah Pemungutan BPHTB Dalam Transaksi Jual Beli Tanah dan atau Bangunan di Kota Tanjung Balai

2. Jenis Penelitian

Menurut Sutrisno Hadi, penelitian ilmiah adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha mana dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah. Dengan demikian penelitian yang dilakukan tidak lain untuk memperoleh data yang telah teruji kebenaran ilmiahnya. 27 Soejono Soekamto, Op. Cit., hal. 63. 28 Rianto Adi, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Granit,1986, hal 58. 29 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1989, hal, 4. Universitas Sumatera Utara 24 Namun untuk mendapat kebenaran ilmiah tersebut ada dua pola pikir menurut sejarahnya, yaitu berfikir secara rasional dan befikir secara empiris. Oleh karena itu untuk menemukan kebenaran ilmiah maka digabungkanlah kedua pola fikir tersebut, di mana rasional memberikan kerangka pemikiran yang logis sedangkan empiris merupakan kerangka pembuktian atau pengujian untuk memastikan suatu kebenaran. 30 Berdasarkan rumusan di atas maka metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif. Pendekatan yuridis normatif dilakukan dengan meneliti sumber bacaan, bahan kepustakaan yang relevan dengan penelitian atau data sekunder yang meliputi azas-azas hukum, kaedah hukum dan sistematika hukum, putusan pengadilan penelitian bersifat teoritis ilmiah yang dapat menganalisa permasalahan yang dibahas.

3. Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian hukum normatif adalah data sekunder yang diperoleh dari sumber kepustakaan, 31 Data sekunder yang dipakai adalah bahan hukum. Berdasarkan kekuatan yang mengikatnya, bahan hukum untuk memperoleh data terbagi menjadi 3 tiga bagian yaitu : 1. Bahan Hukum Primer, yakni hukum yang mempunyai kekuatan mengikat dari sudut norma dasar peraturan dasar dan perundang-undangan, 32 yang terdiri dari : a. Norma atau kaidah dasar yaitu Pembukaan UUD 1945. 30 Ibid. 31 RonnyHanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990, hal 36. 32 Soejono H. Abduhrahman, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Bina Cipta, 2003, hal 57. Universitas Sumatera Utara 25 b. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang- Nomor 21 tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan. c. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. d. Peraturan Daerah Kota Tanjung Balai, Nomor 2 Tahun 2011 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan. e. Peraturan Walikota Tanjung Balai, Nomor 11 Tahun 2011 tentang Peraturan Pemungutanan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan. f. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. g. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. h. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pembuat Akta Tanah. 2. Bahan Hukum Sekunder terutama adalah buku teks karena buku teks berisi mengenai prinsip-prinsip dasar ilmu hukum dan pandangan-pandangan klasik para sarjana yang mempunyai klasifikasi tinggi. 33 Bahan hukum sekunder yaitu semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi, yang terdiri atas : a. Buku -buku literatur atau bacaan yang menjelaskan mengenai pemungutan BPHTB Dalam Transaksi Jual Beli Tanah dan atau Bangunan. 33 Ibid. Universitas Sumatera Utara 26 b. Pendapat ahli yang berkompeten dengan penelitian penulis. c. Tulisan dari para ahli yang berkaitan dengan pemungutan BPHTB. 3. Bahan Hukum Tertier, yakni bahan hukum yang dijadikan pegangan atau acuan bagi kelancaran proses penelitian. Bahan hukum tertier biasanya memberikan informasi, petunjuk maupun keterangan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum skunder yaitu : 34 1. Kamus Bahasa Indonesia 2. Kamus Ilmiah Popular 3. Surat Kabar majalah 4. Internet dan makalah-makalah yang berkaitan dengan objek penelitian.

4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan LibraryResearch, di mana di samping pengumpulan data sekunder untuk melengkapi dan menambah data dalam penelitian ini akan dipergunakan cara memperoleh data dari informan bila diperlukan. 35 Adapun alat pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumen documentary study atau kepustakaan, yang dilakukan untuk mengumpulkan data skunder dengan. mengkaji berbagai peraturan perundang- 34 Burhan Ashofa,Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta,2003, hal 91. 35 Soerjono Soekamto dan Sri Mulyadi, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995, hal 55. Universitas Sumatera Utara 27 undangan, literatur-literatur, tulisan-tulisan para ahli hukum serta bahan kuliah yang berkaitan dengan penelitian ini, 36 dan wawancara interview yang mendalam.

5. Analisis Data

Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis kualitatif yaitu dengan cara melakukan interprestasi dan konstruksi hukum atas peristiwa konkrit yang terjadi terutama yang berkaitan dengan masalah jual beli tanah dan bangunan dalam kaitannya dengan kewajiban membayar BPHTB. Maka dari data-data yang telah dikumpulkan secara lengkap dan telah diperiksa kebenarannya dan dinyatakan valid, lalu diproses melalui langkah-langkah yang bersifat umum, yakni : 37 a. Reduksi data, dimana data yang diperoleh di lapangan ditulis dalam bentuk uraian atau laporan yang terperinci. Laporan tersebut direduksi, dirangkum dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting lalu dicari tema dan polanya. b. Mengambil kesimpulan dan verifikasi, yaitu data yang telah terkumpul dan direduksi, kemudian mencari maknanya, pola, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul dan kemudian disimpulkan. Data lebih ditekankan analisisnya pada proses penyimpulan dengan logika deduktif, yaitu berfikir dari yang umum menuju hal yang lebih khusus, dengan catatan bahwa kebenaran materil dari data yang dianalisis tersebut diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang sedang diteliti. Dari kegiatan interprestasi data sekunder yang diperoleh diharapkan dapat menghasilkan kesimpulan yang sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian. 36 Burhan Ashofa, Op. Cit., hal 91. 37 Ridwan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Yogyakarta: Bina Cipta, 2004, hal 97. Universitas Sumatera Utara 28

BAB II SISTEM PEMUNGUTAN BPHTB DALAM TRANSAKSI JUAL BELI TANAH

Dokumen yang terkait

Kajian Aspek Legal Pengenaan PPH Final Pengalihan Hak Atas Tanah dan Bangunan Dan BPHTB Terhadap Transaksi Leasing Tanah Dan Bangunan”

6 67 188

Kajian Hukum Pengenaan BPHTB dan PPh Final Pengalihan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Dalam Transaksi BOT (Built Operate And Transfer)

11 132 141

Tinjauan Yuridis Terhadap Kewajiban Verifikasi Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB) Atas Peralihan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Di Kota Pekanbaru

6 97 144

Pelaksanaan Pemungutan Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dalam Jual Beli Tanah dan Bangunan di Kabupaten Badung.

2 16 63

PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) DALAM JUAL BELI TANAH DAN ATAU BANGUNAN DI KOTA SEMARANG - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 1 79

Penentuan Harga Jual Beli Tanah Dalam Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Di Kota Pekanbaru

0 0 17

BAB II SISTEM PEMUNGUTAN BPHTB DALAM TRANSAKSI JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN DI KOTA TANJUNG BALAI A. Jenis-jenis Sistem Pemungutan Perpajakan - Tinjauan Yuridis Terhadap Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dalam Transaksi Jual Bel

0 1 27

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Terhadap Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dalam Transaksi Jual Beli Tanah dan Bangunan di Kota Tanjung Balai

0 0 27

Tinjauan Yuridis Terhadap Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dalam Transaksi Jual Beli Tanah dan Bangunan di Kota Tanjung Balai

0 1 15

PENERAPAN SISTEM SELF ASSESSMENT PADA PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DI KOTA SURAKARTA - UNS Institutional Repository

0 1 13