39
Kecenderungan adanya upaya menghindari pajak adalah merupakan faktor pendorong wajib pajak untuk memberikan keterangan mengenai Nilai Perolehan
Objek Pajak NPOP yang tidak sesuai dengan nilai perolehan sebenarnya. Hal tersebut terkait tingginya Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB
yang haras dibayar sehingga wajib pajak menggunakan nilai terkecil dari Nilai Jual Objek Pajak NJOP atau harga transaksi dan mencantumkan harga transaksi yang
bukan sebenarnya dalam akta jual beli, sehingga dapat mempengaruhi besarnya Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang dibayar oleh wajib pajak.
Oleh karena itu, banyak Wajib Pajak mengunakan dasar pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB yang dipakai adalah dengan
mengaju pada Nilai Jual Objek Pajak NJOP yang tercantum dalam Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang SPPT.
B. Sistem Dan Prosedur Pemungutan BPHTB di Kota Tanjung Balai
Sebelum lahirnya Undang-Undang baru Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Bea Perolehan Hak Atas Tanah danatau Bangunan
BPHTB pada Pemerintah Pusat merupakan dana bagi hasil yang merupakan bagian dari daerah yang bersumber dari penerimaan yang dihasilkan oleh daerah.
Seiring dengan Otonomi Daerah melalui pola desentralisasi fiskal, Bea Perolehan Hak Atas Tanah danatau Bangunan BPHTB telah resmi sepenuhnya menjadi Pajak
Daerah yang berlaku mulai tanggal 1 Januari 2011. Berkaitan dengan pemungutan BPHTB, berdasarkan ketentuan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah selain
Universitas Sumatera Utara
40
pemungutan, maka hasil pemungutan tersebut seluruhnya menjadi kewenangan Daerah karena dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. BPHTB merupakan salah satu pajak Daerah, sehingga sebagai konsekkuensinya tidak hanya pemungutannya tetapi segala
sesuatunya yang
berkaitan dengan
BPHTB kewenangannya
menjadi milik
Pemerintah Daerah KabupatenKota dan bukan menjadi kewenangan Pemerintah Pusat.
Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan BPHTB di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dilaksanakan dengan pola
desentralisasi fiskal. Dimana dalam pemungutan BPHTB sebagai pajak daerah ini diharapkan mampu untuk meningkatkan kemandirian daerah di dalam membiayai
kebutuhannya sendiri tanpa lagi harus menggantungkan diri pada Pemerintah Pusat Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan BPHTB di Kota
Tanjung Balai dilaksanakan berdasarkan pada Peraturan Daerah Perda Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah. Peraturan Daerah Perda Nomor 2 tahun 2011
merupakan pedoman utama dari Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dalam melaksanakan pemungutan BPHTB.
Efektifitas pemungutan BPHTB dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah PAD memerlukan waktu dan biaya selama pemungutan. Waktu pemungutan
BPHTB berlangsung pada hari kerja Senin-Jumat pada hari kerja. Waktu pemungutan BPHTB dilakukan setelah ada transaksi antara wajib pajak dengan
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah DPPKA.
Universitas Sumatera Utara
41
Biaya pemungutan disini dimaksudkan untuk pembiayaan selama proses pemungutan BPHTB, di mana untuk biaya pemungutan ini telah diselenggarakan
oleh Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Tanjung Balai. Pelaksanaan pemungutan BPHTB dengan sistem self assessment ini
dilaksanakan berdasarkan atas penjelasan Pasal 1 ayat 4Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang BPHTB. Menurut Mardiasmo, Self Assessment System
51
adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk
menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Dalam pemenuhan kewajiban Bea perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
adalah berdasarkan Self Assessment System, yaitu Wajib Pajak, menghitung dan membayar sendiri utang pajaknya.
Di dalam Peraturan Daerah Perda menetapkan bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 13 Peraturan Daerah Kota Tanjung Balai Nomor 2 Tahun 2011
Tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, perlu menetapkan sistem dan prosedur pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan BPHTB
dengan Peraturan Walikota. Peraturan Walikota sebagaimana dimaksud mencakup seluruh prosedur yang ada di dalam Peraturan Daerah tersebut.
Sebagai peraturan pelaksana dari Perda Nomor 2 Tahun 2011, maka Walikota Tanjung Balai menerbitkan Peraturan Walikota Nomor 11 Tahun 2011, tentang
sistem dan prosedur pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan. Ada hal yang menarik untuk dibahas dalam Peraturan Walikota ini tentang penelitian
51
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
42
verifikasi Surat Setoran Pajak Daerah SSPD yakni setoran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan yang wajib dilakukan oleh fungsi pelayanan, dalam hal ini
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Tanjung Balai yang diatur dalam Pasal 7 Peraturan Walikota ini.
Sistem ini telah terjadi pengeseran dari self Assessment System menjadi
kewenangan pejabat di Kota Tanjung Balai, karena adanya sistem verifikasi pembayaran BPHTB yang dilakukan pejabat, dimana Wajib Pajak yang telah
menghitung sendiri jumlah pajaknya dan ingin membayar menyetorkan utang pajaknya sendiri ternyata harus diverifikasi terlebih dahulu oleh Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah DPPKA Kota Tanjung Balai.
C. Dasar Hukum Bea Perolehan Hak atas Tanah danatau Bangunan