Hak dan Kewajiban Penjual dan Pembeli dalam Transaksi Jual Beli Tanah dan Bangunan

61 mendorong orang membuat perjanjian. Melainkan sebab dalam arti isi perjanjian itu sendiri yang rnenggambarkan tujuan yang akan dicapai oleh pihak-pihak. 61 Perlu dijelaskan bahwa yang dimaksud sebab yang halal adalah bahwa isi dari perjanjian tersebut tidak menyimpang dari ketentuan perundang-undangan yang berlaku disamping tidak menyimpang dari norma-norma ketertiban dan kesusilaan sebagai mana yang dinyatakan dalam Pasal 1337 KUHPerdata. Dalam jual beli yang menjadi sebab perjanjian adalah di satu pihak pembeli ingin mendapatkan barangnya dan pihak lain penjual berkeinginan untuk mendapatkan uangnya.

B. Hak dan Kewajiban Penjual dan Pembeli dalam Transaksi Jual Beli Tanah dan Bangunan

Penjual dan pembeli masing-masing mempunyai hak dan kewajiban. Sebagaimana diketahui bahwa subyek hukum adalah manusia dan badan hukum yang masing-masing mempunyai hak dan kewajiban. 62 Subyek hukum manusia harus memenuhi syarat-syarat umum untuk melakukan suatu perbuatan hukum secara sah. Subyek jual beli adalah penjual dan pembeli dan barang-barang yang dijual atau dibeli. Pasal 1476 KUHPerdata sampai dengan Pasal 1470 KUHPerdata adalah peraturan istimewa, karena untuk itu tidak melarang jual beli pihak-pihak dengan kata lain setiap orang boleh mengadakan jual beli asal memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan di dalam undang-undang. 61 Ibid, 62 Qiram Syamsuddin Meliala, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian, Yogyakarta: Penerbit Liberty,1985, hal. 38-39. Universitas Sumatera Utara 62 Ada beberapa hal yang terpenting dalam obyek jual beli, yaitu : a. Benda yang diperjualbelikan. Maksudnya barang yang diperjualbelikan tersebut harus terlihat nyata sehingga pembeli dapat mengetahui bentuk bendabarang yang hendak diperjualbelikan tersebut. b. Mengenai harga barang obyek jual beli. Maksudnya obyek jual beli misalnya rumah, setelah diketahui dengan jelas bentuk obyeknya yang hendak dijual maka pembeli juga harus mengetahui dengan jelas mengenai harga barang atas obyek tersebut. Kesepakatan harga barang antar kedua belah pihak harus jelas. c. Musnahnya barang yang dijual. Maksudnya musnahnya barang atau obyek yang hendak diperjualbelikan tersebut akan mengakibatkan kebatalan jual beli tersebut dilakukan oleh para pihak yang hendak melakukan jual beli. Dalam Pasal 1459 KUHPerdata, hak milik tidak dengan sendirinya menurut hukum berpindah kepada pembeli, melainkan milik itu baru berpindah sesudah barang yang dibeli atau diserahkan sesuai dengan aturan penyerahan yang ditetapkan. Kalau demikian tanpa mengurangi maksud dari pasal tersebut, penyerahan barang obyek jual beli tidak hanya menyerahkan barang semata-mata, tapi meliputi penyerahan barang dan penguasaan serta hak milik dari barang kepada pembeli. Kewajiban pembeli yang paling utama tentunya kewajiban untuk membayar harga sesuai dengan ketentuan Pasal 1513 KUHPerdata, pembeli wajib Universitas Sumatera Utara 63 menyelesaikan pelunasan bersama dengan penerimaan barang. Di samping pembeli hendak melakukan pembayaran atas barang yang diterimanya, pembeli juga berkewajiban untuk membayar pajak yakni pajak BPHTB. Pajak tersebut dibayar sebelum dibuatnya akta jual beli atas tanah dan bangunan tersebut. Kewajiban penjual menurut Pasal 1474 KUHPerdata pada pokoknya terdiri dari atas : 1. Kewajiban untuk penyerahan barang yang dijual kepada pembeli. 2. Kewajiban memberi jaminan bahwa barang yang dijual itu tidaklah mempunyai sangkutan apapun, tuntutan maupun pembebanan. Dalam hal penyerahan barang, maka yang wajib diserahkan oleh penjual dan pembeli adalah : 63 1. Pemindahan barang yang dijual ke dalam penguasaan dan pemilikan pembeli. 2. Segala sesuatu yang rnerupakan bagian dari barang yang dijual yang dihajadkan untuk penggunaan barang itu selama-lamanya. 3. Surat-surat bukti pemilikan atas benda, jika oleh kebiasaan atau undang- undang disyaratkan adanya surat-surat tersebut bagi jenis benda seperti itu. C. Prosedur Pelaksanaan Akta Jual Beli di Hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah Untuk Mendapatkan Kepastian Hukum. Akta yang dibuat PPAT memberikan kepastian hukum bagi para pihak membuatnya, karena undang-undang yang memberikan wewenang kepada PPAT untuk membuat suatu akta otentik yang fungsinya sebagai alat bukti di Pengadilan jika di kemudian hari terjadi sengketa di antara para pihak yang membuat akta itu. 63 Djohari Santoso dan Achmad Ali, Hukum Perjanjian Indonesia, Yogyakarta: Penerbit Perpustakaan Hukum Universitas Islam Indonesia, hal. 129. Universitas Sumatera Utara 64 Berkaitan dengan syarat formal maupun materielnya sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa untuk terjadinya jual beli tanah hak di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT harus bersifat final, baik syarat formal maupun materielnya. Untuk syarat formal biasanya telah dipenuhinya persyaratan kelengkapan surat-surat sertifikat, dan lainnya yang menjadi bukti hak atas tanah. Syarat materiel seperti harus lunasnya harga jual beli, merupakan syarat untuk perjanjian pokoknya yaitu jual beli di hadapan PPAT. Dengan demikian, tidak bertentangan dengan Pasal 37 PP Nomor 24 Tahun 1997 yang menentukan bahwa pengalihan hak atas tanah harus dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang berwenang. Hal ini merupakan konsekuensi Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945, amandemen ke tiga yang menentukan secara tegas bahwa Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Prinsip Negara hukum menjamin kepastian hukum, ketertiban dan perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum menuntut bahwa lalu lintas hukum dalam kehidupan masyarakat memerlukan adanya alat bukti yang menentukan dengan jalan hak dan kewajiban seseorang sebagai subjek hukum dalam masyarakat. Perbuatan hukum yang dilakukan di hadapan PPAT maka akan lahir akta otentik yang akan dijadikan sebagai alat bukti bagi para pihak telah dilakukan perbuatan hukum tertentu, mengenai hak atas atau hak milik atas satuan rumah susun, yang akan dijadikan sebagai dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum dimaksud. Universitas Sumatera Utara 65 Pada saat penandatangan akta jual beli dilakukan, terlebih dahulu blanko jual beli tersebut diisi dengan nama PPAT berikut dengan saksi–saksi dari PPAT yang daerah kerjanya meliputi daerah di mana objek hak atas tanah tersebut berada, serta nama para pihak, objek jual belinya berdasarkan dokumen-dokumen dan data-data yang telah disampaikan oleh para pihak. Akta tersebut kemudian oleh PPAT dibacakan kepada para pihak dan selanjutnya setelah para pihak telah mengerti akan isi akta jual beli tersebut, maka para pihak menandatangani akta jual beli tersebut, kemudian oleh saksi-saksi dan PPAT. 64 Dalam proses pembuatan akta jual beli yang dibuat dihadapan PPAT, dibutuhkan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh PPAT, sebelum dilakukan penandatangan akta jual beli oleh para pihak yang berkepentingan. Langkah-langkah tersebut adalah : 65 1. Sebelum melaksanakan pembuatan akta mengenai pemindahan atau pembebanan hak, PPAT wajib terlebih dahulu melakukan pemeriksaan pada kantor Pertanahan mengenai kesesuai sertipikat hak yang bersangkutan dengan daftar yang ada di Kantor Pertanahan setempat dengan memperlihatkan sertipikat asli. 2. Akta harus mempergunakan formulir yang telah ditentukan. 3. Dalam hal diperlukan izin untuk peralihan hak tersebut, maka izin tersebut harus sudah diperoleh sebelum akta dibuat. 64 Yudara, N.G, Kedudukan Akta PPAT sebagai alat bukti tertulis yang otentik, Makalah, Disampaikan di Jakarta pada tanggal 8 Juni 2001. hal. 64. 65 Ibid. Universitas Sumatera Utara 66 4. Sebelum dibuat akta mengenai pemindahan hak atas tanah, calon penerima hak harus membuat pernyataan yang menyatakan : a. Bahwa yang bersangkutan dengan pemindahan hak tersebut tidak menjadi pemegang hak atas tanah yang melebihi ketentuan maksimum penguasaan tanah menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Bahwa yang bersangkutan dengan pemindahan hak tersebut tidak menjadi hak atas tanah absentee menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. c. Bahwa yang bersangkutan menyadari bahwa apabila pernyataan sebagaimana dimaksud pada a dan b tersebut tidak benar maka tanah kelebihan atau tanah absentee tersebut menjadi obyek lndreform. d. Bahwa yang bersangkutan bersedia menanggung semua akibat hukumnya apabila pernyataan sebagaimana dimaksud pada a dan b tidak benar. 5. Pembuatan akta PPAT harus dihadiri oleh para pihak yang melakukan perbuatan hukum atau orang yang dikuasakan olehnya dengan surat kuasa tertulis sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 6. Pembuatan akta PPAT harus disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 dua orang saksi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku memenuhi syarat untuk bertindak sebagai saksi dalam suatu perbuatan hukum yang memberi kesaksian antara lain mengenai kehadiran para pihak atau kuasanya, keberadaan dokumen-dokumen yang ditunjukkan dalam Universitas Sumatera Utara 67 pembuatan akta, dan telah dilaksanakannya perbuatan hukum tersebut oleh para pihak yang bersangkutan. 7. PPAT wajib membacakan akta kepada para pihak yang bersangkutan dan memberikan penjelasan mengenai isi dan maksud pembuatan akta, dan prosedur pendaftaran yang harus dilaksanakan selanjutnya sesuai ketentuan yang berlaku. 8. Akta PPAT harus dibacakandijelaskan isinya kepada para pihak dengan dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2 dua orang saksi sebelum ditandatangani seketika itu juga oleh para pihak, saksi-saksi dan PPAT. 9. Selambat-lambatnya 7 tujuh hari sejak tanggal ditandatanganinya akta yang bersangkutan, PPAT wajib menyampaikan akta yang dibuatnya berikut dokumen-dokumen yang bersangkutan kepada Kantor Pertanahan untuk didaftar. Terhadap perbuatan hukum pengalihan hak tersebut, maka PPAT wajib menyampaikan pemberitahuan tertulis mengenai telah disampaikannya akta sebagaimana dimaksud di atas kepada para pihak yang bersangkutan. Sebelum dilakukannya penandatanganan akta jual beli, PPAT harus terlebih dahulu meminta bukti pembayaran pajak, hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 91 ayat 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, secara tegas menyatakan “Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT hanya dapat menandatangani akta pemindahan hak atas tanah danatau bangunan setelah Wajib Pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak“. Universitas Sumatera Utara 68 Selain itu berdasarkan ketentuan Pasal 39 Peraturan pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran tanah, PPAT harus menolak untuk membuat akta apabila : 1. Mengenai bidang tanah yang sudah terdaftar atau hak milik atas satuan rumah susun kepadanya tidak bisa disampaikan sertifikat asli hak yang bersangkutan atas sertifikat yang diserahkan tidak sesuai dengan daftar-daftar yang ada di Kantor Pertanahan. 2. Mengenai daftar tanah yang belum terdaftar kepadanya tidak disampaikan : a. Surat bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat 1 atau surat keterangan KepalaKelurahan yang menyatakan bahwa yang bersangkutan menguasai bidang tanah tersebut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat 2; dan b. Surat keterangan yang menyatakan bahwa bidang tanah yang bersangkutan belum bersertifikat dari kantor pertanahan, atau untuk tanah yang terletak di daerah yang jauh dari kedudukan kantor pertanahan, dari pemegang hak yang bersangkutan dengan dikuatkan oleh Kepala Desa Kelurahan; atau c. Salah satu para pihak yang akan melakukan perbuatan hukum yang bersangkutan atau salah satu saksi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, tidak berhak atau tidak memenuhi syarat untuk bertindak demikian; atau Universitas Sumatera Utara 69 d. Salah satu pihak atau para pihak bertindak atas dasar suatu surat kuasa mutlak yang pada hakikatnya berisikan perbuatan hukum pemindahan hak; atau e. Untuk perbuatan hukum yang akan dilakukan belum diperoleh izin pejabat atau instansi yang berwenang, apabila izin tersebut diperlukan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku; atau f. Obyek perbuatan hukum yang bersangkutan sedang dalam sengketa mengenai data fisik atau data yuridisnya; atau g. Tidak dipenuhi syarat lain atau dilanggar larangan yang diperlukan dalam peraturan perundang-undangan yang bersangkutan. Selanjutnya dalam penjelasan pada Pasal 38 ayat 1 Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 larangan yang diadakan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 tentang Pembayaran Pajak Pengalihan Hak Atas Tanah dan Bangunan jo Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1996 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 Tentang Pembayaran Pajak Pengalihan Hak Atas Tanah dan Bangunan untuk membuat akta, jika kepadanya tidak diserahkan fotocopy surat setoran pajak yang bersangkutan. Selain hal tersebut di atas, dalam menjalankan tugas jabatanya sebagai pembuat akta di bidang pertanahan, PPAT harus memiliki kecermatan dan ketelitian dalam memeriksa kelengkapan berkas-berkas dalam pembuatan akta jual beli. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh PPAT yaitu : Universitas Sumatera Utara 70 a. Identitas dari para pihak, PPAT harus memeriksa kebenaran formil dari identitas para pihak serta dasar hukum tindakan para pihak. b. Jangka waktu berakhirnya hak atas tanah yang diperjual belikan karena jangka waktunya berakhir, tanahnya kembali dikuasai oleh negara c. Tidak terdapat tunggakan Pajak Bumi dan Bangunan PBB. d. Tanah yang diperjualbelikan harus berada dalam wilayah kerja PPAT, yang bersangkutan. PPATNotaris termasuk sebagai salah satu pejabat yang mempunyai peran penting dalam pelaksanaan pemungutan pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB. Adakalanya dari penjelasan di atas maka dapat diketahui sistem pendaftaran tanah tidak terlepas dari sistem perpajakan. Hal ini tentunya dalam model manajement modren terhadap tanah yang dimiliki dua pokok kepentingan negara, yaitu berkenaan dengan kepentingan devisa dari pajak dan kepentingan rakyat kewajiban negara untuk aspek kepastian dan perlindungan hukum terhadap pemilik tanah.

D. Proses Penelitian Verifikasi Surat Setoran Pajak Daerah BPHTB Oleh DPPKA.

Dokumen yang terkait

Kajian Aspek Legal Pengenaan PPH Final Pengalihan Hak Atas Tanah dan Bangunan Dan BPHTB Terhadap Transaksi Leasing Tanah Dan Bangunan”

6 67 188

Kajian Hukum Pengenaan BPHTB dan PPh Final Pengalihan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Dalam Transaksi BOT (Built Operate And Transfer)

11 132 141

Tinjauan Yuridis Terhadap Kewajiban Verifikasi Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB) Atas Peralihan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Di Kota Pekanbaru

6 97 144

Pelaksanaan Pemungutan Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dalam Jual Beli Tanah dan Bangunan di Kabupaten Badung.

2 16 63

PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) DALAM JUAL BELI TANAH DAN ATAU BANGUNAN DI KOTA SEMARANG - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 1 79

Penentuan Harga Jual Beli Tanah Dalam Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Di Kota Pekanbaru

0 0 17

BAB II SISTEM PEMUNGUTAN BPHTB DALAM TRANSAKSI JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN DI KOTA TANJUNG BALAI A. Jenis-jenis Sistem Pemungutan Perpajakan - Tinjauan Yuridis Terhadap Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dalam Transaksi Jual Bel

0 1 27

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Terhadap Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dalam Transaksi Jual Beli Tanah dan Bangunan di Kota Tanjung Balai

0 0 27

Tinjauan Yuridis Terhadap Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dalam Transaksi Jual Beli Tanah dan Bangunan di Kota Tanjung Balai

0 1 15

PENERAPAN SISTEM SELF ASSESSMENT PADA PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DI KOTA SURAKARTA - UNS Institutional Repository

0 1 13