Otoritas Jasa Keuangan OJK sebagai Lembaga Baru dalam Pengawasan Sektor Jasa Keuangan

BAB III URGENSI UPAYA HARMONISASI UNDANG-UNDANG PASAR MODAL

NO. 8 TAHUN 1995 TERHADAP UNDANG-UNDANG OJK NO. 21 TAHUN 2011 DALAM PENGAWASAN PERUSAHAAN PUBLIK

A. Otoritas Jasa Keuangan OJK sebagai Lembaga Baru dalam Pengawasan Sektor Jasa Keuangan

Secara teoritis, terdapat dua aliran school of thought dalam hal pengawasan sektor jasa keuangan. Di satu pihak terdapat aliran yang mengatakan bahwa pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan sebaiknya dilakukan oleh institusi tunggal. Di pihak lain ada aliran yang berpendapat pengawasan sektor jasa keuangan lebih tepat apabila dilakukan oleh beberapa institusi. 192 Sementara itu, di Indonesia pada awalnya menerapkan sistem pengawasan terhadap sektor jasa keuangan dilakukan oleh beberapa institusi, berubah menjadi sistem pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan oleh satu institusi setelah lahirnya UUOJK yang berlaku tanggal 22 November 2011. Dengan itu pengawasan keseluruhan sektor jasa keuangan di Indonesia dilakukan oleh institusi tunggal OJK. Pasal 5 UUOJK menentukan bahwa OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. 193 Sistem pengawasan jasa keuangan secara terintegrasi pada awalnya dimulai di Skandinavia pada pertengahan tahun 1980-an. Inggris dan Jepang 192 Bismar Nasution, “Struktur Regulasi Independen Otoritas Jasa Keuangan”, Seminar tentang Eksistensi dan Tantangan OJK Dalam Menata Industri Jasa Keuangan Untuk Pembangunan Ekonomi”, Bening Institute, Jakarta 23 April 2013, hlm. 1. 193 Ibid., hlm. 2. Universitas Sumatera Utara kemudian menerapkan sistem pengawasan terintegrasi pada tahun 1998 dengan mendirikan United Kingdom Financial Services Authority dan Japan Financial Services Agency. 194 Pembentukan OJK merupakan bentuk atau model “single-regulator supervision” dimana kontrol atas sektor keuangan diserahkan pada satu otoritas tunggal dan lembaga ini bersifat independen dalam menjalankan tugasnya dan kedudukannya berada di luar pemerintah dan berkewajiban menyampaikan laporan kepada Badan Pemeriksa Keuangan dan Dewan Perwakilan Rakyat. 195 Model pengawasan sektor keuangan yang berlaku di Indonesia selama ini pada dasarnya lebih condong pada pendekatan institusional institusional approach, dimana regulator yang mengawasi suatu institusi didasarkan pada status badan hukum dari institusi yang diawasi tersebut. Bank diatur dan diawasi oleh BI, sedangkan perusahaan sektor keuangan nonbank diatur dan diawasi oleh Bapepam-LK. Kelebihan dari model ini adalah bahwa masing-masing otoritas menjadi lebih fokus dalam mengatur dan mengawasi industrinya. Namun, model ini juga memiliki kekurangan, terutama ketika terjadi suatu aktivitas yang saling bersinggungan. 1. Latar belakang berdirinya OJK dan asas-asas pembentukan OJK 196 194 Zulkarnain Sitompul, “Peralihan Fungsi, Tugas, dan Wewenang Pengawasan Bank Dari Bank Indonesia Ke Otoritas Jasa Keuangan OJK, Op.cit., hlm. 2. 195 Wisnu Indaryanto, “ Pembentukan dan Kewenangan Otoritas Jasa Keuangan “, Jurnal Legislasi Indonesia, Volume 9, Nomor 3, Oktober 2012, hlm. 333. 196 Hasbi Hasan, “Efektivitas Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Lembaga Perbankan Syariah”, Jurnal Legislasi Indonesia, Volume 9, Nomor 3, Oktober 2012, hlm. 381. Aktivitas yang bersinggungan maksudnya adalah telah terjadi konvergensi pada industri keuangan. Konvergensi yang dalam akan menyebabkan munculnya masalah kewenangan regulasi. Sebagai contoh yaitu adanya produk hybrid. Produk hybrid adalah produk yang merupakan perpaduan antara produk Universitas Sumatera Utara perbankan, asuransi atau pasar modal. Di Indonesia, produk-produk tersebut masih merupakan produk asuransi atau pasar modal murni sehingga dalam hal ini bank hanya berfungsi sebagai penjual agent dan mendapatkan komisi fee dari jasanya tersebut. Ambil contoh produk hybrid yang baru dikenal di Indonesia yaitu bancassurance Di Indonesia produk ini masih murni produk perusahaan asuransi yang ditawarkan atau dijual melalui jalur distribusi distribution channel perbankan. Hal ini sesuai dengan undang-undang perbankan yang melarang bank melakukan kegiatan asuransi. Keuntungan bank menjual produk hybrid tersebut adalah selain menerima komisi juga sekaligus dapat memperbesar customer base dan menjaga loyalitas nasabah. 197 Maka hal tersebut menunjukkan produk-produk yang dihasilkan lembaga- lembaga keuangan sudah sedemikian menyatunya sehinga sulit menentukan apakah suatu produk keuangan tertentu dihasilkan oleh industri perbankan sehingga diregulasi oleh bank sentral atau produk perusahaan sekuritas dan harus tunduk pada regulasi Bapepam. Oleh karena itu, dengan diserahkannya kewenangan pengawasan kepada satu institusi maka masalah kewenangan regulasi tersebut akan terpecahkan. 198 Adapun hal-hal yang melatarbelakangi lahirnya OJK yaitu 199 197 Zulkarnain Sitompul “Menyambut Kehadiran Otoritas Jasa Keuangan OJK, Pilars No.02Th.VII12-18 Januari 2004, hlm. 2-3. 198 Ibid., hlm. 2. 199 Rudy Hendra Pakpahan, Op.cit., hlm. 416. : Terjadinya proses globalisasi dalam sistem keuangan dan pesatnya kemajuan di bidang teknologi informasi serta inovasi finansial telah menciptakan sistem keuangan yang sangat kompleks, dinamis, dan saling terkait antar-subsektor keuangan baik dalam hal produk maupun kelembagaan. Adanya lembaga jasa keuangan yang Universitas Sumatera Utara memiliki hubungan kepemilikan di berbagai subsektor keuangan konglomerasi telah menambah kompleksitas transaksi dan interaksi antarlembaga jasa keuangan di dalam sistem keuangan. Banyaknya permasalahan lintas sektoral di sektor jasa keuangan, yang meliputi tindakan moral hazard, belum optimalnya perlindungan konsumen jasa keuangan, dan terganggunya stabilitas sistem keuangan. Ditinjau secara yuridis disamping hal-hal disebut diatas, latar belakang berdirinya OJK adalah berdasarkan amanat Pasal 34 UUBI. Adapun keseluruhan Pasal 34 berbunyi sebagai berikut: 1 Tugas mengawasi Bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang independen, dan dibentuk dengan undang-undang. 2 Pembentukan lembaga pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, akan dilaksanakan selambat-lambatnya 31 Desember 2010. 200 Dalam pembentukan OJK yang mandiriindependen dilakukan berlandaskan asas-asas, yaitu Berdasarkan hal tersebut diatas maka dibentuklah lembaga baru dalam pengawasan sektor jasa keuangan yaitu Otoritas Jasa Keuangan. 201 a. Independesi, yakni independen dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang OJK, dengan tetap sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku; : b. Kepastian hukum, yakni azas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan; 200 Khopiatuziadah, “Hubungan Kelembagaan Antar Pengawas Sektor Perbankan: Perspektif Undang-Undang Tentang Otoritas Jasa Keuangan”, Volume 9, Nomor 3, Oktober 2012, hlm. 427. 201 Wahyu Wiriadinata, Op.cit., hlm. 395-396. Universitas Sumatera Utara c. Kepentingan umum, yakni azas yang membela dan melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat serta memajukan kesejahteraan umum; d. Keterbukaan, yakni azas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan, dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi dan golongan, serta rahasia negara, termasuk rahasia sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan; e. Profesionalitas, yakni azas yang mengutamakan keahlian dalam pelaksanaan tugas dan wewenang Otoritas Jasa Keuangan, dengan tetap berlandaskan pada kode etik dan ketentuan peraturan perundang- undangan; f. Integritas, yakni azas yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral dalam setiap tindakan dan keputusan yanng diambil dalam penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan; dan g. Akuntabilitas, yakni azas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari setiap kegiatan penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. 2. Tujuan, Tugas, Fungsi, dan Wewenang OJK Mengikuti trend yang serupa di berbagai negara, OJK dibentuk dan dilandasi oleh prinsip-prinsip tata kelola governance yang baik. Pasal 4 UUOJK menentukan, bahwa OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan: a terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan Universitas Sumatera Utara akuntabel; b mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil; dan c mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat. 202 Dalam mencapai tujuannya, OJK mendukung kepentingan sektor jasa keuangan nasional dan meningkatkan daya saing nasional serta OJK diharapkan dapat menjaga kepentingan nasional. 203 Pasal 5 UUOJK menentukan bahwa OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan. Lembaga Otoritas Jasa Keungan OJK didirikan dengan tugas untuk mengawasi lembaga keuangan baik bank maupun non bank. Pengaturan mengenai tugas OJK diatur dalam Pasal 6 UUOJK. Dalam pasal tersebut menyebutkan bahwa OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap: a. kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan; b. kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal; dan c. kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya. 204 202 Bismar Nasution, “Fungsi dan Kewenangan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Mengawasi Industri Jasa Keuangan”, Sosialisasi Kepada Otoritas Jasa Keuangan OJK Peralihan Fungsi Pengawasan Industri Keuangan, Medan 29 November 2013, hlm. 3. 203 Direktur Penetapan Sanksi dan Keberatan Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan, “Peran Otoritas Jasa Keuangan dalam Pengawasan, Pengenaan Sanksi, dan Penanganan Keberatan di Industri Pasar Modal Indonesia”, Disampaikan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 21 September 2013, hlm. 7. 204 Bismar Nasution, “Fungsi dan Kewenangan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Mengawasi Industri Jasa Keuangan”, Op.cit., hlm. 4. Untuk melaksanakan fungsi OJK dalam pengaturan dan pengawasan tersebut, ketentuan Pasal 7 UUOJK menyatakan, bahwa untuk melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di sektor Perbankan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a, OJK mempunyai wewenang: Universitas Sumatera Utara a. Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank yang meliputi: 1 perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank; dan 2 kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa; b. Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi: 1 likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan, dan pencadangan bank; 2 laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank; 3 sistem informasi debitur; 4 pengujian kredit credit testing; dan 5 standar akuntansi bank; c. Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank, meliputi: 1 manajemen risiko; 2 tata kelola bank; 3 prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang; dan 4 pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan; dan d. Pemeriksaan bank. Didalam Pasal 8 UUOJK menyebutkan bahwa untuk melaksanakan tugas pengaturan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, OJK mempunyai wewenang: 1 menetapkan peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini; 2 menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; 3 menetapkan peraturan dan keputusan OJK; 4 menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan; 5 menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK; 6 menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu; 7 menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada Lembaga Jasa Keuangan; 8 menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola, memelihara, dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban; dan 9 menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan. Dalam Pasal 9 UUOJK menyebutkan bahwa untuk melaksanakan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, OJK mempunyai wewenang: a. Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan; b. Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala Eksekutif; c. Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan Konsumen, dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, danatau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; d. Memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan danatau pihak tertentu; Universitas Sumatera Utara e. Melakukan penunjukan pengelola statuter; f. Menetapkan penggunaan pengelola statuter; g. Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; dan h. Memberikan danatau mencabut: izin usaha, izin orang perseorangan, efektifnya pernyataan pendaftaran, surat tanda terdaftar, persetujuan melakukan kegiatan Usaha, pengesahan, persetujuan atau penetapan pembubaran, dan penetapan lain, sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

B. Akibat Hukum Dibentuknya Lembaga Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Pengawasan Lembaga Keuangan

Dokumen yang terkait

WEWENANG OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) DALAM PENGATURAN DAN PENGAWASAN TERHADAP BANK SYARIAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

8 98 57

Perlindungan Hukum bagi Pihak Ketiga Akibat Misleading Information Dihubungkan dengan Prinsip Keterbukaan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Jo Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

5 9 46

TINJAUAN YURIDIS PERAN OTORITAS JASA KEUANGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN DIHUBUNGKAN DENGAN PERLINDUNGAN TERHADAP INVESTOR PASAR MODAL.

0 3 10

FUNGSI PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM HAL TERJADINYA FORCED SELL DI PASAR MODAL DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TEN.

0 0 1

Upaya Harmonisasi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Terhadap Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan Dalam Pengawasan Perusahaan Publik

0 0 9

Upaya Harmonisasi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Terhadap Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan Dalam Pengawasan Perusahaan Publik

0 0 1

Upaya Harmonisasi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Terhadap Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan Dalam Pengawasan Perusahaan Publik

0 1 23

Upaya Harmonisasi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Terhadap Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan Dalam Pengawasan Perusahaan Publik

0 0 49

Upaya Harmonisasi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Terhadap Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan Dalam Pengawasan Perusahaan Publik

0 0 9

BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN (“UNDANG-UNDANG OJK”)

0 0 68