Akibat Hukum Dibentuknya Lembaga Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Pengawasan Lembaga Keuangan

e. Melakukan penunjukan pengelola statuter; f. Menetapkan penggunaan pengelola statuter; g. Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; dan h. Memberikan danatau mencabut: izin usaha, izin orang perseorangan, efektifnya pernyataan pendaftaran, surat tanda terdaftar, persetujuan melakukan kegiatan Usaha, pengesahan, persetujuan atau penetapan pembubaran, dan penetapan lain, sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

B. Akibat Hukum Dibentuknya Lembaga Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Pengawasan Lembaga Keuangan

Terbentuknya Lembaga OJK merupakan sebuah solusi yang terbaik bagi kebaikan sistem keuangan dengan mengedepankan efektivitas dan efiensi dalam melakukan pengawasan lembaga keuangan di Indonesia. Selama ini, pengawasan lembaga keuangan dilakukan oleh dua lembaga yang berbeda yaitu Bank Indonesia BI dan Kementerian Keuangan melalui Badan Pengawas Pasar Modal Bapepam. Namun pada prakteknya BI dan Bapepam dalam melakukan pengawasan tersebut belum optimal. 205 Untuk melaksanakan fungsi pengawasan secara terintegrasi, langkah- langkah persiapan dan periode transisi telah ditetapkan sehingga pada 1 Januari 2014 OJK telah siap melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai lembaga pengawas jasa keuangan secara terintegrasi. Proses transisi pengawasan industri jasa keuangan dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama, kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal dan kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya disingkat lembaga keuangan bukan bank LKBB yang dilakukan oleh Bapepam-LK 205 Rudy Hendra Pakpahan, Op.cit., hlm. 414. Universitas Sumatera Utara dialihkan pada akhir tahun 2012. Tahap kedua, pengawasan bank dialihkan dari Bank Indonesia kepada OJK pada akhir tahun 2013. 206 Perlunya suatu lembaga pengawasan yang mampu berfungsi sebagai pengawas yang mempunyai otoritas terhadap seluruh lembaga keuangan, dimana lembaga pengawas tersebut bertanggung jawab terhadap kegiatan usaha yang dilakukan oleh bank maupun lembaga keuangan non bank. 207 Sebagai lembaga negara independen yang baru di Indonesia, OJK diharapkan dapat melaksanakan salah satu tugas Bank Indonesia dalam melakukan pengawasan sektor perbankan di negara kita. Berdirinya lembaga independen baru ini sebenarnya sudah lama diamanatkan oleh UUBI, yaitu paling lambat tanggal 31 Desember 2002 dan kemudian menjadi paling lambat tanggal 31 Desember 2010. Tugas pengawasan bank merupakan tugas yang penting khususnya dalam rangka menciptakan sistem perbankan yang sehat dan pada akhirnya dapat mendorong efektivitas kebijakan moneter. sehingga apabila misalnya terjadi suatu bank gagal karena kegiatannya di pasar modal maka tidak akan ada lagi saling melempar tanggung jawab terhadap pengawasannya. Maka dengan dibentuknya OJK akan memberi akibat hukum bagi masing-masing lembaga keuangan. 1. Akibat hukum pembentukan OJK terhadap pengawasan perbankan 208 206 Zulkarnain Sitompul, Op.cit., hlm.345. 207 Fikri Feraldi, “Akibat Hukum Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Fungsi Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral”, Skripsi, Ilmu Hukum, Universitas Padjajaran, 2012, diunduh dari http:fh.unpad.ac.idrepo201207akibat-hukum-diberlakukannya-undang-undang-nomor-21- tahun-2011-tentang-otoritas-jasa-keuangan-terhadap-fungsi-bank-indonesia-sebagai-bank- sentral, diakses pada tanggal 10 Februari 2014. 208 Wisnu Indaryanto, Op.cit., hlm. 333. Universitas Sumatera Utara Dalam melakukan tugasnya lembaga ini melakukan koordinasi dan kerjasama dengan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang akan diatur dalam UUOJK. Lembaga pengawasan ini dapat mengeluarkan ketentuan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pengawasan bank dengan koordinasi dengan Bank Indonesia dan meminta penjelasan dari Bank Indonesia keterangan dan data makro yang diperlukan. 209 Selanjutnya, dalam Pasal 39 UUOJK terkait koordinasi dan kerjasama dalam menjalankan tugasnya, OJK berkoordinasi dengan BI dalam membuat peraturan pengawasan di bidang perbankan meliputi: kewajiban pemenuhan modal minimum bank, sistem informasi perbankan yang terpadu, kebijakan penerimaan dana dari luar negeri, penerimaan dana valuta asing dan pinjaman komersial luar negeri, produk perbankan, transaksi derivatif, kegiatan usaha bank lainnya dan penentuan institusi bank yang masuk kategori Systemically important bank serta data lain yang dikecualikan dari ketentuan kerahasiaan informasi. 210 Beralihnya fungsi pengawasan perbankan ini kepada OJK sejak tanggal 31 Desember 2013 juga mengakibatkan pejabat dan atau pegawai Bank Indonesia yang melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan di sektor perbankan dialihkan untuk dipekerjakan pada OJK. Adapun pejabat danatau pegawai yang berasal dari Bank Indonesia ini wajib bekerja di OJK untuk jangka waktu paling singkat 3 tiga tahun. 211 Pejabat danatau pegawai BI wajib menetapkan pilihan status sebagai pejabat danatau pegawai OJK atau tetap sebagai pejabat danatau pegawai BI, 209 Penjelasan Pasal 34 ayat 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. 210 Rudy Hendra Pakpahan, Op.cit., hlm. 419. 211 Zulkarnain Sitompul, Op.cit., hlm. 346. Universitas Sumatera Utara paling lama 2 dua tahun sejak beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 UUOJK. Sejak beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang pengawasan kepada OJK, kekayaan dan dokumen yang dimiliki danatau digunakan Bank Indonesia dalam rangka pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan di sektor perbankan dapat digunakan oleh OJK. 212 Kemudian dalam Pasal 40 dan Pasal 41 UUOJK disebutkan bahwa BI dapat melakukan pemeriksaan langsung terhadap bank dengan menyampaikan pemberitahuan secara tertulis terlebih dahuli kepada OJK, tetapi dalam pemeriksaan tersebut BI tidak dapat memberikan penilaian terhadap tingkat kesehatan bank. Laporan hasil pemeriksaan bank yang dilakukan oleh BI tersebut disampaikan kepada OJK, kemudian OJK menginformasikan kepada Lembaga Penjamin Simpanan LPS mengenai bank bermasalah yang sedang dalam upaya penyehatan oleh OJK. Apabila bank tersebut mengalami kesulitan likuiditas danatau kondisi kesehatannya semakin memburuk, OJK segera menginformasikan ke BI untuk melakukan langkah-langkah sesuai kewenangan BI sebagai bank sentral. 213 Akibat hukum setelah dibentuknya Lembaga OJK mengakibatkan peranan BI dalam menjalankan tugasnya hanya sebatas fungsi independen sebagai bank sentral selaku otoritas moneter dan sistem pembayaran. OJK diberi tugas dalam hal mikro micro-prudential supervision yakni mengawasi bank-bank yang ada di Indoensia. Sementara Bank Indonesia sendiri akan lebih bertanggung jawab dalam menangani masalah yang lebih makro macro-prudential supervision misalnya 212 Ibid., hlm. 346-347. 213 Rudy Hendra Pakpahan, Op.cit., hlm. 419-420. Universitas Sumatera Utara terkait dengan kebijakan moneter dan penanganan di saat krisis. BI tetap berwenang mengatur dan mengawasi seluruh aspek perbankan dalam rangka perumusan dan pelaksanaan kebijakan moneter dan sistem pembayaran. 214 Dalam pelaksanaannya, BI melakukan kebijakan moneter melalui penetapan uang beredar atau suku bunga, dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh pemerintah menggunakan instrumen-instrumen, antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan. Selain itu, BI juga menciptakan efisiensi sistem pembayaran, kesetaraan akses dan perlindungan konsumen. OJK dan BI akan bekerjasama dalam pengawasan bank terkait penentuan institusi bank yang masuk kategori systemically important bank. Dibantu oleh LPS. 215 Otoritas Jasa Keuangan merupakan hasil dari suatu proses penataan kembali struktur pengorganisasian dari lembaga-lembaga yang melaksanakan fungsi pengaturan dan pengawasan di sektor jasa keuangan. Lembaga ini independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pihak lain. 2. Akibat hukum pembentukan OJK terhadap pengawasan pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya 216 214 Anwar Nasution, “Stabilitas Sistem Keuangan: Urgensi, Implikasi Hukum, dan Agenda Kedepan”, Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII dengan tema Masalah-Masalah Sistem Keuangan dan Perbankan Indonesia, Badan Pembinaan Hukum Nasional-Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI, Denpasar, 2003. 215 Rudy Hendra Pakpahan, Op.cit., hlm. 120. 216 Wiwin Sri Rahyani, “Indepensi Otoritas Jasa Keuangan Dalam Perspektif Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan”, Jurnal Legislasi indonesia, Volume 9, Nomor 3, Oktober 2012, hlm. 361. Pengalihan fungsi pengawasan tentunya menimbulkan Universitas Sumatera Utara akibat hukum terhadap kewenangan Bapepam. Dimana sebelum terbentuknya OJK, pengawasan terhadap Lembaga Keuangan Non Bank berada pada Bapepam- LK. Setelah berlakunya UUOJK maka beralihlah fungsi pengawasan dan pengaturan tersebut yang dulunya berada pada Bapepam-LK kini menjadi tugas dan tanggung jawab dari Lembaga OJK. Beralihnya fungsi pengawasan pasar modal dan Lembaga Keuangan Bukan Bank LKBB ini kepada OJK juga mengakibatkan pejabat dan atau pegawai Badan Pengawas Pasar Modal yang melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan di sektor pasar modal dan LKBB dialihkan untuk dipekerjakan pada OJK. Adapun pejabat danatau pegawai yang berasal dari Bapepam dan Lembaga Keuangan ini wajib bekerja di OJK untuk jangka waktu paling singkat 1 satu tahun. 217 Pejabat danatau pegawai Kementerian Keuangan wajib menetapkan pilihan status sebagai pejabat danatau pegawai OJK atau tetap sebagai pejabat danatau pegawai Kementerian Keuangan, paling lama 2 tiga bulan sejak beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 UUOJK. Sejak beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang pengawasan kepada OJK, kekayaan dan dokumen yang dimiliki danatau digunakan kementerian keuangan dan Bapepam-LK dalam rangka pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan di sektor pasar modal dan LKBB dapat digunakan oleh OJK. 218 Resiko terbesar yang dihadapi oleh OJK pada masa peralihan adalah kemungkinan hilangnya kompetensi pengawasan yang sangat penting. Oleh 217 Zulkarnain Sitompul, Loc.cit. 218 Ibid., hlm. 346-347. Universitas Sumatera Utara karena itu, pada masa-masa transisi, penting untuk memastikan bahwa modal manusia dan pengetahuan kelembagaan yang telah dibina oleh BI dan Bapepam- LK tidak hilang, tetapi dialihkan ke OJK. 219 Periode peralihan ini menjadi lebih krusial karena dilakukan pada saat perekonomian dunia sedang dilanda krisis yang dalam sehingga menimbulkan banyak ketidakpastian. 220 Harmonisasi dalam peraturan perundang-undangan dapat dibagi atas harmonisasi vertikal dan harmonisasi horizontal. Harmonisasi vertikal peraturan perundang-undangan mempunyai peranan penting, selain berfungsi membentuk peraturan perundang-undangan yang saling terkait dan tergantung berdasarkan hirarki peraturan perundang-undangan serta membentuk suatu kebulatan yang utuh. Harmonisasi vertikal berfungsi sebagai tindakan preventif guna mencegah terjadinya Judicial Review suatu peraturan perundang-undangan karena jika hal ini terjadi akan timbul beberapa kerugian, baik dari segi biaya, waktu maupun tenaga.

C. Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan dalam Perspektif Ilmu Hukum

Dokumen yang terkait

WEWENANG OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) DALAM PENGATURAN DAN PENGAWASAN TERHADAP BANK SYARIAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

8 98 57

Perlindungan Hukum bagi Pihak Ketiga Akibat Misleading Information Dihubungkan dengan Prinsip Keterbukaan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Jo Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

5 9 46

TINJAUAN YURIDIS PERAN OTORITAS JASA KEUANGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN DIHUBUNGKAN DENGAN PERLINDUNGAN TERHADAP INVESTOR PASAR MODAL.

0 3 10

FUNGSI PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM HAL TERJADINYA FORCED SELL DI PASAR MODAL DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TEN.

0 0 1

Upaya Harmonisasi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Terhadap Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan Dalam Pengawasan Perusahaan Publik

0 0 9

Upaya Harmonisasi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Terhadap Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan Dalam Pengawasan Perusahaan Publik

0 0 1

Upaya Harmonisasi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Terhadap Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan Dalam Pengawasan Perusahaan Publik

0 1 23

Upaya Harmonisasi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Terhadap Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan Dalam Pengawasan Perusahaan Publik

0 0 49

Upaya Harmonisasi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Terhadap Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan Dalam Pengawasan Perusahaan Publik

0 0 9

BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN (“UNDANG-UNDANG OJK”)

0 0 68