Efektivitas pemanfaatan media pembelajaran VCD bidang studi fiqh terhadap peningkatan kemampuan kognitif siswa (studi kasus di MTs al-ikhwaniyah Pondok Aren)

(1)

(Studi Kasus di MTs Al-Ikhwaniyah Pondok Aren Tangerang)

Skripsi ini diajukan untuk syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)

Disususn Oleh: Mahfud Fauzi 206011000059

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011


(2)

Peningkatan Kemampuan Kognitif (Studi Kasus di MTs Al-Ikhwaniyah Pondok Aren)”

Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah peningkatan dan keefektifan kegiatan belajar mengajar menggunakan atau memanfaatkan media pembelajaran VCD dalam materi pengurusan jenazah yang berkaitan terhadap perkembanagn kognitif siswa sudah dilaksanakan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat sebelum mengajar, dan sebanyak tiga kali pertemuan dalam kegiatan belajar mengajar sesuai dengan pembagian pembahasan materi pengurusan jenazah, serta tersedianya alokasi waktu belajar mengajar dengan memanfaatkan media VCD sebagai bahan belajar. Sehingga hasil pembelajaran dengan menggunakan media VCD siswa kelas VIII A dapat meningkatkan pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisi, sintesis, dan penilaian terhadap materi pengurusan jenazah secara optimal di MTs Al-Ikhwaniyah pondok Aren

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang efektifitas pemanfaatan media pembelajaran VCD terhadap perkembangan kognitif siswa. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka prosedur yang ditempuh meliputi: persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, sedangkan teknik penelitian yang penulis gunakan yaitu: teknik observasi, wawancara, uji test pilihan ganda (multiple choice

items) dan dokumentasi. Teknik observasi dengan cara kunjungan langsung ke MTs

Al-Ikhwaniyah, wawancara dengan kepala sekolah, guru bidang studi fiqh dan siswa kelas VIII A/B, test pilihan ganda peneliti melakukan kepada 50 orang siswa dari kelas yang beda, 25 siswa kelas VIII A dan 25 siswa dari kelas VIII B di MTs Ikhwaniyah dan dokumentasi dengan cara melihat gambaran umum MTs Al-Ikhwaniyah Pondok Aren.

Hasil yang diperoleh dari test dan wawancara efektifitas pemanfaatan media pembelajaran VCD (pengurusan jenazah) terhadap perkembangan kognitif siswa menghasilkan peningkatan pembelajaran yang efektif. Hal ini dapat diketahui dari hasil jawaban siswa kelas VIII A sebagai kelas eksperimen dengan nilai rata-rata 72,36 sedangkan kelas VIII B sebagai kelas kontrol nilai rata-rata 66,06. Dan hasil wawancara menunjukan siswa menyenangi dan termotivasi pada saat proses belajar mengajar dengan memanfaatkan media pembelajaran VCD (Pengurusan Jenazah).


(3)

Rabbi Allah SWT. Raja di Raja Alam semesta yang merupakan Zat Yang Maha Agung, yang merupakan tempat mengembalikan segala urusan dan yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya kepada kita semuah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Efektifitas Pemanfaatan Media Pembelajaran VCD Terhadap Perkembangan Kognitif Siswa (Studi Kasus

di MTs Al-Ikhwaniyah Pondok Aren).”

Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada uswah semesta alam yang teramat istimewa, dimana dibalik keistimewaannya tersebut terarngkum sifat yang tidak dimiliki oleh manusia lainnya, yaitu mas’humnya beliau dari kekhilafan dan dosa yang di control langsung oleh Ruhul Amin atas perinyah Allah SWT, beliaulah pembawa risalah Islam sehingga tersebar keseluruh penjuru dunia yakni Habibina wa Syafi‟ina wa Maulana Muhammad SAW, dan semoga tercurahkan kepada keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang setia sampai akhir zaman.

Atas pertolongan Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang sederhana ini, walaupun tidak sedikit rintangan dan hambatan, alhamdulillah skripsi dapat tersusun dan terselesaikan berkat bantuan dan tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Akhirnya, penulis dapat menyelesaikannya, untuk itu dengan ketulusan hati penulis menghaturkan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada: skripsi ini.

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Bahrissalim, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.


(4)

4. Bapak Yudhi Munadi, M.Ag, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, fikirannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyususnan laporan penelitian ini.

5. Bapak dan ibu dosen yang telah mentransformasikan ilmunya kepada penulis selama masa perkuliahan.

6. Bapak Suhandi, S.Pd.I, sebagai Kepala Madrasah Tsanawiyah dan H. Aminuddin, S.Pd.I, guru bidang studi Fiqh, beserta staf MTs Al-Ikwaniyah yang telah membantu proses penelitian serta memberikan data-data yang diperlukan peneliti.

7. Pimpinan dan segenap para karyawan Perpustakaan Tarbiyah dan Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 8. Orang tua yang tercinta, Ayahanda Ahmad dan Ibundah Masamah, yang telah mencurahkan segala perhatiannya, kasih sayangnya dan doa yang tiada henti-hentinya serta didikan dengan tulus ikhlas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT, selalu memberikan limpahan kasih sayangnya serta memperoleh keridhaan-Nya.

9. Kakak Neneng Auliyah dan adiku Syaiful Anhar serta Khirul Umam, yang telah memberikan kasih sayang, bantuan dan motivasinya.

10.Mahasiswan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2006 Non Reguler FITK Jurusan PAI: Syahri, Miftah, Habib, Tiwi, Mae, Didi, Anto, andri dan Siroj (angkatan 2004), serta masih banyak lainnya lagi yang tidak dapat disebutkan satu persatu secara langsung maupun tidak, yang telah membantu penyusunan skripsi ini.

11.Untuk teman-teman, Arul, Rizky (Padank), Umam, Zen, Mr. Haikal, dan masih banyak lainnya lagi yang tidak dapat disebutkan, yang selalu mengobarkan api semangat dalam keputusasaan penulis dan telah memberikan bantuan baik langsung maupun tidak langsung dengan penuh


(5)

keberkahan dan menjadikannya sebagai amal shaleh serta mendapatkan pahala yang berlipat ganda di sisi-Nya, Amin…

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi materi maupun kajiannya, hal ini dikarenakan oleh terbatasnya kemapuan penulis. Namun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca skripsi ini. Amin

Penulis

Mahfud Fauzi


(6)

SURAT PERNYATAAN PENULIS

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQOSAH

ABSTRAK ………... i

KATA PENGANTAR ……… ii

DAFTAR ISI ………... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah... 8

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Efetifitas Media Pembelajaran VCD 1. Efetifitas Media Pembelajaran VCD a. Pengertian Efektifitas …... 10

b. Ciri-Ciri Efektifitas ... 14


(7)

b. Kriteria Pemilihan Media Pemelajaran . ... 18

c. Ciri-Ciri Media Pembelajaran ... 20

d. Nilai atau Manfaat Media Pembelajaran ... 21

3. Media Video/Video Compact Disc (VCD)

a. Pengertian Media Video/Video Compact Disc (VCD) ... 23

b. Karakteristik dan Langkah-Langkah VCD ………..………. 25 c. Teknik dan Strategi Pemanfaatan Program VCD... 28

B. Perkembangan Kognitif Siswa

1. Pengertian Kognitif

a. Pengertian Kognitif Siswa ... 30

b. Tingkat Pengembangan Kognitif ……..……….... 32 c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemapuan Kognitif ……… 36 d. Arti Penting Perkembangan Kognitif Bagi Proses Belajar …….. 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 43

B. Metode Penelitian ... 43


(8)

E. Teknik Analisis Data ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Kondisi Informan ………... 50 B. Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Media VCD ……... 52 C. Pembelajaran Kognitif Siswa Melalui Pemebelajaran Berbentuk Media VCD ………... 55 D. Upaya-Upaya MTs Al-Ikhwaniyah dalam Meningkatkan Mutu

Pendidikan ………... 57

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ……….... 60

B. Saran-Saran ……….... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN


(9)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu bidang pengetahuan terapan yang diharapkan semakin memberi sumbangan bagi perkembangan pendidikan di tanah air ialah bidang teknologi pendidikan. Kemampuan untuk memanfaatkan teknologi modern dalam upaya pengembangan pendidikan tentu saja sangat banyak tergantung pada jumlah dan kemampuan para ahli dalam bidang teknologi pendidikan. Pentingnya pendekatan teknologi dalam pengelolaan tersebut dimaksudkan agar membantu proses pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan.

Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena tanpa pendidikan manusia tidak akan dapat menentukan masa depannya. Pendidikan pada dasarnya usaha sadar untuk menumbuhkan kebanggaan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan mempasilitasi kegiatan belajar mereka. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan, “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk


(10)

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengenbangkan potensi yang ada pada dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”.1Sedangakan pada bab II Pasal 3, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakaf, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara demokratis, serta bertanggung jawab.2

Dalam rangka mencerdaskan bangsa, diperlukan suasana belajar dan proses pembelajaran secara aktif agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya. Untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas, salah satunya yang harus ada adalah guru yang berkualitas. Guru yang berkualitas ini adalah guru yang memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yakni yang memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadain, kompetensi sosial, dan kompetensi professional (Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen).

Kompetensi merupakan peleburan dari pengetahuan (daya pikir), sikap (daya kalbu), dan keterampilan (daya fisik) yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan. Dengan kata lain, kompetensi merupakan perpaduan dari penguasaan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya.3

1

Tim Redaksi Fokusmedia, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, (Bandung: Fokusmedia: 2003), h.3

2

Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam undang-undang Sisdiknas, h.37

3

Dr. H. Syaiful Sagala, M.Pd, Kemapuan professional Guru dan Tenaga Kependidikan (Bandung: Alfabeta: 2009), h. 23


(11)

Keberadaan guru yang memilki kompetensi bagi suatu bangsa amatlah penting, apalagi bagi suatu bangsa yang sedang membangun, terlebih-lebih bagi keberlangsungan hidup bangsa ditengah-tengah lintasan perjalanan zaman dengan teknologi yang kian canggih dan segala perubahan serta pergeseran nilai yang cenderung memberi nuansa kepada kehidupan yang menuntut ilmu dan seni dalam kadar dinamik untuk dapat mengadaptasikan diri.4

Jadi, dalam proses belajar mengajar guru hendaknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam upaya mencerdaskan anak didik untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Kualitas sumber daya manusia sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan yang diperolehnya. Peningkatan kualitas pendidikan tidak terlepas dari upaya peningkatan komponen-komponen yang saling berkaitan satu dengan lainnya dalam satu sistem yaitu guru, metode, kurikulum, siswa, sarana dan prasarana sekolah dan sebaginya.

Di dalam proses pembelajaran kegiatan interaksi antara guru dan siswa merupakan kegiatan yang cukup dominan, interaksi guru dan siswa dalam rangka transfer knowledge (proses transformasi ilmu pengetahuan) dan

transfer of values (mentransfer nilai), akan senantiasa menuntut komponen

yang serasi, dalam arti komponen yang ada dalam kegiatan proses pembelajaran akan saling bekerj sama dalam rangka mendukung pencapaian tujuan pembelajaran bagi siswa.

Untuk mencapai tujuan intruksional, masing-masing komponen itu akan saling merespon dan mempengaruhi antar satu dengan yang lain, sehingga tugas guru adalah bagaimana harus mendisain dari masing-masing komponen agar tercipta proses belajar mengajar yang efektif.

4

Drs. Moh. Uzer Usman, Menjadi guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya: 2009) , cet: 3, h.7


(12)

Keberhasilan suatu upaya mencapai tujuan dipengaruhi oleh efektifitasnya cara yang ditempuh atau metode yang digunakan dalam upaya tersebut. Menurut Streets yang dikutip oleh Hasbullah, efektifitas adalah konsistensi kerja yang tinggi untuk mencapai tujuan yang telah disepakati. Adapun Stoner yang dikutip pula oleh Ahmad Habibullah dkk. Memberikan definisi efektifitas sebagai kemapuan menetukan tercapainya tujuan.5

Efektifitas pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar, yaitu segala daya upaya guru untuk membentuk para siswa agar bisa belajar dengan baik.6

Jika seorang guru tidak menguasai cara menyampaikan materi pembelajaran dengan baik, hal tersebut dapat menimbukan kesulitan bagi siswa dalam mengerti dan memahami materi pembelajaran yang pada akhirnya menimbulkan kejenuhan, malas, dalam proses pembelajaran. Maka hal tersebut tentu tidak efektif dalam proses pembelajaran. Sesuatu dapat dikatakan efektif bila mencapai tujuan tertentu.

Soejono mengatakan bahwa, belajar akan lebih berhasil bila bahan yang dipelajari menarik perhatian anak. Karena bahan itu harus dipilih yang sesuai dengan pemahaman anak atau yang didalamnya nampak jelas adanya tujuan yang sesuai dengan tujuan melakukan aktifitas belajar.

Media merupakan sarana penyalur informasi di dalam proses belajar mengajar. Media juga dapat juga diartikan sebagai segalany sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Oleh karena itu media dapat membantu siswa lebih mudah dalam menyerap materi-materi tersebut. Salah satunya media pembelajaran tersebut ialah dengan

5

Ahmad Habibullah dkk, Efektifitas Pokjawas dan Kinerja Pengawas Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT pena Citasatria: 2008), cet: 1, h.6

6

Trianto, Mendesain Model pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan dan Implementasinya pada KTSP, (Jakartaa: Kencana: 2009), cet: 1, h.20


(13)

mengguakan media Video Compact Disk yang biasa kebanyakan orang mengenalnya sebagai VCD.

Media pembelajaran VCD adalah media yang dirancang sicara sistematis dengan berpedoman pada kurikulum yang berlaku dan dalam pengembangannya mengaplikasikan prinsip-prinsip pembelajaran sehingga program tersebut memungkinkan peserta didik mencerna materi pelajaran secara lebih mudah dan menarik. Secara fisik Video /VCD pembelajaran merupakan program pembelajaran yang dikemas dalam kaset video atau CD dan disajikan dengan menggunakan peralatan VTR atau VCD player serta monitor.7

Salah satu media pembelajaran yang menampilkan gambar, gerak, semakin lama semakin popular dalam menyampaikan pesan kepada penerima pesan karena pesan yang disajikan bisa bersifat fakta (kejadian/peristiwa penting, berita) mapun fiktif bisa bersifat informative, edukatif maupun intruksional.

Dengan menggunakan media VCD diharapkan dapat mengurangi abstraksi dan sekaligus dapat menambah pengetahuan, pemahaman dan ingatan siswa dapat menjadi semakin menarik dengan simulasi belajar akan menyenangkan karena akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat tercapainya tujuan pembelajaran atau tujuan intruksional.

Tujuan intruksional pada umumnya di kelompokan dalam tiga kategori, yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif mencakup tujuan yang berhubungan dengan ingatan (recall), pengetahuan dan kemapuan intelektual. Domain afektif mencakup tujuan-tujuan yang berhubungan dengan perubahan-perubahan sikap, nilai, perasaan, dan minat. Ranah pisiokomotorik mencakup tujuan-tujuan yang berhubungan dengan manipulasi dan kemampuan gerak (motor). Demikian menurut Bloom (1956) dan Krathwohl (1964) dalam Taxonomy of Educational Objectives. Klasifikasi

7


(14)

tujuan tersebut memungkinkan hasil belajar yang diperoleh dari hasil belajar-mengajar. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa hasil belajar dapat terlihat dari tingkah laku siswa . hal ini memberikan pula petunjuk bagi guru dalam menetukan tujuan-tujuan dalam bentuk tingkah laku yang diharapkan dari dalam diri siswa.8

Kemampuan kognitif dapat diartikan sebagai kapasitas mental yang merupakan pranata bagi manusia untuk menyadari atau memperoleh pengetahuan tantang suatu objek. Kemampuan kognitif tersebut mencakup proses seperti menyadari, mengorganisasikan, memahami, mempertimbangkan dan mengemukakan berbagai alasan. Selanjutnya proses kognitif dapat juga diartikan sebagai operasi mental yang terjadi pada waktu manusia berfikir yang meliputi adanya informasi, kejadian objek dan peristwa yang ada dan mengemukakan alasan-alasan sebagai hasil analisis, sintesis dan evaluasi. Operasi kognitif dipengaruhi oleh strategi kognitif yaitu cara-cara yang digunakan individu yang mengarahkan perhatian belajar, mengingat dan berpikir.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang: “Efektifitas Pemanfaatan Media Pembelajaran VCD Bidang Studi Fiqh Terhadap Peningkatan Kemampuan Kognitif Siswa” (Studi Kasus di MTs Al-Ikhwaniyah Pondok Aren).

B. Identifikasi Masalah

Proses pembelajaran dibuat sedemikian rupa agar tidak membosankan dan mengefektifkan belajar dan mengajar baik siswa mapun guru. Sekarang ini banyak siswa yang merasa kurang termotivasi dan kurang minat untuk belajar secara mandiri dan kurang perhatian terhadap pelajaran, hal ini mungkin disebabkan karena fasilitas dan pendidikan belum dapat memenuhi

8

Drs. Moh. Uzer Usman, Menjadi guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya: 2009) , cet: 3, h. 34


(15)

kebutuhan siswanya, serta kurangnya kemapuan guru dalam memanfatkan atau mengelola media pembelajaran dalam proses pembelajaran. Kebanyakan guru yang sering kita jumpai hanya menggunakan metode ceramah dalam menjelaskan materi pelajaran, tanpa di ikuti dengan media pembelajaran.

Terkait dengan persoalan efektifitas pemanfaatan media pembelajaran VCD bidang studi fiqh terhadap peningkatan kemampuan kognitif siswa, dapat di identifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Banyak siswa mengalami kesulitan dalam proses belajar, karena materi membutuhkan daya ingatan, pengetahuan dan kemampuan memahami yang cukup tinggi.

2. Kurang efektifnya penyampaian materi.

3. Bagaimana hasil belajar sesudah memanfaatkan media pembelajaran VCD?

4. Perlunya penggunaan media pembelajaran VCD dalam proses pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, maka untuk mempermudah dan mengarahkan peneliti ini, penulis membatasi masalah pada “Efektifitas Pemanfaatan Media Pembelajaran VCD Bidang Studi fiqh (Pengurusan Jenazah) Terhadap Peningkatan Kemampuan Kognitif Siswa”


(16)

D. Perumusan Masalah

Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah efektifitas pemanfaatan media pembelajaran VCD bidang studi fiqh (Pengurusan Jenazah) terhadap peningkatan kemampuan kognitif siswa”?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan media pembelajaran VCD (pengurusan jenazah) pada mata pelajaran fiqih.

2. Untuk mengetahui hasil pembelajaran materi pengurusan jenazah dengan menggunakan media VCD di MTs Al-Ikhwaniyah

3. Untuk mengetahui seberapa efektif pemanfaatan media pembelajaran terhadap perkembangan kognitif siswa di MTs Al-Ikhwaniya

Dari hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang peduli terhadap pendidikan, kususnya bagi:

1. Bagi sekolah dapat digunakan sebagai wahana untuk memberi kesempatan kepada guru-guru dalam mengembangkan kreativitas dalam proses pembelajaran serta meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran.

2. Bagi siswa dapat dipakai sebagai motivasi atau acuan untuk berkreativitas dalam mencari, menemukan serta memecahkan masalah dengan menggunakan media pembelajaran VCD sebagai bahan ajar.

3. Bagi guru sebagai seorang pendidik dan fasilitator dalam proses pembelajaran, perlu mencari inovasi-inovasi dalam menyususn strategi pembelajaran yang mempermudah siswa menerima informasi dalam penggunaan media pembelajaran sehingga proses pembelajaran berjalan efektif serta mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.


(17)

4. Bagi peneliti diharapkan dapat memberi pengetahuan tentang efektifitas pemanfaatan media pembelajaran VCD (materi pengurusan jenzah) terhadap perkembangan kognitif siswa. Serta diharapkan dapat memberikan suasana baru dan motivasi siswa untuk membiasakan aktif dan mandiri dalam mempelajari suatu pelajaran.


(18)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Efektifitas Media Pembelajaran VCD

1. Efektifitas Media Pembelajaran VCD

a. Pengertian Efektifitas

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektifitas berasal dari kata, efektif yang berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesamaannya, manfaatnya, dapat membawa hasil, berhasil guna, mulai berlaku.9 Dapat juga didefinisikan sebagai sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektifitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan intruksional khusus yang telah di canangkan. Metode pembelajaran dikatakan

9

Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka: 1996), h. 250


(19)

efektif jika tujuan intruksional khusus yang di canangkan lebih banyak tercapai.10

Menurut Steers yang dikutip oleh Ahmad Habibullah, efektifitas adalah konsistensi kerja yang tinggi untuk mencapai tujuan yang telah disepakati. Adapaun Stoner yang dikutip pula oleh Ahmad Habibullah dkk, memberikan definisi efektifitas sebagai kemampuan menentukan tercapainya tujuan.11

Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian efektifitas menurut Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa: “efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya”.12

Keefektifan pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar, yaitu segala daya upanya guru untuk membentuk para siswa agar bisa belajar dengan baik.13

Dapat juga dikatakan efektif belajar menurut Makmun yang dikutip oleh Saipul Sagala adalah membawa pengaruh atau makna tertentu bagi pelajar itu (setidak-tidaknya sampai batas tertentu) relaitif tetap dan setiap saat diperlukan dapat diproduksi dan dipergunakan seperti dalam pemecahan masalah (Problem Solving) baik ujian ulangan dan sebagainya maupun penyesuain diri bagi kehidupan sehari-hari dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya. Efektif belajar dapat ditunjukan:

10

http//agungprudent.WordPress.com/2009/06/18 efektifitas-pembelajaran

11

Ahmad Habibullah dkk, Efektifitas Pokjawas dan Kinerja Pengawas Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT pena Citasatria: 2008), cet: 1, h. 6

12

http://dansite. Wordpress.com/2009/03/28/pengerian efektifitas. 13

Trianto, Mendesain Model pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan dan Implementasinya pada KTSP, (Jakartaa: Kencana: 2009), cet: 1, h. 20


(20)

1. Tepat waktu atau efisien waktu,

2. Pertanyaan sederhana dapat informasi lengkap,

3. Cepat menguasai konsep,

4. Metode tepat sesuai dengan kompetensi dasar, standar kompetensi dan indikator dan

5. Irit biaya.14

Dalam proses pembelajaran yang dapat dikatakan efektif apabila seorang guru memiliki kemampuan dalam mengelola materi ajar sehingga siswa dengan mudah menerima materi yang diajarkan dan dapat merangsang siswa untuk mengungkapkan gagasannya, adapun perbedaan siswa menjadi lebih kreatif dan saling menghargai pendapatnya masing-masing.

Secara fundamental Dollar and Miller (1970) menegaskan bahwa belajar efektif dipengaruhi oleh: adanya motivasi (drivers) yaitu peserta didik harus menghendaki sesuatu, adanya perhatian dan mengetahui sasaran (Cue) yaitu peserta didik harus memperhatikan sesuatu, adanya usaha (response) yaitu peserta didik harus melakukan sesuatu dan adanya evaluasi dan pemanfaatan hasil (reinforcement) peserta didik harus memperoleh sesuatu yang penuh arti dalam belajar. Agar belajar efektif, pelajaran dimulai dari apa yang diketahui peserta didik sedangkan kegiatan belajar berbuat dengan menggunakan bahasa dan istilah yang dapat dipahami peseta didik.15

Suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan utama keefektifan pembelajaran, yaitu:

14

Dr. H. Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: Alpabeta: 2009), h. 174

15

Dr. H. Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: Alpabeta: 2009), h. 175


(21)

1. Presentase waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)

2. Rata-rata prilaku melaksanakan tugas yang tinggi diantara siswa.

3. Ketepatan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa (orientasi keberhasilan belajar) diutamakan.

4. Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif, mengembangkan struktur kelas yang mendukung.

Guru yang efektif adalah guru menemukan cara dan selalu berusaha agar anak didiknya terlibat secara tepat dalam suatu mata pelajaran dengan presentase waktu belajar akademik yang tinggi dan pelajaran berjalan tanpa menggunakan teknik yang memaksa, negatif atau hukuman. Selain itu guru yang efektif adalah orang-orang yang dapat menjalin hubungan yang simpatik dengan para siswa, menciptakan lingkungan kelas yang mengasuh, penuh perhatian, memiliki suatu rasa cinta belajar, mengusasi sepenuhnya bidang studi mereka dan dapat memotivasi siswa untuk bekerja tidak sekedar mencapai suatu prestasi namun juga menjadi anggota masyarakat yang pengasih.16

Dengan begitu, upaya untuk melakukan pengajaran, membiasakan, bimbingan, pengasuhan dan pengembangan potensi anak didik akan biasa dilakukan dengan sebaik-baiknya pula dan anak didik tidak hanya memperoleh pengetahuan kognitif, tetapi juga meresapi nilai-nilai materi yang didapat dengan hati dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

16


(22)

b. Ciri-Ciri Efektifitas

Menurut Harry Firman (1987), keefektifan program pembelajaran ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Berhasil mengantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan intruksional yang telah ditetapkan.

2. Memberikan pengalaman belajar yang efektif, melibatkan siswa secara aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan intruksional.

3. Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar-mengajar.

Berdasarkan ciri program pembelajaran aktif seperti yang digambarkan di atas. Keefektifan program pembelajaran tidak hanya ditinjau dari segi tingkat prestasi belajar saja, melainkan harus pula ditinjau dari segi proses dan sarana penunjang.

Aspek hasil meliputi tinjauan terhadap hasil belajar siswa setelah mengikuti program pembelajaran yang mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek proses meliputi pengamatan terhadap keterampilan siswa, motivasi, respon, kerjasama, partisipasi, aktif, tingkat kesulitan pada penggunaan media, waktu serta teknik pemecahan masalah yang ditempuh siswa dalam menghadapi kesulitan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Aspek sarana penunjang meliputi tinjauan-tinjauan terhadap fasilitas fisik dan bahan serta sumber yang diperlukan siswa dalam proses belajar mengajar seperti ruang kelas, labolatorium, media pembelajaran dan buku-buku teks.17

17


(23)

2. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti “perantara

atau pengantar” yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan

penerima pesan (a receiver).18 Media berasal dari bahasa Latin yaitu “medius” yang secara harfiah berarti “tengah”, “Pengantar”, atau “perantara”. Dalam bahasa Arab, media disebut “wasail” bentuk jama dari “wasilah” yakni sinonim al-wasth yang artinya sama yakni „tengah‟. Kata tengah itu sendiri berarti berada diantara dua sisi, maka disebut juga sebagai “perantara” (wasilah) atau yang mengantari kedua sisi tersebut. karena posisinya berada di tengah ia bisa juga disebut sebagai pengantar atau penghubung, yakni yang mengantarkan, menghubungkan atau menyalurkan sesuatu hal dari satu sisi kesisi lainnya.19

Pembelajaran adalah proses interaksi pererta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.20 Menurut Asep Henry, mengatakan bahwa pembelajaran adalah kegiatan belajar siswa yang telah dirancang oleh guru melalui usaha yang terencana melalui prosedur atau metode tertentu agar terjadi proses perubahan prilaku secara komprehensif.21

Berdasarkan urain di atas media pembelajaran dapat dipahami “segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar

18

Dr. Wina Sanjaya, M.Pd, Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group), h. 204

19

Yudhi Munadhi, Media pembelajaran „sebuah pendekatan baru‟” (Ciputat: Gaung Persada (GP)Press: 2008), h. 6

20

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, bab 1 ketentuan umum pasal 1.

21

Drs. Asep Herry Hermawan, M.Pd. dkk, Belajar dan Pembelajaran SD, (Bandung: UPI Press: 2007), h. 3


(24)

yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.22

Pada hakikatnya peranan media dalam proses pembelajaran, merupakan proses komunikasi. dalam proses komunikasi, biasanya guru berperan sebagai komunikator (communication) yang bertugas menyampaikan pesan/bahan ajar (messager) kepada siswa. Siswa dalam hal ini bertindak sebagai penerima pesan (communicant). Agar pesan atau bahan ajar yang disampaikan guru dapat di terima oleh siswa maka diperlukan wahana penyalur pesan yaitu media pembelajaran. Apabila proses tersebut divisualisasikan akan Nampak pada gambar:23

Gambar 1: Proses Komunikasi dalam Pembelajaran

Dalam konteks komunikasi seperti di atas, fungsi media adalah sebagai alat bantu untuk guru dalam mengkomunikasikan pesan, agar proses komunikasi berjalan dengan baik dan sempurna sehingga tidak mungkin lagi ada kesalahan.

Penggunaan media merupakan bagian integral dalam pembelajaran yang harus direncanakan secara sistematis dengan memusatkan pada kebutuhan dan karakteristik siswa. sehingga dapat

22

Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran „Sebuah Pendekatan Baru, (Ciputat: Gaung Persada (GP)Press: 2008), h. 7-8

23

Drs. Asep Herry Hermawan, M.Pd dkk, Media Pembelajaran Sekolah Dasar, (Bandung: UPI Press: 2007), h. 4

Communicator (Guru)

Messager (Pesan/bahan ajar)

Communican (Siswa) Media


(25)

disimpulkan bahwa media merupakan perantara yang membawa pesan dari sumber ke penerima pesan sehingga mampu merangsang penerima untuk belajar. Setiap media baik untuk pembelajaran hanya bergantung pada isi pesan yang akan di sampaikan dan bagaimana pesan tersebut didesain/dikemas dalam penggunaannya.

Media pembelajaran selalu terdiri atas dua unsur penting, yaitu unsure peralatan atau perangkat keras (Hadware) dan unsure pesan yang dibawanya (Massage/software). Dengan demikian perlu sekali dicamkan, media pembelajaran memerlukan peralatan untuk menyajikan pesan, namun yang terpenting bukanlah peralatan itu, tetapi pesan atau informasi belajar yang dibawakan oleh media tersebut.

Perangkat lunak (software) adalah informasi atau bahan ajar itu sendiri yang akan disampaikan kepada siswa, sedangkan perangkat keras (hardware) adalah sarana atau peralatan yang digunakan untuk menyajikan pesan/bahan ajar tersebut.24 Dengan demikian, media pembelajaran merupakan alat penyalur pesan yang digunakan dalam melaksanakan pendidikan di sekolah guna mencapai tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional).

24

Drs. Asep Herry Hermawan, M.Pd dkk, Media Pembelajaran Sekolah Dasar, (Bandung: UPI Press: 2007), h. 5

SOFTWARE Perangkat Lunak

(Pesan)

HADWARE Perangkat Keras

Peralatan MEDIA PEMBELAJARAN


(26)

b. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Media merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar. karena beraneka ragamnya media tersebut, maka masing-masing media mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. untuk itu perlu memilihnya dengan cermat dan tepat agar dapat digunakan secara tepat guna. Di samping itu pemilihan media harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, kondisi dan keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan dan sifat-sifat khasnya (karakteristik) media yang bersangkutan.25

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain: tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, ketepatgunaan, kondisi siswa, ketersediaan perangkat keras

(hardware) dan perangkat lunak (software), mutu teknis dan biaya.

oleh sebab itu beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan antara lain:

Media yang dipilih hendaknya selaras dan menunjang tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

1. Aspek materi menjadi pertimbangan yang dianggap penting dalam memilih media.

2. Kondisi audien (siswa) dari segi subjek belajar menjadi perhatian yang serius bagi guru dalam memilih media yang sesuai dengan kondisi anak.

3. Ketersediaan media di sekolah atau memungkinkan bagi guru mendisain sendiri media yang akan digunakan merupakan hal yang perlu menjadi pertimbangan seorang guru.

25

Arif S. Sadiman, dkk, Media Pembelajaran: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada: 2006), h. 85


(27)

4. Media yang dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan disampaikan kepada audien (siswa) secara tepat dan berhasil guna, dengan kata lain tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara optimal. Biaya yang akan dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus seimbang dengan hasil yang akan dicapai. 26

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kriteria pemilihan media pembelajaran harus selaras dan menunjang tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, aspek materi menjadi pertimbangan, dengan kondisi siswa menjadi perhatian serius bagi guru dalam memilih media yang sesuai dengan kondisi anak, sarana dan prasarana disekolah memungkinkan guru mendisain sendiri media yang akan digunakan.

Pemilihan media perlu memperbaiki kritertia berikut:

1. Tujuan, media hendaknya menunjang tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.

2. Keterpaduan (validitas), tepat dan berguna bagi pemahaman yang dipelajari.

3. Keadaan peserta didik, kemampuan daya pikir dan daya tangkap peserta didik dan besar kecilnya kelemahan peserta didik perlu dipertimbangkan.

4. Ketersediaan, pemilihan perlu memperhatikan ada atau tidak media tersedia di perpustakaan atau di sekolah serta mudah sulitnya diperoleh.

5. Mutu teknis, media harus memiliki kejelasan dan kualitas yang baik.

6. Biaya, hal ini merupakan pertimbangan bahwa media yang dikeluarkan apakah seimbang dengan hasil yang dicapai serta ada kesesuaian atau tidak.

Pemilihan media harus mempertimbangkan pada hal-hal di atas, sehingga pada saat pemakaian media pembelajaran dapat terlaksana dengan baik, dan dalam proses pembelajaran dapat berjalan

26

Asnawir dan Basyirudin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers: 2002), cet: 1, h. 15-16


(28)

efektif. Hal yang menjadi pertimbangan dalam hal ini adalah biaya, dimana guru dalam memanfaatkan media harus benar-benar menyesuikan dengan meteri ajar.

c. Ciri-Ciri Media Pembelajaran

Gerlach dan Ely (1971) mengemukakan tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunaka dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (kurang efisien) melakukannya.

1. Ciri fiksatif (fixative property), ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekontruksikan suatu peristiwa atau obyek. Suatu peristiwa atau obyek dapat diurut dan disusun kembali dengan media seperti fotografi, vedio tape, audio tipe, disket komputer, dan film. Dengan ciri fiksatif ini, media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau obyek yang terjadi pada suatu waktu ditransportasikan tanpa mengenal waktu.

2. Ciri manipulatif (manipulative property), transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manifulati. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording. Disamping dapat dipercepat, suatu kejadian dapat pula diperlambat pada saat menayangkan kembali hasil rekaman video.

3. Ciri distributif (distributive property), ciri distributif dari media memungkinkan suatu obyek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu. Sekali informasi direkam dalam


(29)

format media apa saja, dapat diproduksi seberapa kali pun dan siap digunakan secara bersamaan diberbagai tempat atau digunakan secara berulang-ulang disuatu tempat.27

Dengan adanya ciri media pembelajaran diatas membuktikan dapat mengkondisikan pembelajaran lebih praktis dan dengan mudah guru meyampaikan informasi pelajaran tanpa harus mebuang waktu yang lebih banyak.

d. Nilai atau Manfaat Media Pembelajaran

Media pendidikan yang disebut audiovisual aids menurut

Encylopedia of Educational Research memiliki nilai atau manfaat

sebagai berikut:

1. Meletakan dasar-dasar yang konkret untuk berfikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme (tahu istilah tidak tahu arti, tahu nama tetapi tidak tahu bendanya).

2. Memperbesar perhatian siswa.

3. Membuat pelajaran lebih menetap atau tidak mudah dilupakan 4. Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan

kegiatan berusaha sendiri dikalangan para siswa. 5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu.

6. Membantu tumbuhnya pengertian dan membantu perkembangan kemampuan berbahasa.28

Kesimpulannya mengenai nilai dan mafaat media pembelajaran sangat membantu proses pembelajaran yang dapat menarik minat siswa dalam belajar, mendorong atau memotivasi siswa bertanya ketika sudah melihat suatu gambar, benda atau alat yang lain.

27

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada: 2004), cet: ke-5, h. 12

28

Drs. Moh. Uzer Usman, Menjadi guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya: 2009) , cet: 3, h. 32


(30)

Secara khusus media pembelajaran memiliki fungsi dan berperan seperti yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu. Peristiwa-peristiwa penting atau objek yang langka dapat diabadikan dengan foto, film atau direkam melalui video atau audio, kemudia peristiwa itu dapat disimpan dan dapat digunakan manakala diperlukan.

2. Memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek tertentu. Melalui media pembelajaran, guru dapat menyajikan bahan pelajaran yang bersifat abstrak menjadi kongkrit sehingga mudah dipahami dan dapat menghilangkan verbalisme. Misalkan untuk menyampaikan bahan tentang sistem peredaran darah pada manusia, dapat disajikan melalui film.

3. Menambah gairah dan motivasi belajar siswa. Penggunaan media dapat menambah motivasi belajar siswa sehingga perhatian siswa terdapat materi pembelajaran dapat lebih meningkat. Sebagai contoh sebelum menjelaskan materi pembelajaran polusi, untuk dapat menartik perhatian siswa terhadap topik tersebut, maka guru memutar film terlebih dahulu tentang banjir, atau tentang kotoran limbah indusrti, dan lain sebagainya.

4. Media pembelajaran memiliki nilai praktis sebagai berikut:

a. Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa.

b. Media dapat mengatasi batasan ruang, kelas, hal ini terutama untuk menyajikan bahan pelajaran yang sulit dipahami secara langsung oleh peserta.


(31)

c. Media dapat memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta dengan lingkungan.

d. Media dapat menghasilkan keseragaman pengamatan

e. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, nyata, dan tepat.

f. Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang peserta untuk belajar dengan baik.

g. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat baru,

h. Media dapat mengontrol kecepatan belajar siswa.

i. Media dapat memberikan pengalaman yang menyeluruh dari hal-hal yang ril sampai hal-hal yang abstrak.29

Sebagaimana keterangan di atas media pembelajaran memiliki nilai peraktis dimana guru dalam mempersiapkan materi ajar dengan mudah memberikan pengalaman belajar yang menarik, sehingga dapat memotivasi belajar dan efektifnya proses pembelajaran.

3. Media Video/Video Compact Disc (VCD)

a. Pengertian Media Video/Video Compact Disc (VCD)

Video sebagai media audio-visual yang menampilkan gerak, semakin lama semakin populer dalam menyampaikan pesan kepada penerima pesan karena pesan yang disajikan bisa bersifat fakta (kejadian/peristiwa penting, berita) maupun fiktif bisa bersifat informatif, edukatif, maupun intruksional. Video (VCD) dapat menggambarkan suatu obyek yang bergerak bersama-sama dengan

29

Dr. Wina Sanjaya, M.Pd, Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group), h. 209-210


(32)

suara ilmiah atau suara yang sesuai kemapuan video melukiskan gambar hidup dan suara memberinya daya tarik tersendiri. Umumnya media video digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan, demonstrasi dan pendidikan. Media video dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan menyingkat, atau memperpanjang waktu, dan mempengaruhi sikap.

Video Compact Disc adalah sistem penyimpanan dan rekaman

video dimana signal audio-visual direkam pada disket plastik, bukan pada pita magnetik.30 Video Compact Disc adalah video digital yang disimpan dalam piringan disk. Produk ini muncul pada tahun 1992, dengan philips sebagai salah satu promotor utamanya. Format ini memanfaatkan media CD yang sebelumnya sudah dikenal luar dalam pormat audio CD.31 VCD adalah peralatan sederhana yang memungkinkan menerima dan menyimpan informasi dalam 12 atau 18 inch piringan. Kemudian informasi dapat diputar dan dilihat kembali melalui televisi sebagai penerima. VCD mengkombinasikan kelebihan dari televisi dengan kefleksibelan dari computer.32

Video disc selain menyimpan informasi gambar dan suara pada pita magnetik, ada satu sistem lagi yaitu menyimpan informasi gambar dan suara pada piringan (disc). Ada dua sistem yang dikembangkan dalam video disc ini, yaitu sistem optikal dan sistem capacitance.

Sistem optikal adalah menggunakan sinar laser (laser beam) untuk menjajaki informasi encode electric yang direkam dipermukaan piringan. Sistem itu, ada system capacitance penjejakan informasi

30

Azhar Arsyad, Media Pengajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada: 2004), cet ke-5, h. 36

31

Arif S. Sadiman, dkk, Media Pembelajaran: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada: 2003), cet ke-6, h. 17

32

Richard Schwire, Interactive Video, (New Jersey: Educational Technology Publications: 1987), h. 15


(33)

gambar dan suara dengan menggunakan tracking arm dan stylu, sebagaimana layaknya pada turn table audio. Waktu putar dari video disc ini adalah satu jam masing-masing muka (sisi). Sebagaimana VTR, video disc ini juga memiliki kemapuan, antara lain:33

1. Reverse dan fast forward

2. Gerak cepat atau gerak lambat, baik maju ataupun mundur

3. Single frame, baik gerak maju ataupun mundur

4. Pencari gambar secara cepat.

5. Stereo sound.

Video disc memiliki kelebihan dan kemampuan dalam meyimpan data-data atau video sehingga dalam penerapannya dihasilkan tampilan yang dapat selalu di ingat dan dengan mudah siswa memahami suatu apa yang ditampilkan oleh video disc.

b. Karakteristik dan Langkah-Langkah Media Video/Video Compact Disc (VCD)

1. Karakteistik Medai Video/ Video Compact Disc (VCD)

Karakteristik Video/VCD bayak kemiripan dengan media film, di antaranya adalah:

a. Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu

b. Video dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan

c. Pesan yang disampaikan cepat dan mudah diingat

d. Mengembangkan pemikiran dan pendapat para siswa

33

Arif S. Sadiman, dkk, Media Pembelajaran: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada: 2003), cet ke-5, h. 294


(34)

e. Mengembangkan imajinasi peserta didik

f. Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang lebih realistis.

g. Sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang

h. Sangat baik menjelaskan suatu proses dan keterampilan; mampu menunjukan rangsangan yang sesuai dengan tujuan dan respon yang diharapkan dari siswa

i. Semua peserta didik dapat belajar dari video, baik yang pandai maupun yang kurang pandai

j. Menumbuhkan minat dan motivasi belajar dan

k. Dengan video penampilan siswa dapat segera dilihat kembali untuk dievaluasi. 34

Sebagaimana keterangan di atas bahwa karakteristik media video/VCD dapat membantu siswa dalam proses belajar mengajar, khususnya mengenai materi yang membutuhkan keahlian dan penjelasan yang jelas, contohnya materi pengurusan jenazah, materi ini bukan hanya menjelasakan, akan tetapi bagaimana pelaksanaan pengurusan jenazah dapat dilakukan dengan baik dan benar, apabila siswa merasa kurang mengerti, maka siswa tersebut dapat memutar kembali video pegurusan jenazah.

2. Langkah-Langkah Media Video/Video Compact Disc (VCD) Selain karakteristik video/VCD, ada juga yang harus diperhatikan yaitu, langkah langkah pemanfaatan media video/Video campact Disc (VCD) dalam proses pembelajaran hendaknya memperhatikan:

34

Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Ciputat: Gaung Persada (GP)Press: 2008), h. 127


(35)

a. Program video harus dipilih agar sesuai dengan tujuan pembelajaran, hubungan program video dengan tujuan pembelajaran menurut Anderson (1987: 104-105) sebagaimana yang dikutip oleh Yudhi Munadi, yaitu:

1. Pemakaian video untuk tujuan kognitif dapat digunakan untuk hal-hal yang menyangkut kemampuan mengenal kembali dan kemampuan memberikan rangsangan berupa gerak yang serasi.

2. Pemakaian video untuk tujuan pisikomotorik dapat digunakan untuk memperlihatkan contoh keterampilan gerak, seperti gerak shalat, adab makan bersama, cara pengurusan mayat-mayat dan lain-lain.

3. Dengan menggunakan berbagai teknik dan efek, Video dapat menjadi media yang sangat ampuh untuk mempengaruhi sikap dan emosi.

b. Guru harus mengenal program video yang tersedia dan terlebih dahulu melihatnya untuk mengetahui manfaatnya bagi pelajar

c. Sesudah program video dipertunjukan, perlu diadakan diskusi, yang juga dipersiapkan sebelumnya.

d. Adakalanya program video tertentu perlu diputar dua kali atau lebih untuk memperhatikan aspek-aspek tertentu.

e. Agar siswa tidak memandang program video sebagai media hiburan belaka, sebelumnya perlu ditugaskan untuk memperhatikan bagian-bagian tertentu.


(36)

f. Sesudah itu dapat dites beberapa banyakkah yang dapat mereka tangkap dari program video itu.35

Langkah-langkah pemanfaatan di atas agar dalam pelaksanaan proses pembelajaran, siswa tidak memiliki kejenuhan, atau membuat merek bosan dengan tayangan video, sehingga perlu diadakannya langkah-langkah pemanfaatan media agar proses pembelajaran dapat tercapai.

c. Teknik dan Strategi Pemanfaatan Program Video/VCD pembelajaran

Video/VCD pembelajaran adalah suatu media yang dirancang secara sistematis dengan berpedoman kepada kurikulum yang berlaku dan dalam pengembangannya mengaplikasikan prinsip-prinsip pembelajaran sehingga program tersebut memungkinkan peserta didik mencerna materi pelajaran secara lebih mudah dan menarik. Secara fisik Video /VCD pembelajaran merupakan program pembelajaran yang dikemas dalam kaset video atau CD dan disajikan dengan menggunakan peralatan VTR atau VCD player serta monitor.36 Media pembelajaran dapat digunakan jika media tersebut mendukung tercapainya tujuan intruksional yang telah dirumuskan serta sesuai dengan sifat materi intruksionalnya yang telah dirumuskan. 37 Selama memanfaatkan program video pembelajaran, guru hendaknya melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Sebelum menghidupkan atau memulai program video pembelajaran mengajak siswa agar memperhatikan materi yang akan dipelajari dengan baik.

35

Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Ciputat: Gaung Persada (GP)Press: 2008), h. 127-128

36

Pustekom, Pedoman Pemanfaatan Program Video/VCD Pembelajaran, Pustekom, h: 6 37

Arif S. Sadiman, dkk, Media Pembelajaran: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada: 2006), h. 200


(37)

b. Menjelaskan tujuan dan materi pokok dari program yang akan dimanfaatkan.

c. Memberikan penjelasan terhadap materi yang diajarkan.

d. Memberikan prasyarat atau apresiasi pengetahuan/pelajaran sebelumnya.

e. Mengoprasikan program sesuai dengan petunjuk pemanfaatan atau petunjuk teknis dan bahan penyerta.

f. Mengamati atau memantau kegiatan siswa selama mengikuti program.

g. Memberi penguatan/penegasan/pengayaan terhadap tayangan program.

h. Memutar ulang program video pembelajaran bila diperlukan.

i. Membuat kesimpulan materi/isi program sesudah memberikan evaluasi kepada siswa.

Setelah kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan media video guru memberikan kegiatan tindak lanjut. kegiatan tindak lanjut dimaksudkan untuk menjajagi apakah tujuan telah tercapai dan memantapkan pemahaman terhadap materi intruksional yang disampaikan melalui media bersangkutan. Apabila pembelajaran dilakukan berkelompok, perlu diadakan diskusi kelompok untuk membicarakan jawaban soal tes atau untuk membicarakan hal-hal yang kurang jelas atau sulit dipahami. Ada kemungkinan dianjurkan melakukan tindak lanjut lain misalnya melakukan percobaan atau melakukan observasi.


(38)

4. Perkembangan Kognitif Siswa

a. Pengertian Kognitif

Istilah kognitif berasal dari kata cognition yang pada knowing, yang berarti mengetahui. Dalam arti yang luas cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan.38 Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif populer sebagai salah satu domain atau wilayah ranah psikologis manusia yang meliputi setiap prilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan pengelolahan informasi pemecahan masalah kesenjangan dan keyakinan, ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa.

Kognitif adalah kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan (termasuk kesadaran, perasaan, dan sebagainya) atau usaha mengenai sesuatu melalui pengalaman sendiri.39

Kemampuan kognitif dapat diartikan sebagai kapasitas mental yang merupakan pranata bagi manusia untuk menyadari atau memperoleh pengetahuan tentang suatu objek. Kemampuan kognitif tersebut mencakup proses seperti menyadari, mengorganisasikan, memahami, mempertimbangkan dan mengemukakan berbagai alasan. Selanjutnya proses kognitif dapat juga diartikan sebagai operasi mental yang terjadi pada waktu manusia berpikir yang meliputi adanya informasi, kejadian objek dan peristwa yang ada dan mengemukakan alasan-alasan sebagai hasil analisis, sintesis dan evaluasi.40 Operasi kognitif dipengaruhi oleh strategi kognitif yaitu cara-cara yang

38

Muhibbin Syah, Pisikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada: 2004), h. 22 39

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (jakarta: Balai Pustaka: 2003), h. 579 40

Martini jamaris, Proses Pembelajaran dan Perkembangan Kemampuan Aktualisasi Kognitif Tingkat Tinggi, ( Jakarta: Universitas Negeri Jakarta: no 19 tahun 2002), h. 70


(39)

digunakan individu yang mengarahkan perhatian belajar, mengingat dan berpikir.

Bruner menekankan bahwa perkembangan dan kemampuan kognitif individu dipengaruhi oleh lingkungan. Interaksi antara individu dengan lingkungan dapat dibagi kedalam tiga cara yaitu: melalui tindakan langsung, melalui imajinasi, dan melalui penggunaan bahasa. Ketiga tahap perkembangan dan kemampuan kognitif tersebut dimulai dari tahap enaktif ketahap ekonik dan diakhiri dengan tahap simbolik.

Tahap enaktif/enactive experience adalah pengalaman langsung, yaitu pengalaman langsung secara nyata, maka proses pencarian pengetahuan yang dialami manusia berjalan efektif, semua indera ikut terlibat dalam proses tersebut. Tahap ekonik/iconic atau

pictorial atau gambar, pengetahuan manusia mengalami perkembangan

melalui pengalaman gambar. Tahap simolok/symbolic experience. Simbol oleh Stewart L. Tubbs & Sylvia Moss (1996:72), yang dikutip oleh yudhi Munadi, didefinisikan sebagai sesuatu yang digunakan untuk atau dipandang sebagai wakil sesuatu lainnya. Dalam proses pembelajaran di mana guru sering menyampaikan materi ajarnya melalui bahasa verbal (ceramah) yang mengakibatkan proses komunikasi dalam pembelajaran tidak efektif .41

Menerut Piaget pertumbuhan mental mengandung dua macam proses yaitu perkembangan dan belajar. Perkembangan adalah perubahan struktur dan belajar perubahan isi. Perkembangan kognitif bukan hanya hasil kematangan organisme, bukan pula pengaruh

41

Yudhi Munadhi, “Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Ciputat: Gaung Persada (GP)Press: 2008), h. 14-18


(40)

lingkungan sejauh melainkan interaksi antara keduanya. Jadi proses perkembangan kognitif dipengaruhi oleh empat faktor yaitu:42

1. Kematangan. Kematangan ini merupakn perkembangan dari susunan syaraf, misalnya kemampuan melihat atau mendengar disebabkan oleh kematangan yang sudah dicapai oleh susunan syaraf yang bersangkutan.

2. Pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara organisme dengan lingkungannya.

3. Transmisi sosial, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan sosial, misalnya cara pengasuhan dan pendidikan dari orang lain yang diberikan kepada anak.

4. Ekuilibrasi, yaitu adanya kemampuan yang mengatur dalam diri anak, agar ia selalu mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungan.

Sebagian psikologis kognitivis (ahli psikologi kognitif) berkeyakinan bahwa proses perkembangan kognitif manusia mulai berlangsung sejak ia baru lahir.43 Pendayagunaan kapasitas ranah kognitif manusia sudah mulai berjalan sejak manusia itu mulai mendayagukan kapasitas motor dan sensorinya.

b. Tingkat Pengembangan Kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak) menurut Bloom, segala upaya yang mencakup aktivitas otak adalah termaasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang terendah sampai jenjang tertinggi. Keenam jenjang tersebut adalah: (1)

42

Singgih D. Gunarsa, Dasar dan Teori Perkembangan Anak (Jakarta: Gunung Mulia: 2003), h. 141

43

Muhibbin Syah, Pisikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Raja Grafindo Persada: 2008), h. 66


(41)

pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge), (2) pemahaman

(comprehension), (3) penerapan atau aplikasi (application), (4) analisi

(analysis), (5) sintesis (synthesis), dan (6) penilaian (evaluation).44

1. Pengetahuan (knowledge) adalah kemapuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenalkan kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya. Pengetahuan atau ingatan ini adalah merupakan proses berpikir yang paling renda.Contohnya peserta didik dapat menghafal surat al-„Ashr, menerjemahkan, dan menuliskannya secara baik dan benar.

2. Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri.

3. Penerapan atau aplikasi (application) adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tatacara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya dalam situasi yang baru dan kongkrit. Aplikasi atau penerapan ini adalah merupakan proses berpikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.

4. Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya.

44

Anas Sudijiono, Pengantar Evalusai Pendidikan, (Jakarta: Raja Grapindo Persada: 2003), h. 49-52


(42)

5. Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru.

6. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation) adalah merupakan jenjang berfikir paling tinggi dalam ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom. Penilaian atau evaluasi ini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide, misalnya jika seseorang dihadapkan beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.

Dalam proses pembelajaran, keenam tingkat tersebut dapat terlaksana dengan baik atau efektif jika peserta didik dapat memahami terhadap materi atau bahan pelajaran. Sebab keenam tingkatan tersebut berkaitan antara satu dengan lainnya. Dengan siswa memahami materi maka tujuan pembelajaran kususnya terhadap kognitif siswa dapat tercapai secara optimal.

Keenam jenjang berpikir yang terdapat pada ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom, jika diurutkan secara hirarki piramida adalah sebagaimana tertulis pada gambar 3.

Keenam jenjang berpikir pada ranah kognitif ini bersifat kontinum dan overlap (tumpang tindi), di mana ranah yang lebih tinggi meliputi semuah ranah yang ada dibawahnya. Overlap di antara enam jenjang berpikir itu akan lebih jelas terlihat pada gambar 4.


(43)

6 5 4 3 2

1

Gambar 2. Enam Jenjang Berpikir Pada Ranah Kognitif

Gambar 3. Overlap Antara Enam Jenjang Pada Ranah Kognitif

Keterangan:

Pengetahuan (1) adalah merupakan jenjang berpikir paling dasar.

Pemahaman (2) mencakup pengetahuan. Aplikasi atau penerapan (3)

mencakup pemahaman dan pengetahuan. Analisis (4) mencakup aplikasi, pemahaman, dan pengetahuan. Sintesis (5) meliputi juga analisi, aplikasi,

Penilaian (Evaluation) Sintesis

Analisis Penerapan Pemahaman Pengetahuan

(Synthesis) (Analysis)

(Application) (Comprehention)


(44)

pemahaman, dan pengetahuan. Evaluasi (6) meliputi juga sintesis, analisis, aplikasi, pemahaman dan pengetahuan.45

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Kognitif

Kemampuan kognitif dipengaruhi oleh berbgai faktor, yaitu:46

1. Perhatian. Perhatian memegang peranan penting dalam persepsi hal ini disebabkan karena memberi arti terhadap informasi-informasi yang diterima oleh panca indra melihatkan kegiatan memperhatikan informasi-informasi tersebut.

2. Persepsi. Persepsi adalah proses yang terjadi di dalam pusat susunan syaraf pada waktu mengorganisasikan informasi-informasi yang diterima oleh panca indra sehingga informasi tersebut bermakna. Oleh sebab itu persepsi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar yang selanjutnya mempengaruhi kegiatan perkembangan kognitif.

3. Struktur pengetahuan. Struktur pengetahuan atau skema merupakan pola atau pedoman yang digunakan dalam memahami kejadian-kejadian yang ada. Skema berfungsi sebagai sumber pengalaman dan struktur pengetahuan yang membuat individu sanggup melakukan berbagai infrensi tentang kejadian umum yang berlangsung pada kejadian khusus. Oleh sebab itu schemata memegang peranan penting dalam berpikir, memahami, dan menemukan alasan-alasan yang digunakan dalam menghadapi berbagai situasi dan memecahkan masalah.

45

Anas Sudijiono, Pengantar Evalusai Pendidikan, (Jakarta: Raja Grapindo Persada: 2003), h. 52-53

46

Martini jamaris, Proses Pembelajaran dan Perkembangan Kemampuan Aktualisasi Kognitif Tingkat Tinggi, ( Jakarta: Universitas Negeri Jakarta: no 19 tahun 2002), h. 71


(45)

4. Formasi konsep. Formasi konsep merupakan faktor lain yang mempengaruhi operasi kognitif. Konsep dapat diperoleh melalui dua cara baik induktif maupun deduktif. Formasi konsep merupakan perolehan dari bebagai konsep sebelum masuk sekolah.

5. Asimilasi konsep. Asimilasi konsep bersifat deduktif merupakan cara utama untuk memperoleh berbagai konsep setelah memasuki sekolah.

6. Bahasa. Bahasa Smith, Goodman dan Meredith mengemukakan bahwa bahasa mempengaruhi pemikirin, perasaan dan untuk mengerahkan kehendak perbuatan yang sampai ketingkat tertentu. Bahasa mengendalikan pemikiran, sehubungan dengan hal tersebut maka bahasa merupakan sarana untuk menafsirkan pengalaman, untuk mengklasipikasikan fenomena yang ada di dalam maupun di luar diri manusia.

Kesimpulannya bahwa kemampuan kognitif siswa dapat mempengaruhi tingkat prestasi belajar siswa kususnya pada perhatian, persepsi, struktur pengetahuan, formasi konsep, asimilasi konsep, dan bahasa. Dengan meningkatnya prestasi belajar sebagai salah satu indikator kualitas pendidikan.

d. Arti Penting Perkembangan Kognitif Bagi Proses Belajar

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa, antara proses perkembangan dengan proses belajar mengajar yang dikelola para guru terdapat “benang merah” yang mengikat kedua proses tersebut. Demikian eratnya ikatan benang merah itu, sehingga hampir tak ada proses perkembangan siswa baik jasmani maupun rohaninya yang sama sekali terlepas dari proses belajar mengajar sebagai pengejawantahan proses pendidikan. Apabila fisik dan mental sudah


(46)

matang, pancaindera sudah siap menerima stimulus-stimulus dari lingkungan, berarti kesanggupan siswa pun sudah tiba.47

Program pengajaran disekolah yang baik adalah yang mampu memberikan dukungan besar kepada para siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan mereka. Oleh sebab itu tugas guru selayaknya memahami materi atau memahami seluruh proses pembelajaran sehingga perkembangan siswa semakin meningkat.

Pengetahuan mengenai proses perkembangan dengan segala aspeknya itu sangat banyak manfaatnya, antara lain:

1. Guru dapat memberikan lanyanan bantuan dan bimbingan yang tepat kepada para siswa, relevan, dengan tingkat perkembangannya

2. Guru dapat mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan timbulnya kesulitan belajar siswa tertentu, lalu segera mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menanggulanginya

3. Guru dapat mempertimbangkan waktu yang tepat untuk memulai aktivitas proses belajar mengajar bidang studi tertentu.

4. Guru dapat menemukan dan menetapkan tujuan-tujuan pembelajaran, materi pelajaran atau pokok bahasa tertentu.

Sebagaimana keterangan di atas bahwa proses perkembangan terhadap ranah kognitif memberikan tantangan kepada guru untuk memilki kemampuan mengajar sehingga dalam proses belajar mengajar guru dapat menemukan dan menetapkan tujuan-tujuan pembelajaran sehingga kemapuan kognitif siswa bertambah.

Tanpa ranah kognitif sulit dibayangkan seorang siswa dapat berpikir, selanjutnya tanpa kemampuan berpikir mustahil siswa

47

Muhibbin Syah, Pisikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Raja Grafindo Persada: 2008), h. 82-83


(47)

tersebut dapat memahami dan meyakini faedah materi-materi pelajaran yang disajikan kepadanya. Oleh karena itu, upaya pengembangan kognitif secara terarah baik oleh orang tua atau guru sangat penting. Upaya pengembangan fungsi kognitif akan berdampak positif bukan hanya pada ranah kognitif sendiri, melainkan juga terhadap ranah afektif dan psikomotorik.48

Sekurang-kurangnya ada dua macam kecakapan kognitif siswa yang amat perlu dikembangkan segera khususnya oleh guru, yakni: 1). Strategi belajar memahami isi materi pelajaran, 2). Strategi menyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta menyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran tersbut. Tanpa pengembangan dua macam kecakapan kognitif ini, agaknya siswa sulit diharapkan mampu mengembangkan ranah afektif dan psikomotoriknya sendiri.49

Tugas guru dalam hal ini ialah menggunakan pendekatan mengajar yang memungkinkan para siswa menggunakan strategi belajar yang berorientasi pada pemahaman yang mendalam terhadap isi materi pelajaran. Kepada para siswa seharusnya dijelaskan contoh-contoh dan peragaan sepanjang memungkinkan agar mereka memahami signifikansi materi dan hubungannya dengan materi lain. Kecuali itu, guru juga sangat diharapkan mampu menjelaskan nilai-nilai moral yang terkandung dalam materi yang ia ajarkan, sehingga keyakinan para siswa terhadap faidah materi tersebut semakin tebal pada gilirannya kelak ia akan mengembangkan dan mengaplikasikan dengan apa yang ia peroleh.

48

Muhibbin Syah, Pisikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Raja Grafindo Persada: 2008), h. 84

49

Muhibbin Syah, Pisikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Raja Grafindo Persada: 2008), h. 85


(48)

Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa bahwa upaya guru dalam mengembangkan keterampilan ranah kognitif para siswa merupakan hal yang sangat penting jika guru tersebut menginginkan siswanya aktif mengembangkan sendiri keterampilan ranah-ranah pisikologis lainnya. Selanjutnya, untuk memperjelas gagasan pengembangan kecakapan ranah kognitif di atas, berikut ini dibuatkan sebuah model yang menggambarkan pola pengembangan fungsi kognitif siswa.

Gambar 4.

Pola Pengembangan Fungsi Kognitif Siswa

Pengembangan Fungsi Kognitif

Kecakapan Afektif Siswa Hasil

Upaya

1. Proses Belajar Mengajar (PBM) memahami, meyakini dan

mengaplikasikan isi dan nilai materi pelajaran.

2. Proses Belajar Mengajar (PBM) memecahkan masalah dan

mengaplikasikan isi dan nilai materi nilai pelajaran.

Kecakapan Psikomotor Siswa

Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas

Kecakapan Kognitif Siswa


(49)

Sekurang-kurangnya ada dua kecakapan kognitif siswa yang amat perlu dikembangkan khususnya oleh guru, yakni:50

1. Strategi belajar memahami isi materi pelajaran

2. Strategi meyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta menyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran.

Tanpa pengembangan dua kecakapan kognitif ini, agaknya siswa sulit diharapkan mampu mengembangkan ranah afektif dan psikomotoriknya.

Seorang pakar terkemuka Jean Piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif menjadi enam tahap, perkembangan kognitif Piaget sebagai berikut:51

1. Sensory-motor schema (Skema sensori-motor) ialah sebuah atau

serangkaian prilaku terbuka yang tersusun secara sistematis untuk merespon lingkungan (barang, orang, keadaan dan kejadian).

2. Cognitive schema (Skema kognitif) ialah prilaku tertutup berupa

tatanan langkah-langkah kognitif (operations) yang berfungsi memahami apa yang tersirat atau menyimpulkan lingkungan yang direspons.

3. Object permanence (ketetapan benda) yakni anggapan bahwa sebuah

benda akan tetap ada walaupun sudah ditinggalkan atau tidak lihat lagi.

4. Asimilition (asimilasi) yakni proses aktif dalam menggunakan skema

untuk merespons lingkungan

5. Accomodation (akomodasi) yakni penyesuaian aplikasi skema yang

cocok dengan lingkungan yang direspons.

50

Muhibbin Syah, Pisikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Raja Grafindo Persada: 2008), h. 87

51

Muhibbin Syah, Pisikologi Belajar dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Raja Grafindo Persada: 2008), h. 68-69


(50)

6. Aquiliberium (equilibrium) yakni keseimbangan antara skema yang digunakan dengan lingkungan yang direspons sebagai hasil ketepatan akomodasi.

Untuk mengukur kemampuan siswa yang berdimensi kognitif (ranah cipta) dapat dilakukan dengan berbagai cara baik dengan tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan, tetapi yang sering dilakukan adalah menggunaan tes tertulis. Melalui tes tertulis tersebut dapat diketahui tingkat kemampuan kognitif siswa dengan mengacu pada beberapa alternative norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Di antara norma-norma tersebut adalah norma skala dari 0 sampai 10 dan norma skala dari 0 sampai 100. Angka terendah yang menyatakan keberhasilan belajar skala 0 sampai 10 adalah 5,5 atau 6, sedangkan untuk skala 0 sampai 100 adalah 55 atau 60. 52 Alhasil pada prinsipnya jika seorang siswa dapat menyelesaikan lebih dari separuh tugas atau dapat menjawab lebih dari setengah instrument evaluasi dengan benar, maka dianggap telah memenuhi target keberhasilan belajar.

52

Muhibbin Syah, Pisikologi Belajar dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Raja Grafindo Persada: 2008), h. 153


(51)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil tempat di MTs Al-Ihkwaniyah yang beralamat Jl. Panti Asuhan Kp. Ceger Rt. 08/05 No. 73 Jurangmangu Barat Pondok Aren Tangerang 15223. Madrasah Tsanawiyah itu dipilih karena sejak tahun 1997 berdasarkan Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Jawa Barat No Wi/I/HK008/53/97, sampai sekarang telah memberikan pelayanan dan perkembangan pendidikan yang semakin meningkat serta mencetak lulusan yang berkualitas. Sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian khususnya pada siswa/i MTs Al-Ikhwaniya. Adapun waktu penelitian dimulai pada bulan Oktober 2010 sampai dengan bulan November 2010.

B. Metode Penelitian

Menurut Mardalis metode diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk


(52)

memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati, dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran.53 Jadi metode penelitian adalah suatu cara atau upaya untuk memperoleh fakta yang sistematis untuk mewujudkan kebenaran.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu metode penelitian yang berusaha membuat deskripsi dari fenomena yang diselidiki dengan cara melukiskan dan mengklasifikasikan atau karakteristik fenomena tersebut secara faktual dan cermat, kemudian menuangkannya dalam bentuk kesimpulan. Oleh karenanya tujuan utama penelitian deskriptif adalah untuk memberikan gambaran yang jelas dan akurat tentang material (fenomena) yang sedang diselidiki. Dengan kata lain, digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang apa!, bagimana keadaan sesuatu (fenomena) dan melaporkannya.

Suharsimin Arikunto mengemukakan bahwa metode deskriptif merupakan penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis.54

Menurut (Bagdon dan Tayor, 1990), yang dikutip oleh S. Margono bahwa Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data yang deskirptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.55 Ahli pisikologi pendidikan dari Universitas of Nebraska, Lincoln (Creswell, 1994: 150) metode pendekatan kualitatif merupakan sebuah proses investigasi.

Penelitain kualitatif ini memberikan informasi yang mutakhir sehingga bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta lebih banyak diterapkan pada berbagai masalah (Husaein Umar, 1990: 81). Sedangkan

53

Mardalis, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 3003), cet: VI, h. 24

54

Suharsimin Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta: 1992), cet: VIII, h. 206

55

Drs. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta: 2007), h. 36


(53)

penelitian ini lebih memfokuskan pada studi kasus yang merupakan penelitian yang rinci mengenai suatu obyek tertentu selama kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan menyeluruh. Studi kasus adalah merupakan setrategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, yang bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena di dalam kontek kehidupan nyata.56

Menurut Vrendenburg (1987:38) studi kasus adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk mempertahankan keutuhan dari obyek, artinya data yang dikumpulakn dalam rangka studi kasus dipelajarai sebagai suatu keseluruhan yang terintegrasi, di mana tujuannya adalah memperkembangkan pengetahuan yang mendalam mengenai obyek yang bersangkutan yang berarti bahwa studi kasus disifatkan sebagai penelitian yang eksploratif dan deskriptif.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:57

1. Studi kepustakaan (library reseach), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, dan meneliti buku-buku, kitab-kitab, majalah, surat kabar, dan sumber lain yang berkaitan dengan tema skripsi.

2. Studi lapangan (field reseach), yaitu penelitian ini dilakukan dengan mengkaji data-data yang diperoleh dari MTs Al-Ikhwaniya Pondok Aren Tangerang Selatan.

Dari segi penulisan, penulis berpedoman pada buku Panduan Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan oleh Tim Penyususn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: UIN Jakarta Press, 2008).

56

Prof. Dr. Robert K. Yin, Studi Kasus Desain & Metode (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada: 2004), cet ke-4, h.1

57

Drs. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta: 2007), h. 167


(1)

siswa dapat terhindar dari pergaulan bebas dan kenakalan remaja yang saat ini semakin mengkhawatirkan. Kegiatan ekstrakulikuler yang dimiliki sekolah antara lain paskibra, PMR, drum band, qira‟at, marawis, futsal, dan pramuka. Kegiatan ekastrakulikuler ini membuktikan sekolah memenuhi semua kebutuhan siswa dan menyalurkan kemampuan yang dimiliki siswa.

Meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya dilakukan oleh sekolah, guru dan siswa saja, akan tetapi dukungan masyarakat sekitarpun dibutuhkan oleh sekolah untuk meningkatkan dan mengembangkan mutu pendidikan. Dalam hal ini sekolah bekerja sama dengan masyarakat sekitar seperti mengadakan bakti sosial, gotong royong, dan membatu sekolah dalam hal mengawasi siswa ketika di luar sekolah. Kerja sama yang baik dan berkelanjutan menjadikan sekolah dan masyarakat sebagai salah satu faktor keberhasilan dalam mendidik dan terlaksananya kerja sama yang saling menguntungkan.


(2)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan perumusan masalah “ Bagaimanakah efektifitas pemanfaatan media pembelajaran VCD (pengurusan jenazah) terhadap peningkatan kemampuan kognitif siswa” dan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pemanfaatan media VCD (pengurusan jenazah) dalam proses belajar mengajar merupakan kreatifitas guru dalam rangka meningkatkan pemahaman dan penguasaan materi pengurusan jenazah secara optimal. 2. Berdasarkan hasil wawancara menunjukan pelaksanaan pemanfaatan

media VCD (pengurusan jenzah) pada saat pembelajaran sangat efektif. Materi pengurusan jenazah merupkan materi yang cukup sulit menjelaskannya karena materi tersebut membutuhkan keterampilan serta dapat memperaktikan, penggunakan media VCD (pengurusan jenazah) yang menampilkan gambar, suara dan gerak secara bersamaan secara


(3)

mengkafani, menshalatkan bahkan menguburkan dengan tertib dan benar. Sifatnya yang praktis atau ringan dan persiapan yang maksimal memudahkan guru menggunakan media VCD (pengurus jenazah) tanpa mendapatkan kendala, membebankan bahkan menyulitkan guru dalam proses belajar mengajar, hal itu dapat dirasakan siswa dengan pembelajarannya memanfaatkan media tidak membosankan dan menjenuhan, serta persiapan perencanaan pembelajaran yang maksimal membawa pengaruh keberhasilan belajar.

3. Efektifitas pemanfaatan media pembelajaran VCD (pengurusan Jenazah) terhadap kemampuan kognitif siswa di MTs Al-Ikhwaniya Pondok Aren, memberikan perkembanagan mutu pendidikan dengan adanya media sebagai bahan ajar di sekolah dapat mempengaruhi pertumbuhan pisikolgi belajar anak pada perkembangan kognitifnya.

A. Saran-Saran

Dari kesimpulan yang diperoleh penulis, saran-saran yang dapat dikemukakan oleh penulis adalah:

1. Meningkatkan kreatifitas pengajaran tidaklah sulit, sekarang ini ketersediaan sarana media pembelajaran dapat diperoleh dengan mudah, gunanya untuk lebih mengembangan gaya mengajar guru terutama guru bidang studi fiqh dalam rangka memotivasi siswa dan meningkatkan prestasi belajar.

2. Hendaknya materi pelajaran yang berisikan keterampilan dan keahlian siswa dalam proses belajar menggajar menngunakan media pembelajaran audio visual (VCD), karena memudahkan siswa memahami materi dan mampu memperaktikan.


(4)

3. Pembelajaran dengan menggunakan audio visual secara otomatis akan meningkatkan minat belajar siswa jika dikemas dengan tehnik penyampaian materi yang baik oleh guru, sehingga menghasilkan warna yang baru dalam proses belajar mengajar.

4. Kepada pihak sekolah untuk lebih memperhatikan dan mengevaluasi guru dalam mengajar agar lebih bertanggung jawab pada peserta didik yang diajarkan. Serta memperhatikan sarana dan prasarana yang dapat menunjang berlangsung proses pembelajaran secara optimal serta mengembangkan guru dengan mengadakan laithan-latihan secara independent oleh pihak sekolah.

5. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk mengadakan penelitian-penelitian. Selanjutnya khusu penelitian yang berkenaan dengan efektifitas pemanfaatan media VCD terhadap perkembangan kognitif siswa di sekolah-sekolah lain dan semoga bermanfaat.


(5)

Arifin, Anwar. Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam undang-undang Sisdiknas,

Arikunto, Suharsimin. Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta: 1992), cet: VIII

Arsyad, Azhar. Media Pengajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada: 2004), cet, ke-5

Asnawir dan Basyirudin Usman. Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers: 2002), cet, ke-1

Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka: 1996)

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (jakarta: Balai Pustaka: 2003)

Gunarsa, Singgih D. Dasar dan Teori Perkembangan anak (Jakarta: Gunung Mulia: 2003)

Habibullah, Ahmad dkk. Efektifitas Pokjawas dan Kinerja Pengawas Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT pena Citasatria: 2008), cet, ke-1

Hermawan, Asep Herry dkk. Media Pembelajaran Sekolah Dasar, (Bandung: UPI Press: 2007)

http//agungprudent.WordPress.com/2009/06/18 efektifitas-pembelajaran http://agungprodent.wodpress.com/2009/06/18/efektifitas -pembelajaran http://dansite. Wordpress.com/2009/03/28/pengerian efektifitas.

http://www.uin.suka.ac.id/detail_kabar php?d=144

Jamaris, Martini. Proses Pembelajaran dan Perkembangan Kemampuan Aktualisasi Kognitif Tingkat Tinggi, ( Jakarta: Universitas Negeri Jakarta: no 19 tahun 2002)

Mardalis, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 3003), cet: VI

Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta: 2007) Munadhi, Yudhi. “.Media pembelajaran „sebuah pendekatan baru‟” (Ciputat:

Gaung Persada (GP)Press: 2008)


(6)

Sadiman, Arif S. dkk. Media Pembelajaran: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada: 2006)

---,. Media Pembelajaran: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada: 2003), cet, ke-6 Sagala, Syaiful. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,

(Bandung: Alpabeta: 2009)

Sanjaya, Wina. Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group)

Schwire, Richard. Interactive Video, (New Jersey: Educational Technology Publications: 1987)

Sudijiono, Anas. Pengantar Evalusai Pendidikan, (Jakarta: Raja Grapindo Persada: 2003)

Syah, Muhibbin. Pisikologi Belajar dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Raja Grafindo Persada: 2008)

Tim Redaksi Fokusmedia, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, (Bandung: Fokusmedia: 2003)

Trianto, Mendesain Model pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan dan Implementasinya pada KTSP, (Jakartaa: Kencana: 2009), cet, ke-1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, bab 1 ketentuan

umum pasal 1.

Usman, Moh. Uzer. Menjadi guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya: 2009), cet, ke-3

Yin, Robert K. Studi kasus Desain & Metode (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada: 2004), cet ke-4