Arti Penting Perkembangan Kognitif Bagi Proses Belajar

4. Formasi konsep. Formasi konsep merupakan faktor lain yang mempengaruhi operasi kognitif. Konsep dapat diperoleh melalui dua cara baik induktif maupun deduktif. Formasi konsep merupakan perolehan dari bebagai konsep sebelum masuk sekolah. 5. Asimilasi konsep. Asimilasi konsep bersifat deduktif merupakan cara utama untuk memperoleh berbagai konsep setelah memasuki sekolah. 6. Bahasa. Bahasa Smith, Goodman dan Meredith mengemukakan bahwa bahasa mempengaruhi pemikirin, perasaan dan untuk mengerahkan kehendak perbuatan yang sampai ketingkat tertentu. Bahasa mengendalikan pemikiran, sehubungan dengan hal tersebut maka bahasa merupakan sarana untuk menafsirkan pengalaman, untuk mengklasipikasikan fenomena yang ada di dalam maupun di luar diri manusia. Kesimpulannya bahwa kemampuan kognitif siswa dapat mempengaruhi tingkat prestasi belajar siswa kususnya pada perhatian, persepsi, struktur pengetahuan, formasi konsep, asimilasi konsep, dan bahasa. Dengan meningkatnya prestasi belajar sebagai salah satu indikator kualitas pendidikan.

d. Arti Penting Perkembangan Kognitif Bagi Proses Belajar

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa, antara proses perkembangan dengan proses belajar mengajar yang dikelola para guru terdapat “benang merah” yang mengikat kedua proses tersebut. Demikian eratnya ikatan benang merah itu, sehingga hampir tak ada proses perkembangan siswa baik jasmani maupun rohaninya yang sama sekali terlepas dari proses belajar mengajar sebagai pengejawantahan proses pendidikan. Apabila fisik dan mental sudah matang, pancaindera sudah siap menerima stimulus-stimulus dari lingkungan, berarti kesanggupan siswa pun sudah tiba. 47 Program pengajaran disekolah yang baik adalah yang mampu memberikan dukungan besar kepada para siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan mereka. Oleh sebab itu tugas guru selayaknya memahami materi atau memahami seluruh proses pembelajaran sehingga perkembangan siswa semakin meningkat. Pengetahuan mengenai proses perkembangan dengan segala aspeknya itu sangat banyak manfaatnya, antara lain: 1. Guru dapat memberikan lanyanan bantuan dan bimbingan yang tepat kepada para siswa, relevan, dengan tingkat perkembangannya 2. Guru dapat mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan timbulnya kesulitan belajar siswa tertentu, lalu segera mengambil langkah- langkah yang tepat untuk menanggulanginya 3. Guru dapat mempertimbangkan waktu yang tepat untuk memulai aktivitas proses belajar mengajar bidang studi tertentu. 4. Guru dapat menemukan dan menetapkan tujuan-tujuan pembelajaran, materi pelajaran atau pokok bahasa tertentu. Sebagaimana keterangan di atas bahwa proses perkembangan terhadap ranah kognitif memberikan tantangan kepada guru untuk memilki kemampuan mengajar sehingga dalam proses belajar mengajar guru dapat menemukan dan menetapkan tujuan-tujuan pembelajaran sehingga kemapuan kognitif siswa bertambah. Tanpa ranah kognitif sulit dibayangkan seorang siswa dapat berpikir, selanjutnya tanpa kemampuan berpikir mustahil siswa 47 Muhibbin Syah, Pisikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Raja Grafindo Persada: 2008, h. 82-83 tersebut dapat memahami dan meyakini faedah materi-materi pelajaran yang disajikan kepadanya. Oleh karena itu, upaya pengembangan kognitif secara terarah baik oleh orang tua atau guru sangat penting. Upaya pengembangan fungsi kognitif akan berdampak positif bukan hanya pada ranah kognitif sendiri, melainkan juga terhadap ranah afektif dan psikomotorik. 48 Sekurang-kurangnya ada dua macam kecakapan kognitif siswa yang amat perlu dikembangkan segera khususnya oleh guru, yakni: 1. Strategi belajar memahami isi materi pelajaran, 2. Strategi menyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta menyerap pesan- pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran tersbut. Tanpa pengembangan dua macam kecakapan kognitif ini, agaknya siswa sulit diharapkan mampu mengembangkan ranah afektif dan psikomotoriknya sendiri. 49 Tugas guru dalam hal ini ialah menggunakan pendekatan mengajar yang memungkinkan para siswa menggunakan strategi belajar yang berorientasi pada pemahaman yang mendalam terhadap isi materi pelajaran. Kepada para siswa seharusnya dijelaskan contoh- contoh dan peragaan sepanjang memungkinkan agar mereka memahami signifikansi materi dan hubungannya dengan materi lain. Kecuali itu, guru juga sangat diharapkan mampu menjelaskan nilai- nilai moral yang terkandung dalam materi yang ia ajarkan, sehingga keyakinan para siswa terhadap faidah materi tersebut semakin tebal pada gilirannya kelak ia akan mengembangkan dan mengaplikasikan dengan apa yang ia peroleh. 48 Muhibbin Syah, Pisikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Raja Grafindo Persada: 2008, h. 84 49 Muhibbin Syah, Pisikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Raja Grafindo Persada: 2008, h. 85 Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa bahwa upaya guru dalam mengembangkan keterampilan ranah kognitif para siswa merupakan hal yang sangat penting jika guru tersebut menginginkan siswanya aktif mengembangkan sendiri keterampilan ranah-ranah pisikologis lainnya. Selanjutnya, untuk memperjelas gagasan pengembangan kecakapan ranah kognitif di atas, berikut ini dibuatkan sebuah model yang menggambarkan pola pengembangan fungsi kognitif siswa. Gambar 4. Pola Pengembangan Fungsi Kognitif Siswa Pengembangan Fungsi Kognitif Kecakapan Afektif Siswa Hasil Upaya 1. Proses Belajar Mengajar PBM memahami, meyakini dan mengaplikasikan isi dan nilai materi pelajaran. 2. Proses Belajar Mengajar PBM memecahkan masalah dan mengaplikasikan isi dan nilai materi nilai pelajaran. Kecakapan Psikomotor Siswa Sumber Daya Manusia SDM berkualitas Kecakapan Kognitif Siswa Hasil Sekurang-kurangnya ada dua kecakapan kognitif siswa yang amat perlu dikembangkan khususnya oleh guru, yakni: 50 1. Strategi belajar memahami isi materi pelajaran 2. Strategi meyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta menyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran. Tanpa pengembangan dua kecakapan kognitif ini, agaknya siswa sulit diharapkan mampu mengembangkan ranah afektif dan psikomotoriknya. Seorang pakar terkemuka Jean Piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif menjadi enam tahap, perkembangan kognitif Piaget sebagai berikut: 51 1. Sensory-motor schema Skema sensori-motor ialah sebuah atau serangkaian prilaku terbuka yang tersusun secara sistematis untuk merespon lingkungan barang, orang, keadaan dan kejadian. 2. Cognitive schema Skema kognitif ialah prilaku tertutup berupa tatanan langkah-langkah kognitif operations yang berfungsi memahami apa yang tersirat atau menyimpulkan lingkungan yang direspons. 3. Object permanence ketetapan benda yakni anggapan bahwa sebuah benda akan tetap ada walaupun sudah ditinggalkan atau tidak lihat lagi. 4. Asimilition asimilasi yakni proses aktif dalam menggunakan skema untuk merespons lingkungan 5. Accomodation akomodasi yakni penyesuaian aplikasi skema yang cocok dengan lingkungan yang direspons. 50 Muhibbin Syah, Pisikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Raja Grafindo Persada: 2008, h. 87 51 Muhibbin Syah, Pisikologi Belajar dengan Pendekatan Baru, Bandung: Raja Grafindo Persada: 2008, h. 68-69 6. Aquiliberium equilibrium yakni keseimbangan antara skema yang digunakan dengan lingkungan yang direspons sebagai hasil ketepatan akomodasi. Untuk mengukur kemampuan siswa yang berdimensi kognitif ranah cipta dapat dilakukan dengan berbagai cara baik dengan tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan, tetapi yang sering dilakukan adalah menggunaan tes tertulis. Melalui tes tertulis tersebut dapat diketahui tingkat kemampuan kognitif siswa dengan mengacu pada beberapa alternative norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Di antara norma-norma tersebut adalah norma skala dari 0 sampai 10 dan norma skala dari 0 sampai 100. Angka terendah yang menyatakan keberhasilan belajar skala 0 sampai 10 adalah 5,5 atau 6, sedangkan untuk skala 0 sampai 100 adalah 55 atau 60. 52 Alhasil pada prinsipnya jika seorang siswa dapat menyelesaikan lebih dari separuh tugas atau dapat menjawab lebih dari setengah instrument evaluasi dengan benar, maka dianggap telah memenuhi target keberhasilan belajar. 52 Muhibbin Syah, Pisikologi Belajar dengan Pendekatan Baru, Bandung: Raja Grafindo Persada: 2008, h. 153

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil tempat di MTs Al-Ihkwaniyah yang beralamat Jl. Panti Asuhan Kp. Ceger Rt. 0805 No. 73 Jurangmangu Barat Pondok Aren Tangerang 15223. Madrasah Tsanawiyah itu dipilih karena sejak tahun 1997 berdasarkan Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Jawa Barat No WiIHK0085397, sampai sekarang telah memberikan pelayanan dan perkembangan pendidikan yang semakin meningkat serta mencetak lulusan yang berkualitas. Sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian khususnya pada siswai MTs Al- Ikhwaniya. Adapun waktu penelitian dimulai pada bulan Oktober 2010 sampai dengan bulan November 2010.

B. Metode Penelitian

Menurut Mardalis metode diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk 43