69
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pembuatan Biodiesel Biji Karet
Bahan pembuatan Biodiesel ini menggunakan bahan baku biji karet. Bahan baku biji karet ini diperoleh dari kabupaten Muara Bungo Provinsi Jambi.
Biji karet yang diperlukan untuk pembuatan biodiesel sebanyak 60 Kg. Untuk pengolahan lebih lanjut, maka biji karet ini terlebih dahulu diambil
minyak nya. Pengambilan minyak yang dilakukan ialah dengan metode ekstraksi maserasi. Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan biji karet
yang sudah dihaluskan disatukan dengan bahan pengekstraksi didalam sebuah tabung. Bahan pengekstraksi nya adalah N- Heksan. Tabung yang tersedia
berkapasitas 30 liter. Perbandingan nya ialah 1:10, artinya 1 kilogram biji karet yang sudah halus di rendam oleh 10 liter N-Heksan. Selanjutnya rendaman
tersebut disimpan terlindung cahaya langsung mencegah reaksi yang dikatalis cahaya atau perubahan warna dan dikocok berulang-ulang kira-kira 3 kali
sehari. Waktu lamanya maserasi 1 minggu. Setelah itu dilakukan penyulingan dengan menggunakan kertas saring.
Untuk sisa nya yang tidak bisa disaring maka diambil dengan menggunakan mesin tekanan vakum. Berikut adalah gambar proses penyaringan manual dan
menggunankan mesin tekanan vakum.
Universitas Sumatera Utara
70 Untuk pengambilan minyak kasar digunakan alat rotary. Alat rotary ini
digunakan untuk memisahkan minyak kasar dengan N-Heksan. Pembuatan biodiesel biji karet dilakukan di laboratorium Proses Industri
Kimia Departemen Kimia fakultas FMIPA Universitas Sumatera Utara. Proses yang dilakukan adalah degumming yang bertujuan untuk mengurangi kadar getah
pada minyak kasar biji karet , esterifikasi yang bertujuan untuk menurunkan kadar lemak bebas atau biasa disebut Free Fatty Acid FFA, kemudian dilakukan
proses transesterifikasi yang bertujuan memisahkan minyak kasar dengan gliserol untuk menurunkan viskositas minyak kasar sehingga biodiesel mampu dikabutkan
didalam ruang bakar dan mengonversi asam lemak bebas menjadi metil ester yang memenuhi syarat biodiesel.
Dalam proses degumming dilakukan dengan menggunakan pencampuran asam posfat H
3
PO
4
pada suhu 80
o
C , dalam waktu 20 menit sambil dilakukan pengadukan secara terus menerus. Setelah itu dilakukan pengendapan dengan
menggunakan corong pemisah. Minyak hasil degumming digunakan untuk proses selanjutnya yakni
proses esterifikasi dan proses transesterifikasi.
Universitas Sumatera Utara
71 Gambar 4.1 Proses Esterifikasi dan Proses Transesterifikasi
Dalam proses esterifikasi dilakukan pemisahan terhadap minyak kasar yang telah direaksikan dengan methanol dan H2SO4. Pemisahan dilakukan untuk
memisahkan methanol dengan minyak kasar. Pemisahan dilakukan dengan menggunakan corong pemisah. Proses pemisahan dalam proses esterifikasi dapat
dilihat pada gambar berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
72 Gambar 4.2 Proses Pemisahan Methanol Pada Proses Esterifikasi
Pemisahan juga dilakukan pada proses transesterifikasi untuk menurunkan kadar gliserol di dalam biodiesel biji kemiri karet. Pemisahan dilakukan dengan
menggunakan corong pemisah. Proses pemisahan dalam proses transesterifikasi dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
73 Gambar 4.3 Proses Pemisahan Gliserol Pada Proses Transesterifikasi.
Setelah dilakukan pemisahan, pada masing-masing proses esterifikasi dan transesterifikasi dilakukan proses pencucian. Proses pencucian dilakukan untuk
mengeliminasi methanol dan katalis sisa yang terikat di dalam minyak. Pencucian dilakukan dengan menggunakan air bertemperatur 40
o
C-50
o
C pada proses esterifikasi, akuades bertemperatur 40
o
C-50
o
C pada proses transesterifikasi dan corong pemisah. Proses pencucian dalam proses esterifikasi dan transesterifikasi
dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 4.4 Proses Pencucian Minyak Kasar
Universitas Sumatera Utara
74 Setelah dilakukan pencucian perlu dilakukan pengeringan supaya kadar air
pada minyak habis. Proses pengeringan dilakukan dengan oven pada suhu 115
o
C. selama 2 jam. Dalam 20 Kg Biji Karet Kering dihasilkan minyak kasar sebanyak
10 liter dan biodiesel sebanyak 7 liter. Rendemen hasil penelitian di dapat setelah total volume hasil proses
dikonversi terlebih dahulu kedalam satuan massa dan dibagi dengan total massa sebelum proses.
Minyak kasar : m = ρ x V
m = 952,3 kgm
3
x 10 L x 0,001 m
3
= 9,523 kg Biodiesel Biji Karet
: m = ρ x V m = 865,3 kgm
3
x 7 L x 0,001 m
3
= 6,057 kg Maka rendemen biji menjadi minyak kasar diperoleh :
Rendemen = 9,523 kg 20 kg = 0,47615 = 47,615 Sedangkan rendemen minyak kasar menjadi biodiesel biji karet diperoleh:
Rendemen = 6,057 kg 9,523 kg = 0,63603 = 63,603 Adapun biaya produksi satu liter biodiesel biji karet adalah :
1. Biji Karet 60 kg = Rp 1.000.000
2. Administrasi Peminjaman Laboratorium = Rp 800.000
3. Methanol 10 Liter Rp 15.000 = Rp 150.000
4. Perlengkapan Laboratorium = Rp 200.000
5. Akuades 40 Liter Rp 2.000 = Rp 80.000
Universitas Sumatera Utara
75 6.
Pengujian karakteristik minyak di PPKS = 850.000
Total biaya menghasilkan 7 Liter Biodiesel = Rp 3.080 Maka biaya produksi satu liter biodiesel biji karet adalah sebesar Rp
440.000. Harga produksi yang tinggi dikarenakan bahan baku yang jauh tempat pengambilan. Oleh sebab itu butuh biaya jasa dan pengiriman yang mahal. Harga
produksi yang tinggi juga diakibatkan Karena dalam proses pembuatan biodiesel masih dalam skala laboratorium. Ada banyak kesalahan yang terjadi dan juga
tidak bisa di proses dalam jumlah yang besar.
4.2 Hasil Pengujian Bom Kalorimeter