11
2.2 Biji karet
Gambar 2.1 Biji Karet
Biji karet berasal dari tanaman karet. Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Hevea brasiliensis. Tanaman ini merupakan sumber utama
bahan tanaman karet alam dunia. Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi, besar dan berbatang cukup besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15-25
meter. Tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Daun karet
terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20 cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10 cm. Anak daun berbentuk
eliptis, memanjang dengan ujung meruncing, tepinya rata dan gundul.
Universitas Sumatera Utara
12 Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jumlah biji berkisar tiga dan
enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnanya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Sesuai
dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Lebih lengkapnya, struktur botani tanaman karet ialah tersusun sebagai berikut
APP, 2008: Divisi
: Spermatophyta Subdivisi
: Angiospermae Kelas
: Dicotyledonae Ordo
: Euphorbiales Famili
: Euphorbiaceae Genus
: Hevea Spesies
: Hevea brasiliensis
Universitas Sumatera Utara
13
2.3 proses Pembuatan Biodiesel Biji karet
Gambar 2.2 Alur Pembuatan Biodisel Biji Karet
2.31 Ekstraksi
Metode ekstraksi dapat dilakukan menggunakan pelarut heksan yang dikontakkan langsung dengan biji karet. Sebelum minyak biji karet diolah
menjadi biodiesel, minyak tersebut perlu dipisahkan dari pelarut heksan dengan menggunakan evaporator pada suhu 70o C. Uap heksan kemudian
dikondensasikan untuk digunakan kembali dalam proses ekstraksi berikutnya. Kelebihan dari metode ini adalah perolehan minyak yang dihasilkan lebih besar
dibandingkan dengan metode pengempaan. Kekurangan dari metode ini adalah
Universitas Sumatera Utara
14 diperlukannya proses pemisahan yang membutuhkan energi untuk memisahkan
minyak dari pelarutnya.
2.3.2 Degumming
Degumming merupakan metode pemisahan ‘gum’ getah dengan zat lain.
Degumming dapat dilakukan dengan beberapacara diantaranya dengan menggunakan zat pemisah atau secara filtrasi. Bahan yang digunakan untuk
pemisahan getah adalahadsorben zeolit dan karbon aktif.Zeolit telah banyak diaplikasikan sebagai adsorben, penukarion, dan sebagai katalis.
Zeolit adalah mineral alumina silika tetrahidrat berpori yang mempunyai struktur kerangka tiga dimensi, terbentuk oleh tetrahedral,[SiO4]
4-
dan [AlO4]
5-
yang saling terhubungkan oleh atom-atom oksigen sedemikian rupa, sehingga membentuk kerangka tiga dimensi terbuka yang mengandung kanal-
kanal dan rongga-rongga yang didalamnya terisi oleh ion-ion logam,biasanya adalah logam-logam alkali atau alkali tanah dan molekul air yang dapat
bergerak bebas.
Universitas Sumatera Utara
15
2.3.3 Esterifikasi
Ester merupakan salah satu gugus dari fungsi dari senyawa karbon. Ester adalah senyawa dengan gugus fungsi
– COO – dengan struktur R – COO – R, dimana R merupakan suatu rantai karbon atau atom H, sedangkan R merupakan
rantai karbon. Ester mempunyai rumus umum CnH2nO2. Pemberian nama ester terdiri dari dua kata yaitu gugus alkil berasal dari alkoksi diikuti dengan nama
asam karboksilatnya dengan menghilangkan kata asam. Gugus atom yang terikat pada atom O Gugus R diberi nama alkil dan gugus R
– COO – H diberi nama alkanoat.
Esterifikasi adalah tahap konversi dari asam lemak bebas FFA menjadi ester. Esterifikasi mereaksikan asam lemak dengan alcohol. Reaksi ini merupakan
reaksi kesetimbangan, jadi memerlukan katalis untuk mempercepat tercapainya keadaan setimbang. Katalis-katalis yang cocok adalah zat yang berkarakter asam
kuat, dan karena ini asam sulfat, asam sulfonat organic atau resin penukar kation asam kuat merupakan katalis terpilih dalam praktek industrial.
2.3.4 Transesterifikasi
Saat ini sebagian besar biodiesel muncul dari sumber daya yang dapat dimakan, seperti lemak hewan, minyak sayur, dan bahkan limbah minyak goreng,
dengan katalis kondisi basa. Namun konsumsi tinggi katalis membuat biodiesel saat ini lebih mahal daripada bahan bakar yang diturunkan dari minyak bumi.
Universitas Sumatera Utara
16 Transesterifikasi adalah pertukaran alcohol dengan suatu ester untuk membentuk
ester yang baru. Reaksi ini bersifat reversible dan berjalan lambat tanpa adanya katalis. Penggunaan alcohol atau mengambil alih salah satu produk adalah
langkah untuk mendorong reaksi kearah kanan atau produk. Tahapan proses transesterifikasi pembuatan biodiesel selalu menginginkan
agar produk biodiesel dengan jumlah yang maksimum. Beberapa kondisi reaksi yang mempengaruhi konversi serta perolehan biodiesel melalui transesterifikasi
adalah sebagai berikut: 1.
Pengaruh air dan asam lemak bebas Minyak nabati yang akan di transesterifikasi hasrus memiliki angka
asam yang lebih kecil dari 1. Banyak peneliti yang menyarankan agar kandungan asam lemak bebas lebih kecil dari 0.5. Selain itu, semua
bahan yang akan digunakanharus bebas dari air. Karena air akan bereaksi dengan katalis, sehingga jumlah katalis menjadi berkurang. Katalis harus
terhindar dari udara agar tidak mengalami reaksi dengan uap air dan karbon dioksida.
2. Perbandingan pengaruh molar alkohol dengan bahan mentah
Secara stoikiometri, jumlah alkohol yang dibutuhkan untuk reaksi adalah 3 mol untuk setiap 1 mol trigliserida, untuk memperoleh 3 mol alkil
ester dan 1 mol gliserol. Perbandingan alkohol dengan minyak nabati 4.8:1 dapat menghasilkan konversi 98. Secara umum ditunjukkan bahwa
semakin banyak jumlah alkohol yang digunakan maka konversi yang
Universitas Sumatera Utara
17 didapat akan semakin bertambah. Pada rasio molar 6:1, setelah satu jam
konversi yang dihasilkan adalah 98 – 99, sedangkan pada 3:1 adalah 74
– 89. Nilai perbandingan yang terbaik adalah 6:1 karena menghasilkan konversi yang maksimum.
3. Pengaruh jenis alkohol
Pada rasio 6:1, methanol akan memberikan perolehan ester yang tertinggi dibandingkan dengan menggunakan etanol atau butanol.
4. Pengaruh jenis katalis
Alkali katalis katalis basa akan mempercepat reaksi transesterifikasi bila dibandingkan dengan katalis asam. Katalis basa yang paling popular
untuk reaksi transesterifikasi adalah natrium hidroksida NaOH, kalium hidroksida KOH. Katalis sejati bagi reaksi sebenarnya adalahion metilat
metoksida. Reaksi transesterifikasi akan menghasilkan konversi yang maksimum dengan jumlah katalis 0.5
– 1.5 berat minyak nabati.
5. Metanolisis Crude dan Refined minyak nabati
Perolehan metal ester akan lebih tinggi jika menggunakan minyak nabati refined. Namun apabila produk metal ester akan digunakan sebagai
bahan
Universitas Sumatera Utara
18
2.4 Mesin diesel
Mesin diesel juga disebut “Motor Penyalaan Kompresi” oleh karena penyalaannya dilakukan dengan menyemprotkan bahan bakar ke dalam udara
yang telah bertekanan dan bertemperatur ringgi sebagai akibat dari proses kompresi di dalam ruang bakar. Agar bahan bakar diesel dapat terbakar dengan
sendirinya, maka perbandingan kompresi mesin diesel harus berkisar antara 15 –
22, sedangkan tekanan kompresinya mencapai 20 – 40 bar dengan suhu 500 – 700
0C. Aplikasi dari motor diesel banyak pada industri-industri sebagai motor stasioner ataupun untuk kendaraan-kendaraan dan kapal laut dengan ukuran yang
besar. Hal ini dikarenakan motor diesel mengkonsumsi bahan bakar ± 25 lebih rendah dari motor bensin, lebih murah dan perawatannya lebih sederhana.
Mesin diesel menghasilkan tekanan kerja yang tinggi, itu sebabnya konstruksi motor diesel lebih kokoh dan lebih besar. Disamping itu, mesin diesel
menghasilkan bunyi yang lebih keras, warna dan bau gas yang kurang menyenangkan. Namun dipandang dari segi ekonomi, bahan bakar serta polusi
udara, motor diesel masih lebih disukai. Siklus diesel ideal pembakaran tersebut dimisalkan dengan pemasukan
panas pada volume konstan Y. A. Çengel dan M. A. Boles, 2006.. Siklus diesel tersebut ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
19 Gambar 2.3 Diagram P-V dan T-S Pada Siklus Diesel Cengel dan Michael,
2004
2.4.1 Prinsip Kerja Mesin Diesel
Prinsip kerja mesin diesel 4 tak sebenarnya sama dengan prinsip kerja mesin otto, yang membedakan adalah cara memasukkan bahan bakarnya. Pada
mesin diesel bahan bakar di semprotkan langsung ke ruang bakar dengan menggunakan injector. Dibawah ini adalah langkah dalam proses mesin diesel
4 langkah :
Langkah Isap
Pada langkah ini piston bergerak dari TMA Titik Mati Atas ke TMB Titik Mati Bawah. Saat piston bergerak ke bawah katup isap terbuka
yang menyebabkan tekanan udara di dalam silinder seketika lebih rendah
Universitas Sumatera Utara
20 dari tekanan atmosfer ,sehingga udara murni langsung masuk ke ruang
silinder melalui filter udara.
Langkah kompresi
Pada langkah ini piston bergerak dari TMB menuju TMA dan kedua katup tertutup. Karena udara yang berada di dalam silinder didesak terus oleh
piston,menyebabkan terjadi kenaikan tekanan dan temperatur,sehingga udara di dalam silinder menjadi sangat panas. Beberapa derajat sebelum
piston mencapai TMA, bahan bakar di semprotkan ke ruang bakar oleh injector yang berbentuk kabut.
Langkah Usaha
Pada langkah ini kedua katup masih tertutup, akibat semprotan bahan bakar di ruang bakar akan menyebabkan terjadi ledakan pembakaran yang
akan meningkatkan suhu dan tekanan di ruang bakar. Tekanan yang besar tersebut akan mendorong piston ke bawah yang menyebkan terjadi gaya
aksial. Gaya aksial ini dirubah dan diteruskan oleh poros engkol menjadi gaya radial putar.
Langkah Buang
Pada langkah ini, gaya yang masih terjadi di flywheel akan menaikkan kembali piston dari TMB ke TMA, bersamaan itu juga katup buang
Universitas Sumatera Utara
21 terbuka sehingga udara sisa pembakaran akan di dorong keluar dari ruang
silinder menuju exhaust manifold dan langsung menuju knalpot
2.4.2 Performansi Mesin Diesel
1. Nilai Kalor Bahan Bakar.
Nilai pembakaran merupakan jumlah energi kimia yang terdapat dalam satu massa atau volume bahan bakar. Ada dua macam nilai
pembakaran, yaitu nilai pembakaran tinggi High Heating Value atau bruto dan nilai pembakaran rendah Low Heating Value Laboratorium
Motor Bakar, Tanpa Tahun. Nilai kalor bahan bakar pada masing-masing spesimen didapat melalui percobaan bom kalorimeter. Analisa percobaan
dilakukan dengan menggunakan rumus :
HHV = T2-T1-Tkp x Cv KJKg
Nilai pembakaran rendah atau LHV didapat menggunakan rumus :
LHV = HHV – 3240 KJKg
Dalam perhitungan efisiensi panas dari motor bakar, dapat menggunakan nilai kalor bawah LHV dengan asumsi pada suhu
tinggi saat gas buang meninggalkan mesin tidak terjadi pengembunan uap air. Namun dapat juga menggunakan nilai kalor atas HHV
Universitas Sumatera Utara
22 karena nilai tersebut umumnya lebih cepat tersedia. Peraturan
pengujian berdasarkan ASME American of Mechanical Engineers menentukan penggunaan nilai kalor atas HHV, sedangkan peraturan
SAE Society of Automotive Engineers menentukan penggunaan nilai kalor bawah LHV.
2. Torsi
Torsi merupakan sebuah ukuran dari kemampuan mesin untuk melakukan kerja. Torsi mesin biasanya diukur dengan menggunakan
Dynamometer . Mesin direkatkan pada meja uji dan poros dihubungkan
dengan rotor pada dynamometer.
Gambar 2.4 skema operasi dynamometer Pulkrabek, 1997
Universitas Sumatera Utara
23 Rotor dikopel secara elektromagnetik, hidrolik, maupun dengan
gesekan mekanis terhadap stator, yang di topang dengan bantalan gesekan rendah. Stator diseimbangkan dengan rotor secara stasioner. Torsi yang
terjadi pada stator ketika rotor berputar diukur dengan menyeimbangkan stator dengan beban statis, pegas, dan sebagainya Pulkrabek, 1997.
Berdasarkan gambar diatas, jika torsi disimbolkan dengan T, maka :
T = F.b
3. Daya
Daya mesin adalah besarnya kerja mesin selama waktu tertentu. Pada motor bakar daya yang berguna adalah daya poros, dikarenakan poros
tersebut menggerakan beban. Daya poros dibangkitkan oleh daya indikator , yang merupakan daya gas pembakaran yang menggerakan torak
selanjutnya menggerakan semua mekanisme, sebagian daya indikator dibutuhkan untuk mengatasi gesekan mekanik, seperti pada torak dan
dinding silinder dan gesekan antara poros dan bantalan. Prestasi motor bakar pertama-tama tergantung dari daya yang dapat ditimbulkannya.
Semakin tinggi frekuensi putar motor makin tinggi daya yang diberikan hal ini disebabkan oleh semakin besarnya frekuensi semakin banyak
langkah kerja yang dialami pada waktu yang sama.
Universitas Sumatera Utara
24 Dengan demikian besar daya poros itu adalah :
P
b
4. Ai rFuel Ratio AFR
Di dalam mesin, bahan bakar dibakar oleh udara. Udara kering merupakan sebuah campuran berbagai gas yang memiliki komposisi
representatif 20 oksigen, 78,09 nitrogen, 0,93 argon, dan beberapa kandungan karbon dioksida, neon, helium, metana, dan gas-gas lainnya.
Pada pembakaran, oksigen merupakan komponen reaktif dari udara. Bahan bakar yang digunakan di dalam motor bakar merupakan campuran dari
berbagai komponen hidrokarbon yang didapat melalui proses penyulingan minyak maupun minyak kasar. Bahan bakar ini didominasi oleh karbon
dan hidrogen sekitar 86 karbon, dan 14 hidrogen walaupun demikian bahan bakar diesel bisa mengandung kadar sulfur hingga 1. Pada
pengujian mesin, aliran massa udara dan aliran massa bahan bakar biasanya diukur. AFR merupakan rasio aliran massa udara dengan aliran
massa bahan bakar yang terjadi di dalam ruang bakar . Rentang AFR yang normal untuk mesin berpenyalaan kompresi mesin diesel dengan bahan
bakar diesel adalah 18 ≤ AFR ≥ 70.
Universitas Sumatera Utara
25
5. Konsumsi Bahan Bakar Spesifik SFC
Pada pengujian performansi mesin, konsumsi bahan bakar diukur sebagai laju aliran massa bahan bakar. Parameter yang lebih berguna
adalah konsumsi bahan bakar spesifik atau biasa disebut SFC Specific Fuel Consumption
. SFC merupakan laju aliran massa per daya keluaran. Konsumsi bahan bakar spesifik mengukur seberapa efisien mesin
menggunakan bahan bakar untuk menghasilkan daya. Untuk mesin berpenyalaan kompresi, nilai terbaik SFC didapat dibawah 200 gkWh
atau 0,2 KgkWh.
6. Efisiensi Volumetris
Parameter yang digunakan untuk mengukur keefektivan dari proses isap sebuah mesin adalah efisiensi volumetris. Efisiensi volumetris
didefinisikan sebagai volum aliran udara yang memasuki sistem isap dibagi dengan laju aliran yang digunakan oleh piston. Nilai efisiensi
volumetris biasanya berada di rentang 80 - 90 untuk mesin bensin. Efisiensi volumetris untuk mesin diesel biasanya lebih tinggi ketimbang
mesin bensin.
Universitas Sumatera Utara
26
7. Efisiensi Termal
Efisiensi thermal efektif merupakan daya poros dibagi oleh hasil kali jumlah bahan bakar terpakai per satuan waktu dan nilai kalor bawah bahan
bakar tersebut Arismunandar dan Koichi, 1979. Kerja berguna yang dihasilkan selalu lebih kecil dari pada energi yang dibangkitkan piston
karena sejumlah energi hilang akibat adanya rugi-rugi mekanis mechanical losses. Dengan alasan ekonomis perlu dicari kerja
maksimum yang dapat dihasilkan dari pembakaran sejumlah bahan bakar. Efisiensi ini disebut juga sebagai efisiensi termal brake.
8. Heat Loss Exhaust
Estimasi Heat Loss Exhaust dapat dihitung dengan mengukur perbedaan antara temperatur gas buang Te dan temperatur ambien Ta,
dan mengasumsikan nilai tipikal 1 kJkgK untuk panas spesifik dari temperatur gas buang.
Universitas Sumatera Utara
27
9. Emisi Gas Buang
Bahan pencemar polutan yang berasal dari kendaraan bermotor dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori sebagai berikut :
Sumber
Polutan dibedakan menjadi polutan primer atau sekunder. Polutan primer seperti nitrogen oksida NOx dan hidrokarbon HC langsung dibuangkan
ke udara bebas dan mempertahankan bentuknya seperti pada saat pembuangan. Polutan sekunder seperti ozon O3 dan peroksiasetil nitrat
PAN adalah polutan yang terbentuk di atmosfer melalui reaksi fotokimia, hidrolisis atau oksidasi.
Komposisi Kimia
Polutan dibedakan menjadi organik dan inorganik. Polutan organik mengandung karbon dan hidrogen, juga beberapa elemen seperti oksigen,
nitrogen, sulfur atau fosfor, contohnya : hidrokarbon, keton, alkohol, ester dan lain-lain. Polutan inorganik seperti : karbon monoksida CO,
karbonat, nitrogen oksida, ozon dan lainnya.
Bahan Penyusun
Polutan dibedakan menjadi partikulat atau gas. Partikulat dibagi menjadi padatan dan cairan seperti : debu, asap, abu, kabut dan spray, partikulat
dapat bertahan di atmosfer. Sedangkan polutan berupa gas tidak bertahan di atmosfer dan bercampur dengan udara bebas.
Universitas Sumatera Utara
28 1
Partikulat
Polutan partikulat yang berasal dari kendaraan bermotor umumnya merupakan fasa padat yang terdispersi dalam udara dan
membentuk asap. Fasa padatan tersebut berasal dari pembakaran tak sempurna bahan bakar dengan udara, sehingga terjadi tingkat
ketebalan asap yang tinggi. Selain itu partikulat juga mengandung timbal yang merupakan bahan aditif untuk meningkatkan kinerja
pembakaran bahan bakar pada mesin kendaraan. Apabila butir-butir bahan bakar yang terjadi pada
penyemprotan kedalam silinder motor terlalu besar atau apabila butir
–butir berkumpul menjadi satu, maka akan terjadi dekomposisi yang menyebabkan terbentuknya karbon
–karbon padat atau angus. Hal ini disebabkan karena pemanasan udara yang
bertemperatur tinggi, tetapi penguapan dan pencampuran bahan bakar dengan udara yang ada didalam silinder tidak dapat
berlangsung sempurna, terutama pada saat –saat dimana terlalu
banyak bahan bakar disemprotkan yaitu pada waktu daya motor akan diperbesar, misalnya untuk akselerasi, maka terjadinya angus
itu tidak dapat dihindarkan. Jika angus yang terjadi itu terlalu banyak, maka gas buang yang keluar dari gas buang motor akan
bewarna hitam.
Universitas Sumatera Utara
29 2
Unburned Hidrocarbon UHC
Hidrokarbon yang tidak terbakar dapat terbentuk tidak hanya karena campuran udara bahan bakar yang gemuk, tetapi bisa
saja pada campuran kurus bila suhu pembakarannya rendah dan lambat serta bagian dari dinding ruang pembakarannya yang dingin
dan agak besar. Motor memancarkan banyak hidrokarbon kalau baru saja dihidupkan atau berputar bebas idle atau waktu
pemanasan. Pemanasan dari udara yang masuk dengan menggunakan
gas buang meningkatkan penguapan dari bahan bakar dan mencegah pemancaran hidrokarbon. Jumlah hidrokarbon tertentu
selalu ada dalam penguapan bahan bakar, di tangki bahan bakar dan dari kebocoran gas yang melalui celah antara silinder dari
torak masuk kedalam poros engkol, yang disebut dengan blow by gasses
gas lalu. Pembakaran tak sempurna pada kendaraan juga menghasilkan gas buang yang mengandung hidrokarbon. Hal ini
pada motor diesel terutama disebabkan oleh campuran lokal udara bahan bakar tidak dapat mencapai batas mampu bakar.
3
Carbon Monoksida CO
Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senyawa karbon monoksida CO sebagai hasil pembakaran yang tidak
sempurna dan karbon dioksida CO2 sebagai hasil pembakaran sempurna. Karbon monoksida merupakan senyawa yang tidak
Universitas Sumatera Utara
30 berbau, tidak berasa dan pada suhu udara normal berbentuk gas
yang tidak berwarna. Gas ini akan dihasilkan bila karbon yang terdapat dalam bahan bakar kira
–kira 85 dari berat dan sisanya hidrogen terbakar tidak sempurna karena kekurangan oksigen.
Hal ini terjadi bila campuran udara bahan bakar lebih gemuk dari pada campuran stoikiometris, dan terjadi selama idling
pada beban rendah atau pada output maksimum. Karbon monoksida tidak dapat dihilangkan jika campuran udara bahan
bakar gemuk. Bila campuran kurus karbon monoksida tidak terbentuk.
4
Oksigen O2
Oksigen O2 sangat berperan dalam proses pembakaran, dimana oksigen tersebut akan diinjeksikan keruang bakar. Dengan
tekanan yang sesuai akan mengakibatkan terjadinya pembakaran bahan bakar
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Zaman globasisasi sekarang ini telah meningkatnya teknologi sebagai penunjang kehidupan manusia. Adapun teknologi tersebut sangat banyak yang
harus menggunakan bahan bakar sebagai sumber energy. Sedangkan minyak bumi yang mana sebagai sumber energy dunia sudah tidak banyak lagi. Untuk
menghemat penggunaan minyak bumi harus ada alternative yang di lakukan salah satunya adalah pembuatan bahan bakar selain dari minyak bumi.
Sudah banyak penelitian yang di lakukan untuk menciptakan bahan bakar tersebut salah satunya ialah Biodiesel. Biodiesel adalah metil ester dan etil ester
dari asam lemak yang dibuat dari minyak tumbuhan dan lemak hewani yang merupakan sumber daya yang dapat diperbaharui. Amerika Serikat dan beberapa
negara Eropa telah mengembangkan dan menggunakan biodiesel sebagai bahan bakar alternatif untuk mesin diesel secara luas dengan bahan baku minyak kedelai
dan minyak kanola. Bahan baku pembuatan biodiesel ialah dari minyak tumbuhan salah
satunya adalah miyak biji karet . Pohon karet pada saat hanya di manfaatkan pada lateks nya saja, yakni sebagai bahan baku pembuatan karet. Sedangkan hal lain
seperti biji pohon karet belum banyak dimanfaatkan. Jumlah biji karet di perkebunan tanaman karet mencapai 1 kgm
2
serta kandungan minyak yang
Universitas Sumatera Utara
2 terdapat pada biji karet 40-50-berat, dengan komposisi asam palmitat 13,11 ,
asam stearat 12,66 , asam arachidat 0,54, asam oleat 39,45, asam linoleat 33,12 dan sisanya adalah asam lemak lain Setyawardhani dkk,
2009. Penggunaan biji karet untuk produksi biodiesel tidak menimbulkan persaingan bahan pangan karena biji karet merupakan sumber minyak nabati non
pangan.
Biodiesel dari biji karet memiliki parameter yang belum memenuhi standar SNI ataupun ASTM yaitu bilangan setana. Nilai bilangan setana biodiesel
biji karet masih dibawah standar minimum ASTM Ikwuagwu et al. 2000, tetapi nilai viskositas biodiesel biji karet sudah memenuhi standar SNI. Oleh sebab itu
biodiesel ini tidak boleh langsung digunakan pada mesin diesel. Harus di lakukan pencampuran dengan solar atau pertamina
– DEX.
1.2 Tujuan Pengujian