Kajian Eksperimental Terhadap Performansi Mesin Diesel Menggunakan Campuran Pertamina - DEX Dengan Biodiesel Biji Karet
DAFTAR PUSTAKA
[1] Pulkrabek, Willard W. Engineering Fundamentals Of The Internal Combustion Engine. Prentice Hall, New Jersey.
[2] Cengel, Y.A. dan Michael A. Boles. Thermodynamics an Engineering Approach. Mc Graw Hill. Inc, Singapore, 2006
[3] Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2006 Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang.
[4] Voigt, R.,1984, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh Soewandhi, S.N., UGM Press, Yogyakarta.
[5 Direktorat Jenderal Energi baru Terbarukan dan Konservasi Energi. 2013.
Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
[6] Voigt, R. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh Soewandhi, S.N., UGM Press, Yogyakarta. 1984
[7] Tim Penebar Swadaya. Panduan Lengkap Karet. Penebar Swadaya. Jakarta. 2008
[8] Anwar, Chairil. Manajemen dan Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet. Medan. 2001
(2)
[10] Harsono, S.S. Performance Mesin Diesel Melalui Pemanfaatan Biodiesel dari Minyak Biji Karet dan Bekatul Padi. Bogor. 2006 [11] Arismunandar, Wiranto. 2004. Motor Diesel Putaran Tinggi. Penerbit :
Pradnya Paramita, Jakarta.
[12] Setyawardhani, D.A. dan Distantina, S., 2009, Acid Pre Treatment terhadap Minyak Biji Karet untuk Pembuatan Biodiesel, Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia, Bandung [13] Ikwuagwu, O.E., Ononogobu, I.C., Njoku. O.U. Production of biodiesel
using rubber [Hevea brasiliensis (Kunth. Muell)] seed oil. Ind Crops and Products. 2000.
[14] Ketaren, S., 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI– Press, Jakarta.
[15] Mittlebach, M and Remschmidt, Claudia. Biodiesel The Comprehensive Handbook. Viema : Boersedruck Ges. M. bH, 2004
(3)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pembuatan Biodiesel Biji Karet
3.1.1 Waktu dan Tempat
Pengolahan biodiesel memiliki tahapan – tahapan yang banyak. Adapun waktu dan tempat pembuatan biodiesel ialah sebagai berikut :
1. Pengolahan biji menjadi minyak kasar biji karet dilakukan di laboratorium Polimer Kimia Departemen Kimia Fakultas MIPA dan laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Waktu yang digunakan selama pengolahan biji menjadi minyak kasar ialah selama 4 bulan. 2. Pembuatan minyak kasar menjadi biodiesel dilakukan di laboratorium
Polimer Kimia Departemen Kimia Fakultas MIPA dan laboratorium Proses Industri Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara selama 3 bulan.
3.1.2 Alat dan Bahan
3.1.2.1Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Oven
(4)
kering. Adapun oven yang digunakan ialah ove yang berada pada fakultas Farmasi USU.
Gambar 3.1 Oven 2. Blender
Blender digunakan untuk menghaluskan biji karet yang sudah kering supaya mudah untuk di ekstrak. Blender yang di guanakan adalah blender biasa pada umum nya.
(5)
3. Tabung Kaca
Tabung kaca ini digunakan sebagai tempat proses ekstraksi.
Gambar 3.3 Tabung kaca 4. Kertas Saring
Kertas saring digunakan untuk menyaring minyak hasil ekstraksi supaya endapan tidak terikut.
(6)
5. Erlenmeyer
Erlenmeyer digunakan sebagai wadah sekaligus berfungsi mengaduk methanol dan asam sulfat begitu juga methanol dan katalis KOH
Gambar 3.5 Erlenmeyer
6. Labu Leher Tiga
Labu leher tiga digunakan sebagai wadah proses reaksi minyak kasar biji karet dengan reaktan dan katalis.
(7)
7. Hotplate Stirrer
Hotplate Stirrer digunakan sebagai penghasil panas dan penghasil medan magnet sehingga magnetic stirrer bisa berputaran.
Gambar 3.7 Hotplate Stirrer
8. Magnetic Stirrer
Magnetic Stirre digunakan sebagai penghasil putaran di dalam labu leher tiga sehingga memberikan efek pengadukan pada minyak kasar biji karet dengan reaktan dan katalis.
(8)
Gambar 3.8 Magnetik Stirrer
9. Statif dan Klem
Statif dan Klem digunakan sebagai penahan dan pencengkram refluks kondensor, begitupula untuk corong pemisah.
(9)
10.Termometer
Thermometer digunakan untuk mengukur temperatur cairan.
Gambar 3.10 Termometer
11.Refluks Kondensor
Refluks Kondensor digunakan untuk mengkondensasi uap pada saat reaksi.
(10)
12.Gabus
Gabus digunakan untuk menutup labu leher tiga agar proses reaksi tidak terkontaminasi zat atau partikel asing.
Gambar 3.12 Gabus
13.Piknometer
Piknometer digunakan untuk mengukur densitas cairan.
(11)
14.Viskosimeter Ostwald
Viskosimeter Ostwald digunakan untuk mengukur viskositas cairan
Gambar 3.14 Viskosimeter Ostwald
15.Stopwatch
Stopwatch digunakan untuk menghitung waktu reaksi.
Dan untuk menghitung waktu pada pengujian bom calorimeter, performansi mesin dan juga emisi gas buang.
(12)
16.Pipet tetes
Pipet tetes digunakan untuk memasukkan Asam Sulfat kedalam larutan methanol.
Gambar 3.16 Pipet Tetes.
17.Corong Gelas
Corong Gelas digunakan untuk mempermudah cairan masuk ke dalam labu leher tiga.
(13)
18.Beaker Glass
Beaker glass digunakan sebagai wadah cairan.
Gambar 3.18 Beaker Glass
19.Selang
Selang digunakan untuk mengalirkan air kedalam dan keluar refluks kondensor.
(14)
20.Corong Pemisah
Corong pemisah digunakan untuk memisahkan methanol dan gliserol serta air dari biodiesel.
Gambar 3.20 Corong Pemisah
21.Gelas Ukur
Gelas ukur digunakan mengukur volume katalis asam dan basah serta mengukur volume asam posfat secara akurat. Gelas ukur ini digunakan juga sebagai pengukur campuraan biodiesel dengan pertamina – DEX.
(15)
Gambar 3.21 Gelas Ukur
22.Rotary Tekanan Vakum
Rotary Tekanan vakum digunakan untuk memisahkan minya murni biji karet dengan larutan yakni N – Heksan.
(16)
3.1.2.2Bahan
1. Biji Karet 2. Methanol
3. Asam Posphat ( H2PO4) 4. N-HEKSAN
5. Asam Sulfat (H2SO4) 6. Kalium Hidroksida (KOH) 7. Air
8. Aquadest 9. Phenolptalein
3.1.3 Prosedur Pembuatan Biodisel
Proses pembuatan biodiesel dari biji karet memiliki beberapa tahap. Adapun tahap pembuatan biodiesel dari biji karet dapat di lihat pada gambar 3. 26 berikut :
(17)
Gambar 3.23 diagram alur pembuatn biodiesel
3.1.3.1Proses pengolahan Biji karet
Biji karet di kumpulkan dari perkebunan karet yang ada di Provinsi Jambi Kabupaten Muara Bungo. Dikumpulkan sebanyak 80 Kg. Adapun pengolahan biji karet untuk menghasilkan minyak di bagi dalam proses, yakni :
1. Proses penghancuran
Proses penghancuran biji karet ini ialah bertujuan untuk memisahkan cangkang dengan biji intinya. Proses nya ialah membuka cangkang menggunakan martil.
(18)
2. Proses pengeringan
Biji inti lalu di lakukan pengeringan dengan menggunakan sinar matahari. Proses pengeringan nya berlangsung selama 1 bulan. Lamanya proses pengeringan tersebut karena sinar matahari yang tidak menentu.
3. Proses Penggilingan
Biji yang sudah kering lalu di haluskan dengan menggunakan blender. Biji di masukkan sesusai kapasitas blender, adapun blender yang di gunakan ialah blender biasa. Adapun proses blender dapat dilihat pada gambar 3.27 di bawah ini
Gambar 3.24 Proses penggilingan 4. Proses ekstraksi
Proses ekstraksi yang umum di bagi dalam berbagai macam diantaranya adalah maserasi, perkolasi,dan sokhletasi. Proses ekstraksi yang di lakukan ialah proses ekstraksi maserasi.
(19)
Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan biji karet yang sudah dihaluskan disatukan dengan bahan pengekstraksi didalam sebuah tabung. Bahan pengekstraksi nya adalah N- Heksan. Tabung yang tersedia berkapasitas 30 liter. Perbandingan nya ialah 1:10, artinya 1 kilogram biji karet yang sudah halus di rendam oleh 10 liter N-Heksan. Selanjutnya rendaman tersebut disimpan terlindung cahaya langsung (mencegah reaksi yang dikatalis cahaya atau perubahan warna) dan dikocok berulang-ulang (kira-kira 3 kali sehari). Waktu lamanya maserasi 1 minggu. Semakin lama waktu perendaman, maka minyak yang di hasilkan pun semakin banyak. Semakin besar perbandingan biji karet terhadap N-Heksan, akan semakin banyak hasil yang diperoleh (Voight, 1995). Untuk melihat proses ekstraksi dapat di lihat pada gambar 3.28 Berikut.
(20)
5. Penyulingan
Untuk tahap penyulihan maka perlu rendaman di biarkan 1 malaman tanpa di kocok. Supaya serbuk biji nya benar-benar terendap dan minyak nya bisa tinggal di suling. Adapun alat yang digunakan adalah corong gelas, erlemenyer ukuran 2 liter, kertas saring. Cara penyulingan dapat di lihat pada gambar 3.29 berikut ini :
Gambar 3.26 Proses Penyulingan
6. Rotary
Rotary yang di maksud adalah proses pemisahan pelarut dan larutan. Pelarut disini adalah N-Heksan dan larutan itu adalah minyak biji karet. Proses ini adalah hmenggunakan alat rotary dan dibantu dengan pompa vakum. Adapun proses rotary dapat di lihat pada gambar 3.30 Berikut ini.
(21)
Gambar 3.27 Proses Rotary
7. Pengujian Kadar Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid/FFA)
Minyak nabati yang akan diproses menjadi biodiesel melalui proses transesterifikasi harus memiliki kadar FFA yang lebih kecil dari 3% (Laboratorium Proses Industri Kimia, Tanpa Tahun). Adapun prosedur pengujian kadar FFA adalah sebagai berikut :
Minyak kasar sebanyak 20 gr dimasukkan dalam Erlenmeyer
Ditambahkan etanol 95% sebanyak 100 ml
Campuran dikocok kuat dan titrasi dengan NaOH 0,1 N dengan indikator fenolftalein. Titik akhir tercapai jika warna larutan berwarna merah rosa dan warna ini bertahan selama 10 detik. Kadar FFA = T x V x BM/berat sampel x 10
(22)
T = Normalitas Larutan NaOH V = Volum larutan NaOH terpakai BM = Berat molekul FFA
Jika kadar FFA diatas 3, maka dilakukan proses esterifikasi untuk menurunkan kadar FFA dalam minyak kasar.
8. Degumming
Degumming atau pemisahan gum merupakan proses pemisahan getah atau lendir yang terdapat dalam minyak biji karet. Proses pemisahan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yakni dengan penambahan air dan larutan. Namun untuk yang lebih baik digunakan penambahan larutan yakni larutan asam posfat ( H3PO4 ). Adapun langkah – langkah kerja pada proses degummig adalah sebagai berikut :
Berat minyak kasar ditentukan sebesar X gr
Berat asam posfat ditentukan sebesar 0.3 % dari X
Minyak kasar dimasukkan pada beaker glass dipanaskan sampai pada suhu 80o C
Alat pemanas yang digunakan adalah hot plate + stirrer.
Masukkan stirrer kedalam minyak untuk diaduk
Masukkan secara perlahan asam posfat yang telah disediakan.
Hasil dari degumming dimasukkan kedalam corong pemisah dan di diamkan selama 24 jam.
(23)
Proses degumming dapat di lihat pda gambar 3.31 berikut ini :
Gambar 3.28 Proses Degumming dan Pengendapan.
9. Esterifikasi
Esterifikasi adalah tahap konversi dari FFA menjadi ester. Kadar FFA yang tinggi di dalam minyak dapat menyebabkan penyabunan ketika dilakukan proses pengubahan minyak kasar menjadi biodiesel (Laboratorium Proses Industri Kimia, Tanpa Tahun). Adapun proses Esterifikasi dilakukan sebagai berikut :
Berat minyak kasar ditentukan sebesar X gr
Berat Methanol ditentukan sebesar MEs* gr
*MEs = X x 32 x Berat Asam Sulfat ditentukan 1% dari X
Asam Sulfat dimasukkan ke dalam methanol tetes demi tetes sambil diaduk
(24)
Peralatan esterifikasi dirangkai, serta dimasukkan minyak kasar ke dalam labu leher tiga dan dipanaskan hingga mencapai temperatur 65oC.
Campuran Methanol dan Asam Sulfat dimasukkan ke dalam minyak kasar serta stirer dinyalakan selama 75 menit dan temperatur operasi dijaga 60oC
Methanol dan minyak kasar dipisahkan dengan menggunakan corong pemisah
Dilakukan pencucian terhadap minyak kasar yang telah dipisahkan dengan methanol dengan menggunakan air bertemperatur 40o C-50oC
Minyak kasar hasil pencucian dipanaskan dengan menggunakan oven bertemperatur 115oC untuk menurunkan kadar air dalam minyak
Dilakukan pengujian kadar FFA terhadap minyak kasar
10.Transesterifikasi
Transesterifikasi adalah pertukaran alkohol dengan suatu ester untuk membentuk ester yang baru. Reaksi ini bersifat reversibel dan berjalan lambat tanpa adanya katalis. Alkali katalis (katalis basa) akan mempercepat reaksi transesterifikasi bila dibandingkan dengan katalis asam. Katalis basa yang populer untuk reaksi transesterifikasi adalah natrium hidroksida (NaOH), kalium hidroksida (KOH), dan kalium metoksida (KOCH3).
(25)
Reaksi transesterifikasi akan menghasilkan konversi yang maksimum dengan jumlah katalis 0,5-1,5 % berat minyak nabati (Laboratorium Proses Industri Kimia, Tanpa Tahun). Adapun proses transesterifikasi sebagai berikut :
Berat minyak kasar ditentukan sebesar X gr
Berat Methanol ditentukan sebesar MTE* gr MTE = X x 32 x
Berat Katalis KOH ditentukan 1% dari X
Katalis KOH dimasukkan ke dalam methanol dan diaduk hingga homogen
Peralatan transesterifikasi dirangkai, serta dimasukkan minyak kasar ke dalam labu leher tiga dan dipanaskan hingga mencapai temperatur 65oC.
Campuran Methanol dan katalis KOH dimasukkan ke dalam minyak kasar serta stirer dinyalakan selama 75 menit dan temperatur operasi dijaga 60o
Minyak dan Gliserol dipisahkan dengan menggunakan corong pemisah
Dilakukan pencucian terhadap minyak kasar yang telah dipisahkan dengan gliserol dengan menggunakan aquadest bertemperatur 40oC-50oC
(26)
Minyak kasar hasil pencucian dipanaskan dengan menggunakan oven bertemperatur 115oC untuk menurunkan kadar air dalam minyak
Dilakukan pengujian kadar ester, Viskositas, dan Densitas terhadap biodiesel.
11.Pengujian Kadar metil Ester
Kadar ester menentukan apakah minyak hasil transesterifikasi dapat dikategorikan ke dalam metil ester (kadar ester < 96,5%) atau biodiesel (kadar ester ≥ 96,5%). Adapun pengujian kadar ester dilakukan dengan metode Gaschromatography di Pusat Penelitian Kelapa Sawit untuk mendapat hasil yang akurat.
12.Pengujian Viskositas
Viskositas yang tinggi dalam bahan bakar, dapat mempersulit proses pembentukan kabut pada saat atomisasi dan menyebabkan proses pembakaran tidak sempurna. Adapun proses pengujian viskositas sebagai berikut :
Viskosimeter dikalibrasi dengan air untuk menentukan konstanta viskosimeter.
Sampel sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam viskosimeter
Sampel dihisap dengan karet penghisap hingga melewati batas atas viskosimeter
(27)
Sampel dibiarkan mengalir kebawah
Waktu alir sampel dari batas atas hingga batas bawah dicatat
Pengukuran waktu alur dilakukan sebanyak 3x
Viskositas sampel dihitung dengan persamaan : Viskositas sampel = k x s.g x t Dimana ;
s.g = densitas sampel/densitas air t = waktu
13.Pengujian Densitas
Densitas biodiesel dipengaruhi oleh jenis asam lemak penyusun dan kemurniannya (Laboratorium Proses Industri Kimia, Tanpa Tahun). Adapun proses pengujian densitas sebagai berikut :
Ditimbang piknometer kosong yang kering dan dicatat massanya.
Diisi piknometer dengan air sebanyak 10 ml
Ditimbang piknometer yang berisi air dan dicatat massanya. Selisih antara massa piknometer kosong dan piknometer yang berisi air merupakan massa air yang diisi ke dalam piknometer
Diisi piknometer dengan sampel sebanyak 10 ml
Ditimbang piknometer yang berisi sampel dan dicatat massanya. Selisih antara piknometer kosong dan piknometer yang berisi sampel merupakan massa sampel.
(28)
3.2 Pengujian Performansi dan Emisi Mesin Diesel
3.2.1 Waktu dan Tempat
Pengujian dilakukan di laboratorium motor bakar Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara selama 3 minggu. 3.2.2 Alat dan Bahan
3.2.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam pengujian ini terdiri dari : 1. Tecquipment TD111 Four-Stroke Diesel Engine
(29)
Gambar 3.32 Tecquipment TD111 Four-Stroke Diesel Engine
Spesifikasi:
Model : TD111 Four-Stroke Diesel Engine
Type : ROBIN-FUJI DY23D
Valve Position : OverheadValve
Rocker Clearance : 0,10 mm (cold)
Swept Volume : 230 cm3
Bore : 70 mm
Stroke : 60 mm
Compression Ratio : 21
(30)
Recommended Maximum Speed : 3600 RPM Injection Timing : 23o BTDC
Dry Mass : 26 Kg
2. I.C Engine Instrumentation TD 114
Disambungkan ke Small Test Engine Bed TD115 MKII untuk mengukur torsi, temperatur gas buang, dan putaran mesin (RPM)
(31)
3. Tecquipment Small Test Engine Bed TD115 MKII
Gambar 3.34 Tecquipment Small Test Engine Bed TD115 MKII
Spesifikasi
Model : TD 115 MK II Type : Dynamometer Max output : 7,5 Kw Rated output : 5 Kw Rated speed : 6000 rpm
4. HESHBON Opacity Smokemeter HD-410
(32)
Gambar 3.35 HESHBON Opacity Smokemeter HD-410
Spesifikasi :
Measuring Range : 0.0 - 100.0 % (Opacity) Absorption Coefficient : 0.00 – 21.42 m-1 (k)
RPM : 0 – 8000 rpm
Measuring Range : 0.0 - 100.0 % (Opacity) Absorption Coefficient : 0.00 – 21.42 m-1 (k)
RPM : 0 – 8000 rpm
5. HESHBON Automotive Emission Analyzer HG-510
(33)
Gambar 3.36 HESBON automotive Emission Analyzer HG – 510
Spesifikasi :
Measuring Range HC : 0.0 – 9.99 %
CO : 0 – 9999 ppm
Operation Temperature : 0 – 40oC
Power Source : AC220V ± 10% 60Hz
6. Alat bantu perbengkelan, seperti : kunci pas, kunci ring, obeng, tang, dan lain – lain .
3.2.2.2 Bahan
Bahan yang menjadi objek pengujian ini adalah bahan bakar Pertamina dex ( 100 % ) , Pertamina dex 95% + Biodiesel Biji Karet 5% (B5 Biji karet), Pertamina dex 90% + Biodiesel Biji karet 10% (B10 Biji Karet), Pertamina dex 85% + Biodiesel Biji Karet 15% (B15 Biji Karet), dan Pertamina dex 80% + Biodiesel Biji Karet 20% (B20 Biji Karet).
3.2.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dipergunakan dalam pengujian ini meliputi :
Data primer, merupakan data yang diperoleh langsung dari pengukuran dan pembacaan pada unit instrumentasi dan alat ukur pada masing – masing pengujian.
(34)
Data sekunder, merupakan data tentang karakteristik bahan bakar yang digunakan dalam pengujian.
3.2.4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari hasil pengujian diolah menggunakan rumus yang ada, kemudian hasil dari peritungan disajikan dalam bentuk tabulasi dan grafik.
3.2.5 Pengamatan dan Tahap Pengujian
Parameter yang akan ditinjau dalam pengujian ini adalah :
Torsi mesin ( T )
Daya mesin ( P )
Air/Fuel Ratio( AFR )
Konsumsi bahan bakar spesifik ( SFC )
Efisiensi volumetris
Efisiensi termal aktual
Heat Loss Exhaust
Emisi gas buang
(35)
Pengujian mesin diesel menggunakan bahan bakar Pertamina dex.
Pengujian mesin diesel menggunakan bahan bakar Pertamina dex 95% + Biodiesel Biji Karet5% (B5 Biji Karet).
Pengujian mesin diesel menggunakan bahan bakar Pertamina dex 90% + Biodiesel Biji Karet 10 % (B10 Biji Karet).
Pengujian mesin diesel menggunakan bahan bakar Pertamina dex 85% + Biodiesel Biji Karet 15 % (B15 Biji Karet).
Pengujian mesin diesel menggunakan bahan bakar Pertamina dex 80% + Biodiesel Biji Karet 20 % (B20 Biji Karet).
3.2.6 Prosedur Pengujian Nilai Kalor Bahan Bakar
Alat yang digunakan dalam pengukuran nilai kalor bahan bakar ini adalah alat uji “Bom Kalorimeter”.
Peralatan yang digunakan meliputi :
Kalorimeter, sebagai tempat air pendingin dan tabung bom
Tabung bom, sebagai tempat pembakaran bahan bakar yang diuji.
Tabung gas oksigen.
Alat ukur tekanan gas oksigen, untuk mengukur jumlah oksigen yang dimasukkan ke dalam tabung bom.
Termometer, dengan akurasi pembacaan skala 0.010C.
Elektromotor yang dilengkapi pengaduk untuk mengaduk air pendingin.
(36)
Spit, untuk menentukan jumlah volume bahan bakar.
Pengatur penyalaan (skalar), untuk menghubungkan arus listrik ke tangkai penyala pada tabung bom.
Cawan, untuk tempat bahan bakar di dalam tabung bom.
Pinset untuk memasang busur nyala pada tangkai, dan cawan pada dudukannya.
Adapun proses pengujiannya adalah sebagai berikut :
Mengisi cawan bahan bakar dengan bahan bakar yang akan diuji.
Menggulung dan memasang kawat penyala pada tangkai penyala yang ada pada penutup bom.
Menempatkan cawan yang berisi bahan bakar pada ujung tangkai penyala, serta mengatur posisi kawat penyala agar berada tepat diatas permukaan bahan bakar yang berada didalam cawan dengan menggunakan pinset.
Meletakkan tutup bom yang telah dipasangi kawat penyala dan cawan berisi bahan bakar pada tabungnya serta dikunci dengan ring “O” sampai rapat.
Mengisi bom dengan oksigen (30 bar).
Mengisi tabung kalorimeter dengan air pendingin sebanyak 1250 ml.
Menempatkan bom yang telah terpasang kedalam tabung kalorimeter.
(37)
Menghubungkan tangkai penyala penutup bom ke kabel sumber arus listrik.
Menutup kalorimeter dengan penutupnya yang telah dilengkapi dengan pengaduk.
Menghubungkan dan mangatur posisi pengaduk pada elektromotor.
Menempatkan termometer melalui lubang pada tutup kalorimeter.
Menghidupkan elektromotor selama 5 (lima) menit kemudian membaca dan mencatat temperatur air pendingin pada termometer.
Menyalakan kawat penyala dengan menekan saklar.
Memastikan kawat penyala telah menyala dan putus dengan memperhatikan lampu indikator selama elektromotor terus bekerja.
3.2.7 Prosedur Pengujian Performansi Mesin Diesel
Prosedur pengujian performansi motor dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Kalibrasi instrumentasi mesin diesel sebelum digunakan
Mengoperasikan mesin dengan menarik poros engkol mesin, kemudian memanaskan mesin selama 10-15 menit, dan mengalirkan air ke dalam mesin.
(38)
Mengatur putaran mesin pada 1800 rpm menggunakan tuas kecepatan dan memastikan putaran mesin dengan melihat data analog pada instrumen/tachometer.
Meletakkan beban statis pada dynamometer, kemudian menggoyang beban statis dynamometer untuk memastikan nilai torsi stabil.
Mengamati konsumsi bahan bakar yang akan diuji pada tabung kuantitas 8 ml dan dihitung dengan stopwatch.
Mencatat hasil pengujian yang meliputi Torsi, tekanan udara pada manometer, temperatur gas buang, waktu menghabiskan 8 ml bahan bakar.
Mengulang pengujian menggunakan variasi beban statis (3,5 kg dan 4,5 kg), bahan bakar, dan putaran mesin yang berbeda (2000 rpm, 2200 rpm, 2400 rpm, 2600 rpm, 2800 rpm). Membaca dan mencatat kembali temperatur air pendingan setelah 5 (lima) menit dari penyalaan berlangsung.
Mematikan elektromotor pengaduk dan mempersiapkan peralatan untuk pengujian berikutnya.
Mengulang pengujian sebanyak 5 (lima) kali berturut-turut.
Untuk lebih jelasnya tentang prosedure pengujian performansi mesin diesel dapat dilihat pada gambar 3.37 berikut ini :
(39)
(40)
3.2.8 Prosedur Pengujian Emisi Gas Buang
Pengujian emisi gas buang yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan alat HESHBON Opacity Smokemeter HD-410, dan HESHBON Automotive Emission Analyzer HG-510. Prosedur pengujian dapat dilihat melalui gambar 3.38 berikut ini :
(41)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pembuatan Biodiesel Biji Karet
Bahan pembuatan Biodiesel ini menggunakan bahan baku biji karet. Bahan baku biji karet ini diperoleh dari kabupaten Muara Bungo Provinsi Jambi. Biji karet yang diperlukan untuk pembuatan biodiesel sebanyak 60 Kg.
Untuk pengolahan lebih lanjut, maka biji karet ini terlebih dahulu diambil minyak nya. Pengambilan minyak yang dilakukan ialah dengan metode ekstraksi maserasi. Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan biji karet yang sudah dihaluskan disatukan dengan bahan pengekstraksi didalam sebuah tabung. Bahan pengekstraksi nya adalah N- Heksan. Tabung yang tersedia berkapasitas 30 liter. Perbandingan nya ialah 1:10, artinya 1 kilogram biji karet yang sudah halus di rendam oleh 10 liter N-Heksan. Selanjutnya rendaman tersebut disimpan terlindung cahaya langsung (mencegah reaksi yang dikatalis cahaya atau perubahan warna) dan dikocok berulang-ulang (kira-kira 3 kali sehari). Waktu lamanya maserasi 1 minggu.
Setelah itu dilakukan penyulingan dengan menggunakan kertas saring. Untuk sisa nya yang tidak bisa disaring maka diambil dengan menggunakan mesin tekanan vakum. Berikut adalah gambar proses penyaringan manual dan menggunankan mesin tekanan vakum.
(42)
Untuk pengambilan minyak kasar digunakan alat rotary. Alat rotary ini digunakan untuk memisahkan minyak kasar dengan N-Heksan.
Pembuatan biodiesel biji karet dilakukan di laboratorium Proses Industri Kimia Departemen Kimia fakultas FMIPA Universitas Sumatera Utara. Proses yang dilakukan adalah degumming yang bertujuan untuk mengurangi kadar getah pada minyak kasar biji karet , esterifikasi yang bertujuan untuk menurunkan kadar lemak bebas atau biasa disebut Free Fatty Acid (FFA), kemudian dilakukan proses transesterifikasi yang bertujuan memisahkan minyak kasar dengan gliserol untuk menurunkan viskositas minyak kasar sehingga biodiesel mampu dikabutkan didalam ruang bakar dan mengonversi asam lemak bebas menjadi metil ester yang memenuhi syarat biodiesel.
Dalam proses degumming dilakukan dengan menggunakan pencampuran asam posfat ( H3PO4 ) pada suhu 80o C , dalam waktu 20 menit sambil dilakukan pengadukan secara terus menerus. Setelah itu dilakukan pengendapan dengan menggunakan corong pemisah.
Minyak hasil degumming digunakan untuk proses selanjutnya yakni proses esterifikasi dan proses transesterifikasi.
(43)
Gambar 4.1 Proses Esterifikasi dan Proses Transesterifikasi
Dalam proses esterifikasi dilakukan pemisahan terhadap minyak kasar yang telah direaksikan dengan methanol dan H2SO4. Pemisahan dilakukan untuk memisahkan methanol dengan minyak kasar. Pemisahan dilakukan dengan menggunakan corong pemisah. Proses pemisahan dalam proses esterifikasi dapat dilihat pada gambar berikut ini :
(44)
Gambar 4.2 Proses Pemisahan Methanol Pada Proses Esterifikasi
Pemisahan juga dilakukan pada proses transesterifikasi untuk menurunkan kadar gliserol di dalam biodiesel biji kemiri karet. Pemisahan dilakukan dengan menggunakan corong pemisah. Proses pemisahan dalam proses transesterifikasi dapat dilihat pada gambar berikut ini :
(45)
Gambar 4.3 Proses Pemisahan Gliserol Pada Proses Transesterifikasi. Setelah dilakukan pemisahan, pada masing-masing proses esterifikasi dan transesterifikasi dilakukan proses pencucian. Proses pencucian dilakukan untuk mengeliminasi methanol dan katalis sisa yang terikat di dalam minyak. Pencucian dilakukan dengan menggunakan air bertemperatur 40oC-50oC pada proses esterifikasi, akuades bertemperatur 40oC-50oC pada proses transesterifikasi dan corong pemisah. Proses pencucian dalam proses esterifikasi dan transesterifikasi dapat dilihat pada gambar berikut ini :
(46)
Setelah dilakukan pencucian perlu dilakukan pengeringan supaya kadar air pada minyak habis. Proses pengeringan dilakukan dengan oven pada suhu 115oC. selama 2 jam. Dalam 20 Kg Biji Karet Kering dihasilkan minyak kasar sebanyak 10 liter dan biodiesel sebanyak 7 liter.
Rendemen hasil penelitian di dapat setelah total volume hasil proses dikonversi terlebih dahulu kedalam satuan massa dan dibagi dengan total massa sebelum proses.
Minyak kasar : m = ρ x V
m = 952,3 kg/m3 x (10 L x 0,001) m3 = 9,523 kg Biodiesel Biji Karet : m = ρ x V
m = 865,3 kg/m3 x (7 L x 0,001) m3 = 6,057 kg Maka rendemen biji menjadi minyak kasar diperoleh :
Rendemen = 9,523 kg / 20 kg = 0,47615 = 47,615 % Sedangkan rendemen minyak kasar menjadi biodiesel biji karet diperoleh: Rendemen = 6,057 kg / 9,523 kg = 0,63603 = 63,603 %
Adapun biaya produksi satu liter biodiesel biji karet adalah : 1. Biji Karet 60 kg = Rp 1.000.000
2. Administrasi Peminjaman Laboratorium = Rp 800.000 3. Methanol 10 Liter (@ Rp 15.000) = Rp 150.000 4. Perlengkapan Laboratorium = Rp 200.000 5. Akuades 40 Liter (@ Rp 2.000) = Rp 80.000
(47)
6. Pengujian karakteristik minyak di PPKS = 850.000
Total biaya menghasilkan 7 Liter Biodiesel = Rp 3.080
Maka biaya produksi satu liter biodiesel biji karet adalah sebesar Rp 440.000. Harga produksi yang tinggi dikarenakan bahan baku yang jauh tempat pengambilan. Oleh sebab itu butuh biaya jasa dan pengiriman yang mahal. Harga produksi yang tinggi juga diakibatkan Karena dalam proses pembuatan biodiesel masih dalam skala laboratorium. Ada banyak kesalahan yang terjadi dan juga tidak bisa di proses dalam jumlah yang besar.
4.2 Hasil Pengujian Bom Kalorimeter
Sampel yang digunakan dalam percobaan nilai kalor bahan bakar pada gambar 4.10 terdiri dari Pertamina Dex, Pertamina Dex 95% + Biodiesel Biji Karet 5% (B5 Biji Karet), Pertamina Dex 90% + Biodiesel Biji Karet 10% (B10 Biji Karet), Pertamina Dex 85% + Biodiesel Biji Karet 15% (B15 Biji Karet), dan Pertamina Dex 80% + Biodiesel Biji Karet 20% (B20 Biji Karet).
Nilai kalor bahan bakar didapat dengan melihat perbedaan suhu air sebelum dan sesudah proses pengeboman bahan bakar berlangsung, atau dapat dituliskan dalam persamaan :
(48)
dimana:
HHV = High Heating Value (Nilai Kalor Atas) T2 = Suhu air setelah penyalaan (oC)
T1 = Suhu air sebelum penyalaan (oC)
Tkp = Kenaikan temperatur akibat kawat penyala (0,05oC) Cv = Panas jenis bom kalorimeter (73529,6 kj/kgoC)
Untuk mencari nilai netto kalori bahan bakar digunakan nilai LHV (Low Heating Value) dari bahan bakar dapat diperoleh melalui persamaan :
LHV = HHV – 3240 kj/kgoC
Pada pengujian pertama bahan bakar Pertamina - Dex diperoleh : T1 = 25,21 oC
T2 = 26,09 oC, maka :
HHV (Pertamina - Dex) = (T2 - T1 - Tkp) x Cv
= (26,09oC – 25,21oC – 0,05oC) x 73529,6 kj/kg oC = 61029,6 kj/kg
LHV (Pertamina - Dex) = HHV – 3240 kj/kgoC = 57789,6 kj/kg
Cara perhitungan yang sama dilakukan untuk pengujian kedua sampai pengujian kelima sehingga akan diperoleh nilai kalor bahan bakar seperti tabel berikut ini :
(49)
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Bom Kalorimeter Bahan Bakar Value Temperatur HHV (kJ/Kg) HHVrata-rata (kJ/Kg) LHV rata-rata (kJ/kg) T1 oC T2 oC
Pertamina Dex
1 25.21 26.09 61,029.6
59,706.04 56,466.04 2 26.29 27.12 57,353.1
3 27.52 28.39 60,294.3 4 28.50 29.38 61,029.6 5 25.25 26.10 58,823.7
B5 Biji Karet
1 26.69 27.59 62,500.2
57,058.97 53,818.97 2 27.66 28.43 52,941.3
3 28.42 29.19 52,941.3 4 29.23 30.10 60,294.3 5 30.03 30.85 56,617.8
B10 Biji Karet
1 25.67 26.41 50,735.4
54,558.96 51,318.96 2 26.80 27.63 57,353.1
3 25.31 26.13 56,617.8 4 26.08 26.86 53,676.6 5 26.79 27.58 54,411.9 B15 Biji
Karet
1 26.29 27.02 50,000.1
50,588.36 47,348.36 2 27.10 27.83 50,000.1
(50)
3 27.88 28.58 47,794.2 4 28.18 28.95 52,941.3 5 28.85 29.61 52,206.0
B20 Biji Karet
1 25.45 26.19 50,735.4
49,264.83 46,024.83 2 26.40 27.18 53,676.6
3 27.48 28.22 50,735.4 4 28.25 28.92 45,588.4 5 28.78 29.45 45,588.4
4.3Pengujian Performansi Mesin Diesel
Pengujian performansi mesin diesel satu silinder TecQuipment TD 111 dilakukan dengan pengambilan data yang diperoleh dari pembacaan langsung alat uji melalui instrumentasi dan perlengkapan TecQuipment TD 114 dan
Dynamometer TecQuipment TD 115 MK II. Adapun data yang diambil selama pengujian antara lain :
Putaran (rpm), melalui tachometer. Torsi (N.m), melalui torquemeter
Tinggi Kolom Udara (mm H2O) melalui pembacaan air flow manometer.
Temperatur gas buang (oC), melalui pembacaan exhaust temperaturemeter.
(51)
Waktu untuk menghabiskan 8 ml bahan bakar (s), melalui pembacaan
stopwatch.
Pengujian dilakukan pada asumsi kondisi standard :
Specific gravity bahan bakar diesel = 0,84 (Tecquipment, 2000) Tekanan ambien = 100 kPa
Temperatur ambien = 27oC
Densitas udara = 1,181 kg/m3 (pulkrabek, 1997)
Hasil dari pengujian performansi mesin diesel satu silinder ditunjukkan dalam tabel 4.2 sebagai berikut :
(52)
Tabel 4.2 Data hasil pengujian performansi mesin diesel
Pertamina Dex
Beban Putaran
Torsi ( Nm )
Waktu dalam 8 ml ( s )
Tekanan Udara ( mm
H2O )
suhu keluar
( 0C )
3.5
1800 4.5 165 12 90
2000 4.7 132 14.5 100
2200 4.9 121 15.5 110
2400 5.2 105 17.5 120
2600 5.6 92 18.5 130
2800 5.8 85 20 150
4.5
1800 10 130 12.5 100
2000 10.1 131 13 110
2200 10.3 105 16.5 125
2400 10.5 99 17.5 155
2600 10.6 90 19.5 140
(53)
Pertamina Dex + B5 Biji Karet
Beban Putaran
Torsi ( Nm )
Waktu dalam 8 ml ( s )
Tekanan Udara ( mm H2O )
suhu keluar
( 0C )
3.5
1800 4.4 165 11 95
2000 4.5 132 13.5 110
2200 5.1 108 15 130
2400 5.4 91 17.5 140
2600 5.7 84 18 150
2800 5.8 78 20 160
4.5
1800 9.8 150 11 110
2000 10 128 13 120
2200 10.1 105 16 130
2400 10.2 90 18.5 135
2600 10.3 81 20.5 145
(54)
Pertamina Dex + B10 Biji Karet
Beban Putaran
Torsi ( Nm )
Waktu dalam 8 ml ( s )
Tekana Udara ( mm H2O )
suhu keluar
( 0C )
3.5
1800 3.5 154 11 90
2000 3.7 132 13.5 100
2200 3.9 112 15.5 110
2400 4.1 100 17.5 125
2600 4.2 91 19 135
2800 4.4 80 20.5 160
4.5
1800 8.7 153 11 95
2000 9 134 12.5 110
2200 9.2 115 14 120
2400 9.4 90 18 130
2600 9.5 81 20 140
(55)
Pertamina Dex + B15 Biji Karet
Beban Putaran
Torsi ( Nm )
Waktu dalam 8 ml
( s )
Tekanan Udara ( mm H2O )
suhu keluar
( 0C )
3.5
1800 3 154 9.5 90
2000 3.3 135 10.5 100
2200 3.4 120 13 115
2400 3.7 110 14.5 120
2600 3.9 89 17 135
2800 4 80 18.5 150
4.5
1800 8.9 149 9.5 100
2000 9 139 10.5 110
2200 9.1 126 11.5 120
2400 9.3 118 13 130
2600 9.4 98 16 140
(56)
B20 Biji Karet
Beban Putaran
Torsi ( Nm )
Waktu dalam 8 ml ( s )
Tekanan Udara ( mm
H2O )
suhu keluar ( 0C
)
3.5
1800 2.8 148 9 90
2000 2.9 127 10.5 100
2200 3 123 12 110
2400 3.2 102 13.5 125
2600 3.4 95 14.5 130
2800 3.6 83 16 150
4.5
1800 7.9 146 9 100
2000 8.3 140 9.5 115
2200 8.7 126 10.5 130
2400 8.9 97 13.5 140
2600 9.3 90 14 150
(57)
1.2.1 Torsi
Besar torsi mesin yang terjadi didapat dari pembacaan langsung alat instrumentasi yang ditampilkan pada tabel 4.4 dibawah ini :
Tabel 4.3 Torsi mesin hasil pengujian terhadap sampel Pertamina Dex
Beban Statis (kg) Putaran Mesin ( rpm) Torsi (Nm)
3.5
1800 4.5
2000 4.7
2200 4.9
2400 5.2
2600 5.6
2800 5.8
4.5
1800 10
2000 10.1
2200 10.3
2400 10.5
2600 10.6
(58)
Pertamina Dex + B5 Biji Karet
Beban Statis (kg) Putaran Mesin ( rpm) Torsi (Nm)
3.5
1800 4.4
2000 4.5
2200 5.1
2400 5.4
2600 5.7
2800 5.8
4.5
1800 9.8
2000 10
2200 10.1
2400 10.2
2600 10.3
2800 10.4
Pertamina Dex + B10 Biji Karet
Beban Statis (kg) Putaran Mesin ( rpm) Torsi (Nm)
3.5
1800 3.5
(59)
2200 3.9
2400 4.1
2600 4.2
2800 4.4
4.5
1800 8.7
2000 9
2200 9.2
2400 9.4
2600 9.5
2800 9.6
Pertamina Dex + B15 Biji Karet
Beban Statis (kg) Putaran Mesin ( rpm) Torsi (Nm)
3.5
1800 3
2000 3.3
2200 3.4
2400 3.7
2600 3.9
2800 4
(60)
2000 9
2200 9.1
2400 9.3
2600 9.4
2800 9.5
Pertamina Dex + B20 Biji Karet
Beban Statis (kg) Putaran Mesin ( rpm) Torsi (Nm)
3.5
1800 2.8
2000 2.9
2200 3
2400 3.2
2600 3.4
2800 3.6
4.5
1800 7.9
2000 8.3
2200 8.7
2400 8.9
2600 9.3
(61)
Pada pembebanan statis 3,5 kg (gambar 4.5), torsi terendah mesin diperoleh pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar B20 Biji Karet pada putaran mesin 1800 rpm yaitu sebesar 2,8 Nm. Sedangkan torsi tertinggi mesin diperoleh pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar Pertamina – DEX pada putaran mesin 2800 rpm sebesar 5,8 Nm.
Pada pembebanan statis 4,5 kg (gambar 4.6), torsi terendah mesin diperoleh pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar B20 Biji Karet pada putaran mesin 1800 rpm yaitu 7.9 Nm. Sedangkan torsi tertinggi mesin diperoleh pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar Pertamina – DEX pada putaran mesin 2800 rpm sebesar 10,9 Nm.
Torsi terendah diperoleh ketika menggunakan bahan bakar B20 Biji Karet dengan pembebanan 3,5 kg pada putaran mesin 1800 rpm yaitu sebesar 2,8 Nm. Sedangkan torsi tertinggi diperoleh ketika menggunakan bahan bakar Pertamina - DEX dengan pembebanan statis 4,5 kg pada putaran mesin 2800 rpm yaitu sebesar 10,9 Nm. Perbandingan nilai Torsi untuk masing-masing pengujian pada setiap variasi beban dan putaran mesin dapat dilihat pada gambar berikut :
(62)
Gambar 4.5 Grafik Torsi Mesin Vs Putaran Mesin untuk beban 3,5 kg
(63)
Pada gambar 4.5 dan 4.6 menunjukkan grafik torsi untuk pengujian dengan bahan bakar Pertamina - DEX berbeda dengan bahan bakar lainnya. Kenaikan nilai torsi disebabkan oleh pembebanan yang bertambah dan jumlah putaran yang diberikan mesin, namun dari semua sampel pengujian menunjukkan torsi mesin akan cenderung mengalami peningkatan seiring ditingkatkannya putaran dan beban statis dari mesin. Penambahan volume biodiesel biji karet pun menyebabkan menurunnya nilai torsi yang terjadi pada mesin sehingga menyebabkan Pertamina - DEX tanpa campuran biodiesel biji karet memiliki torsi tertinggi.
1.2.2 Daya Ideal
Besarnya daya ideal yang terjadi pada masing-masing pengujian dengan menggunakan variasi beban dan putaran dihitung dengan persamaan berikut :
PBi = T
Dimana : PBi = Daya Ideal (kW) N = Putaran Mesin (rpm)
(64)
Untuk pengujian Pertamina - Dex pada pembebanan statis 3,5 kg dan putaran 1800 rpm diperoleh :
Daya Ideal PBi = T
= 4,5 Nm
= 848,6 W = 0,8486 kW
Dengan cara perhitungan yang sama untuk masing-masing pengujian pada setiap variasi bahan bakar, pembebanan statis, dan putaran mesin, dapat diketahui besarnya daya ideal yang ditunjukkan pada tabel berikut ini :
Table 4.4 Daya Ideal Hasil Perhitungan
Pertamina Dex Beban Statis
(kg)
Putaran Mesin ( rpm)
Torsi (Nm)
Daya (W)
3.5
1800 4.5 848.6
2000 4.7 984.8
2200 4.9 1129.3
2400 5.2 1307.4
(65)
2800 6 1760.0
4.5
1800 10 1885.7
2000 10.1 2116.2
2200 10.3 2373.9
2400 10.5 2640.0
2600 10.6 2887.2
2800 10.9 3197.3
Pertamina Dex + B5 Biji Karet
Beban Statis (kg)
Putaran Mesin ( rpm)
Torsi (Nm) Daya (W)
3.5
1800 4.4 829.7
2000 4.5 942.9
2200 5.1 1175.4
2400 5.4 1357.7
2600 5.7 1552.6
2800 5.8 1701.3
4.5
1800 9.8 1848.0
2000 10 2095.2
2200 10.1 2327.8
(66)
2600 10.3 2805.5
2800 10.4 3050.7
Pertamina Dex + B10 Biji Karet
Beban Statis (kg)
Putaran Mesin ( rpm)
Torsi (Nm) Daya (W)
3.5
1800 3.5 660.0
2000 3.7 775.2
2200 3.9 898.9
2400 4.1 1030.9
2600 4.2 1144.0
2800 4.4 1290.7
4.5
1800 8.7 1640.6
2000 9 1885.7
2200 9.2 2120.4
2400 9.4 2363.4
2600 9.5 2587.6
(67)
Pertamina Dex + B15 Biji Karet
Beban Statis (kg)
Putaran Mesin ( rpm)
Torsi (Nm) Daya (W)
3.5
1800 3 565.7
2000 3.3 691.4
2200 3.4 783.6
2400 3.7 930.3
2600 3.9 1062.3
2800 4 1173.3
4.5
1800 8.9 1678.3
2000 9 1885.7
2200 9.1 2097.3
2400 9.3 2338.3
2600 9.4 2560.4
2800 9.5 2786.7
Pertamina Dex + B20 Biji Karet Beban
Statis (kg)
Putaran Mesin ( rpm)
Torsi (Nm)
Daya (W)
3.5
1800 2.8 528.0
(68)
2200 3 691.4
2400 3.2 804.6
2600 3.4 926.1
2800 3.6 1056.0
4.5
1800 7.9 1489.7
2000 8.3 1739.0
2200 8.7 2005.1
2400 8.9 2237.7
2600 9.3 2533.1
2800 9.5 2786.7
Pada pembebanan statis 3,5 kg, daya ideal terendah diperoleh pada pengujian mesin menggunakan B20 Biji Karet dengan putaran 1800 rpm yaitu sebesar 0,528 kW, sedangkan daya ideal tertinggi diperoleh pada pengujian mesin menggunakan Pertamina - DEX dengan putaran 2800 rpm yaitu sebesar 1,76 kW.
Pada pembebanan statis 4,5 kg, daya ideal terendah diperoleh pada pengujian mesin menggunakan B20 Biji Karet dengan putaran 1800 rpm yaitu sebesar 1,489 kW, sedangkan daya ideal tertinggi diperoleh pada pengujian mesin menggunakan Pertamina - DEX dengan putaran 2800 rpm yaitu sebesar 3,197 kW
(69)
Daya ideal tertinggi diperoleh pada pengujian mesin menggunakan Pertamina - DEX dengan beban statis 4,5 kg dan putaran 2800 rpm yaitu sebesar 3,197 kW, sedangkan daya ideal terendah diperoleh pada pengujian mesin menggunakan B20 biji karet dengan beban statis 3,5 kg dan putaran 1800 rpm yaitu sebesar 0,528 kW.
Perbandingan besarnya daya ideal untuk masing-masing pengujian pada setiap variasi pembebanan statis dan putaran mesin dapat dilihat pada gambar berikut ini :
(70)
Gambar 4.8 Grafik daya ideal vs putaran mesin pada pembebanan 4.5 kg Gambar 4.7 dan 4.8 pada kedua grafik hasil pengujian terhadap daya ideal mesin menunjukkan kecenderungan kenaikkan tanpa penurunan di setiap putaran mesin, beban statis yang diberikan, dan bahan bakar yang diuji. Hal ini dikarenakan daya yang terjadi berbanding lurus dengan putaran mesin dan torsi yang dihasilkan mesin. Semakin tinggi putaran dan torsi mesin, semakin tinggi pula daya mesin yang dihasilkan. Daya ideal merupakan daya yang terjadi tanpa dipengaruhi oleh rugi-rugi lain yang dihasilkan oleh mesin. Kedua gambar menunjukkan penambahan biodiesel biji karet pada pertamina - DEX akan menurunkan daya ideal mesin dibanding menggunakan bahan bakar pertamina – DEX.
(71)
1.2.3 Air Fuel Ratio (AFR)
Air Fuel Ratio atau perbandingan campuran udara dengan bahan bakar yang terbakar pada silinder mesin dari masing-masing pengujian dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut :
AFR =
Dimana: = Laju aliran massa udara (kg/jam) = Laju aliran massa bahan bakar (kg/jam)
Besarnya laju aliran massa udara diperoleh dengan cara memasukkan data pembacaan air flow manometer ke dalam kurva viscous flow meter calibration.
Pada pengujian ini, dianggap tekanan udara sebesar 101 kPa dan temperatur ambien (Ta) sebesar 27 oC, sedangkan kurva viscous flow meter calibration dioperasikan dalam kondisi pengujian tekanan udara sebesar 101,3 kPa dan temperatur ambien 20 oC, maka besar laju aliran massa udara yang diperoleh harus dikalikan dengan faktor koreksi sebagai berikut :
(72)
Gambar 4.15 Kurva Viscous Flow Meter Calibration
Pada pengujian menggunakan Pertamina - Dex dengan pembebanan statis 3,5 kg dan putaran 1800 rpm, pembacaan manometer menunjukkan tekanan udara masuk 12 mmH2O. Setelah menggunakan interpolasi pada kurva viscous flow meter calibration, laju aliran massa udara yang didapat dikalikan dengan faktor
(73)
koreksi (Cf = 0,946531125) dan diperoleh laju aliran massa udara ( untuk pembacaan manometer 12 mmH2O sebesar 12,93 kg/jam.
Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk mendapatkan laju aliran bahan bakar pada masing-masing variasi campuran bahan bakar dengan menggunakan data pengujian waktu untuk menghabiskan 8 ml bahan bakar.
Besarnya laju aliran bahan bakar ( ) diperoleh dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
=
Dimana : sgf = Spesific gravity bahan bakar diesel = 0,8624
tf = Waktu untuk menghabiskan 8 ml bahan bakar (detik)
Maka diperoleh laju aliran bahan bakar :
= 0,1505 kg/jam
Dengan cara yang sama seperti perhitungan di atas, maka diperoleh nilai laju aliran massa udara ( ) dan laju aliran massa bahan bakar ( ) untuk
(74)
Table 4.5 Nilai AFR Hasil Dari Perhitungan Pertamina Dex Beban Statis (kg) Putaran Mesin ( rpm) mf (kg/jam) Tekanan Udara Masuk (mmH2O) ma (kg/jam) AFR 3.5
1800 0.1505 12 12.93 85.87
2000 0.1844 14.5 15.62 84.72
2200 0.2011 15.5 16.70 83.01
2400 0.2318 17.5 18.85 81.33
2600 0.2645 18.5 19.93 75.33
2800 0.2863 20 21.54 75.24
4.5
1800 0.1872 12.5 13.46 71.93
2000 0.1858 13 14.00 75.38
2200 0.2318 16.5 17.77 76.68
2400 0.2458 17.5 18.85 76.68
2600 0.2704 19.5 21.00 77.68
(75)
Pertamina Dex + B5 Biji Karet Beban
Statis (kg)
Putaran Mesin ( rpm)
mf (kg/jam) Tekanan Udara Masuk (mmH2O) ma (kg/jam) AFR 3.5
1800 0.1505 11 11.85 78.71
2000 0.1882 13.5 14.54 77.28
2200 0.2300 15 16.16 70.26
2400 0.2729 17.5 18.85 69.06
2600 0.2957 18 19.39 65.57
2800 0.3184 20 21.54 67.66
4.5
1800 0.1656 11 11.85 71.56
2000 0.1940 13 14.00 72.17
2200 0.2365 16 17.23 72.86
2400 0.2760 18 19.39 70.26
2600 0.3066 19.5 21.00 68.50
2800 0.3356 21 22.62 67.39
Pertamina Dex + B10 Biji Karet Beban Statis (kg) Putaran Mesin ( rpm) mf (kg/jam) Tekanan Udara Masuk (mmH2O) ma (kg/jam) AFR
(76)
2000 0.1882 13.5 14.54 77.28
2200 0.2218 15.5 16.70 75.29
2400 0.2484 17.5 18.85 75.90
2600 0.2729 19 20.47 74.98
2800 0.3105 20.5 22.08 71.12
4.5
1800 0.1623 11 11.85 72.99
2000 0.1854 12.5 13.46 72.64
2200 0.2160 14 15.08 69.82
2400 0.2760 18 19.39 70.26
2600 0.3066 19 20.47 66.74
2800 0.3312 20 21.54 65.05
Pertamina Dex + B15 Biji Karet Beban Statis (kg) Putaran Mesin ( rpm) mf (kg/jam) Tekanan Udara Masuk (mmH2O) ma (kg/jam) AFR 3.5
1800 0.1613 9.5 10.23 63.45
2000 0.1840 10.5 11.31 61.48
2200 0.2070 13 14.00 67.66
(77)
2600 0.2791 17 18.31 65.62
2800 0.3105 18.5 19.93 64.19
4.5
1800 0.1667 9.5 10.23 61.39
2000 0.1787 10.5 11.31 63.30
2200 0.1971 11.5 12.39 62.84
2400 0.2105 13 14.00 66.53
2600 0.2534 16 17.23 68.00
2800 0.2992 18.5 19.93 66.59
Pertamina Dex + B20 Biji Karet Beban
Statis (kg)
Putaran Mesin ( rpm)
mf (kg/jam) Tekanan Udara Masuk (mmH2O) ma (kg/jam) AFR 3.5
1800 0.1678 9 9.69 57.77
2000 0.1956 10.5 11.31 57.83
2200 0.2019 12 12.93 64.01
2400 0.2435 13.5 14.54 59.72
2600 0.2614 14.5 15.62 59.74
2800 0.2992 16 17.23 57.59
4.5
1800 0.1701 9 9.69 56.99
(78)
2200 0.1971 10.5 11.31 57.38
2400 0.2561 13.5 14.54 56.79
2600 0.2760 14 15.08 54.64
2800 0.3268 16.5 17.77 54.38
Pada pembebanan statis 3,5 kg (gambar 4.16), AFR terendah mesin diperoleh pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar B20 biji karet pada putaran mesin 2800 rpm yaitu sebesar 57,59. Sedangkan AFR tertinggi mesin diperoleh pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar pertamina - DEX pada putaran mesin 1800 rpm sebesar 85,87. Pada pembebanan statis 4,5 kg (gambar 4.17), AFR terendah mesin
diperoleh pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar B20 Biji Karet pada putaran mesin 2800 rpm yaitu 54,38. Sedangkan AFR tertinggi mesin diperoleh pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar pertamina – DEX pada putaran mesin 2600 rpm sebesar 77,68.
AFR terendah diperoleh ketika menggunakan bahan bakar B20 Biji Karet dengan pembebanan 4,5 kg pada putaran mesin 2800 rpm yaitu sebesar 54,38. Sedangkan AFR tertinggi diperoleh ketika menggunakan bahan bakar pertamina - DEX dengan pembebanan statis 3,5 kg pada putaran 1800 rpm yaitu sebesar 85,87.
(79)
setiap variasi beban dan putaran mesin dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 4.9 Grafik AFR Vs Putaran Mesin Pada Pembebanan 3,5 kg
(80)
Gambar 4.9 dan 4.10 pada grafik hasil pengujian terhadap perbandingan udara dan bahan bakar yang masuk ke mesin menunjukkan hasil yang fluktuatif setelah campuran biodiesel di dalam solar mencapai angka diatas 5%. Pada campuran biodiesel dengan prtamina – DEX sebanyak 10% menunjukkan grafik tertinggi dan paling fluktuatif. Pada B15 biji karet dengan pembebanan 3,5 Kg menunjukkan tren yang berbeda, hal ini dipengaruhi oleh laju aliran massa bahan bakar yang tidak mengalami kenaikan secara signifikan pada kenaikan putaran dari 1800 rpm menuju 2000 rpm sehingga menyebabkan AFR pada trennya cenderung tinggi. Hal yang menyebabkan fenomena ini adalah laju aliran udara dan bahan bakar yang masuk ke dalam mesin, semakin tinggi laju aliran massa udara yang masuk ke dalam mesin, semakin tinggi pula AFR yang terjadi. Sebaliknya, semakin tinggi laju aliran massa bahan bakar yang masuk ke dalam mesin, semakin rendah pula AFR yang terjadi. AFR menentukan kondisi campuran ideal pembakaran antara udara dan bahan bakar sehingga mesin bisa beroperasi. Rentang normal AFR pada mesin berpenyalaan kompresi adalah 18-70, oleh karena itu AFR yang terjadi pada pengujian masih berada di batas normal operasi mesin berpenyalaan kompresi.
(81)
1.2.4 Efisiensi Volumetris
Besarnya efisiensi volumetris dari setiap pengujian dapat dihitung dengan persamaan berikut ini :
Efisiensi volumetris (ηv) =
Dimana : = Laju aliran massa udara (kg/jam) N = Putaran mesin (rpm)
�a = Densitas udara (kg/m3) = 1,181 kg/m3
= Volume langkah torak (m3) = 0,00023 m3 [berdasarkan spesifikasi mesin]
Pada pengujian menggunakan Pertamina - Dex dengan pembebanan statis 3,5 kg dan putaran mesin 1800 rpm diperoleh efisiensi volumetris mesin sebesar :
ηv =
=
= 0,8812 = 88,12 %
Dengan cara perhitungan yang sama untuk masing-masing pengujian dengan setiap variasi pembebanan, putaran mesin dan bahan bakar maka diperoleh nilai efisiensi volumetris mesin yang ditampilkan pada tabel berikut ini :
(82)
Table 4.6 Efisiensi Volumetris Hasil Perhitungan
Pertamina Dex
Beban Statis (kg)
Putaran Mesin ( rpm)
ma (kg/jam) ηv (%)
3.5
1800 12.93 88.12
2000 15.62 95.83
2200 16.70 93.13
2400 18.85 96.38
2600 19.93 94.05
2800 21.54 94.42
4.5
1800 13.46 91.79
2000 14.00 85.92
2200 17.77 99.14
2400 18.85 96.38
2600 21.00 99.14
(83)
Pertamina Dex + B5 Biji Karet
Beban Statis (kg)
Putaran Mesin ( rpm)
ma (kg/jam) ηv (%)
3.5
1800 11.85 80.78
2000 14.54 89.22
2200 16.16 90.13
2400 18.85 96.38
2600 19.39 91.51
2800 21.54 94.42
4.5
1800 11.85 80.78
2000 14.00 85.92
2200 17.23 96.13
2400 19.39 99.14
2600 21.00 99.14
2800 22.62 99.14
Pertamina Dex + B10 Biji Karet
Beban Statis (kg)
Putaran Mesin ( rpm)
ma (kg/jam) ηv (%)
3.5
1800 11.85 80.78
(84)
2200 16.70 93.13
2400 18.85 96.38
2600 20.47 96.60
2800 22.08 96.78
4.5
1800 11.85 80.78
2000 13.46 82.61
2200 15.08 84.12
2400 19.39 99.14
2600 20.47 96.60
2800 21.54 94.42
Pertamina Dex + B15 Biji Karet
Beban Statis (kg)
Putaran Mesin ( rpm)
ma (kg/jam) ηv (%)
3.5
1800 10.23 69.76
2000 11.31 69.40
2200 14.00 78.11
2400 15.62 79.86
2600 18.31 86.43
2800 19.93 87.34
(85)
2000 11.31 69.40
2200 12.39 69.10
2400 14.00 71.60
2600 17.23 81.34
2800 19.93 87.34
Pertamina Dex + B20 Biji Karet
Beban Statis (kg)
Putaran Mesin ( rpm)
ma (kg/jam) ηv (%)
3.5
1800 9.69 66.09
2000 11.31 69.40
2200 12.93 72.10
2400 14.54 74.35
2600 15.62 73.72
2800 17.23 75.53
4.5
1800 9.69 66.09
2000 10.23 62.79
2200 11.31 63.09
2400 14.54 74.35
2600 15.08 71.18
(86)
Pada pembebanan statis 3,5 kg (gambar 4.11), efisiensi volumetris terendah mesin diperoleh pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar B20 Biji Karet pada putaran mesin 1800 rpm yaitu sebesar 66,09%. Sedangkan efisiensi volumetris tertinggi mesin diperoleh pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar B10 Biji Karet pada putaran mesin 2800 rpm sebesar 96,78%.
Pada pembebanan statis 4,5 kg (gambar 4.12), efisiensi volumetris terendah mesin diperoleh pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar B20 Biji Karet pada putaran mesin 1800 rpm yaitu 66,09%. Sedangkan efisiensi volumetris tertinggi mesin diperoleh pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar B10 Biji Karet pada putaran mesin 2400 rpm sebesar 99,14% .
Efisiensi volumetris terendah diperoleh ketika menggunakan bahan bakar B20 Biji Karet dengan pembebanan 4,5 kg pada putaran mesin 1800 rpm yaitu sebesar 66,09%. Sedangkan efisiensi volumetris tertinggi diperoleh ketika menggunakan bahan bakar Solar dengan pembebanan statis 4,5 kg pada putaran mesin 2400 rpm yaitu sebesar 99,14%. Perbandingan nilai efisiensi volumetris untuk masing-masing pengujian pada setiap variasi beban dan putaran dapat dilihat pada gambar berikut :
(87)
Gambar 4.11 Efisiensi Volumetris Vs Putaran Mesin Pada Pembebanan 3,5 kg
Gambar 4.12 Efisiensi Volumetris Vs Putaran Mesin Pada Pembebanan 4,5 kg
(88)
Gambar 4.11 dan gambar 4.12 hasil pengujian terhadap efisiensi volumetris mesin menunjukkan bahan bakar dengan campuran biodiesel diatas kadar 10% mengalami penurunan range efisiensi volumetris. Efisiensi volumetris berbanding lurus terhadap laju aliran massa udara, dan berbanding terbalik terhadap putaran mesin, densitas udara, dan kapasitas mesin. Semakin tinggi laju aliran massa udara, maka semakin tinggi pula efisiensi volumetris dari mesin tersebut. Dalam pengujian densitas udara dan kapasitas mesin di uji dalam nilai yang sama, oleh karena itu perubahan putaran mesin dan laju aliran massa udara yang memiliki pengaruh terhadap nilai efisiensi volumetris yang terjadi. Semakin tinggi putaran mesin dan laju aliran massa udara akan berpengaruh terhadap efisiensi volumetris yang dihasilkan mesin.
1.2.5 Daya Aktual
Daya aktual mesin (PBa) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut ini :
PBa = PBi x ηv x ηm
Dimana : PBi = Daya Ideal (kW)
ηv = Efisiensi voumetris
ηm = Efisiensi mekanis = 0,75 – 0,95 [untuk perhitungan ini
(89)
Untuk pengujian menggunakan bahan bakar Pertamina - Dex dengan pembebanan 3,5 kg dan putaran 1800 rpm maka diperoleh daya aktual sebesar :
PBa = PBi ηv x ηm
= 0,8486 x 0,8812 x 0,75 = 0,561 kW
Dengan cara perhitungan yang sama untuk setiap pengujian, maka diperoleh daya aktual mesin yang ditampilkan pada tabel berikut ini :
Table 4.7 Daya Aktual Hasil Perhitungan
Pertamina Dex Beban Statis (kg) Putaran Mesin ( rpm) Daya Ideal (kW)
ηv Daya Aktual (kW)
3.5
1800 0.849 0.881 0.561
2000 0.985 0.958 0.708
2200 1.129 0.931 0.789
2400 1.307 0.964 0.945
2600 1.553 0.941 1.095
2800 1.760 0.944 1.246
4.5
1800 1.886 0.918 1.298
2000 2.116 0.859 1.364
(90)
2400 2.640 0.964 1.908
2600 2.887 0.991 2.147
2800 3.197 0.991 2.377
Pertamina Dex + B5 Biji Karet Beban
Statis (kg)
Putaran Mesin ( rpm)
Daya Ideal (kW)
ηv Daya Aktual (kW)
3.5
1800 0.830 0.808 0.503
2000 0.943 0.892 0.631
2200 1.175 0.901 0.795
2400 1.358 0.964 0.981
2600 1.553 0.915 1.066
2800 1.701 0.944 1.205
4.5
1800 1.848 0.808 1.120
2000 2.095 0.859 1.350
2200 2.328 0.961 1.678
2400 2.565 0.991 1.907
2600 2.806 0.991 2.086
(91)
Pertamina Dex + B10 Biji Karet Beban Statis (kg) Putaran Mesin ( rpm) Daya Ideal (kW)
ηv Daya Aktual (kW)
3.5
1800 0.660 0.808 0.400
2000 0.775 0.892 0.519
2200 0.899 0.931 0.628
2400 1.031 0.964 0.745
2600 1.144 0.966 0.829
2800 1.291 0.968 0.937
4.5
1800 1.641 0.808 0.994
2000 1.886 0.826 1.168
2200 2.120 0.841 1.338
2400 2.363 0.991 1.757
2600 2.588 0.966 1.875
2800 2.816 0.944 1.994
Pertamina Dex + B15 Biji Karet Beban Statis (kg) Putaran Mesin ( rpm) Daya Ideal (kW)
ηv Daya Aktual (kW)
3.5
1800 0.566 0.698 0.296
(92)
2200 0.784 0.781 0.459
2400 0.930 0.799 0.557
2600 1.062 0.864 0.689
2800 1.173 0.873 0.769
4.5
1800 1.678 0.698 0.878
2000 1.886 0.694 0.981
2200 2.097 0.691 1.087
2400 2.338 0.716 1.256
2600 2.560 0.813 1.562
2800 2.787 0.873 1.825
Pertamina Dex + B20 Biji Karet Beban
Statis (kg)
Putaran Mesin ( rpm)
Daya Ideal (kW)
ηv Daya Aktual (kW)
3.5
1800 0.528 0.661 0.262
2000 0.608 0.694 0.316
2200 0.691 0.721 0.374
2400 0.805 0.744 0.449
2600 0.926 0.737 0.512
2800 1.056 0.755 0.598
4.5
1800 1.490 0.661 0.738
(93)
2200 2.005 0.631 0.949
2400 2.238 0.744 1.248
2600 2.533 0.712 1.352
2800 2.787 0.779 1.628
Pada pembebanan statis 3,5 kg (gambar 4.13), daya aktual terendah mesin diperoleh pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar B20 Biji Karet pada putaran mesin 1800 rpm yaitu sebesar 0,262 kW. Sedangkan daya aktual tertinggi mesin diperoleh pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar pertamina DEX pada putaran mesin 2800 rpm sebesar 1,246 kW.
Pada pembebanan statis 4,5 kg (gambar 4.14), daya aktual terendah mesin diperoleh pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar B20 Biji Karet pada putaran mesin 1800 rpm yaitu 0,738 kW. Sedangkan daya aktual tertinggi mesin diperoleh pada pengujian dengan menggunakan bahan pertamina – DEX pada putaran mesin 2800 rpm sebesar 2,377 kW.
Daya aktual terendah diperoleh ketika menggunakan bahan bakar B20 Biji Karet dengan pembebanan 3,5 kg pada putaran mesin 1800 rpm yaitu sebesar 0,262 kW. Sedangkan daya aktual tertinggi diperoleh ketika menggunakan bahan bakar pertamina - DEX dengan pembebanan statis 4,5 kg pada putaran mesin 2800 rpm yaitu sebesar 2,377 kW.
(94)
Perbandingan nilai daya aktual untuk masing-masing pengujian setiap variasi beban dan putaran dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 4.13 Daya Aktual Vs Putaran Mesin Pada Pembebanan 3,5 kg
Gambar 4.14 Daya Aktual Vs Putaran Mesin Pada Pembebanan 4,5 kg
(95)
Gambar 4.13 dan gambar 4.14 menunjukkan hasil pengujian terhadap daya aktual mesin mengalami kenaikan daya aktual pada setiap sampel pengujian bahan bakar. Daya aktual berbanding lurus dengan daya ideal, efisiensi volumetris, dan efisiensi thermal brake ideal mesin. Semakin tinggi ketiga aspek tersebut, semakin tinggi pula daya aktual yang dihasilkan mesin.
1.2.6 Efisiensi Termal Aktual
Efisiensi termal aktual (ηBa) yang terjadi pada masing-masing pengujian dapat dihitung menggunakan persamaan berikut ini:
ηBa = ηm
Dimana : PBa = Daya aktual (kW)
= Laju aliran massa bahan bakar (kg/jam) LHV = Nilai kalor bahan bakar (kJ/kg)
ηm = Efisiensi mekanis (0,75)
Untuk pengujian menggunakan bahan bakar Pertamina - Dex dengan pembebanan 3,5 kg dan putaran 1800 rpm maka diperoleh efisiensi termal aktual sebesar :
(96)
ηBa = ηm
= 0,75
= 0,178 = 17,8 %
Dengan cara perhitungan yang sama untuk masing-masing pengujian pada setiap variasi bahan bakar, pembebanan statis, dan putaran mesin, dapat diketahui besarnya efisiensi termal aktual yang ditunjukkan pada tabel berikut ini :
Table 4.8 Efisiensi Thermal Aktual Hasil Perhitungan Pertamina Dex Beban
Statis (kg)
Putaran Mesin ( rpm)
mf (kg/jam) Daya Aktual (Kw) Eff. Thermal Aktual (%) 3.5
1800 0.150528 0.561 17.8
2000 0.18816 0.708 18.0
2200 0.20526545 0.789 18.4
2400 0.236544 0.945 19.1
2600 0.2699687 1.095 19.4
2800 0.29220141 1.246 20.4
4.5
1800 0.19105477 1.298 32.5
2000 0.18959634 1.364 34.4
(97)
2400 0.25088 1.908 36.4
2600 0.275968 2.147 37.2
2800 0.31842462 2.377 35.7
Pertamina Dex + B5 Biji Karet Beban Statis
(kg)
Putaran Mesin ( rpm)
mf (kg/jam) Daya Aktual (Kw) Eff. Thermal Aktual (%) 3.5
1800 0.1505 0.503 16.8
2000 0.1882 0.631 16.8
2200 0.2300 0.795 17.3
2400 0.2729 0.981 18.0
2600 0.2957 1.066 18.1
2800 0.3184 1.205 19.0
4.5
1800 0.1656 1.120 33.9
2000 0.1940 1.350 34.9
2200 0.2365 1.678 35.6
2400 0.2760 1.907 34.7
2600 0.3066 2.086 34.1
(98)
Pertamina Dex + B10 Biji Karet Beban Statis
(kg)
Putaran Mesin ( rpm)
mf (kg/jam) Daya Aktual (Kw) Eff. Thermal Aktual (%) 3.5
1800 0.1613 0.400 13.0
2000 0.1882 0.519 14.5
2200 0.2218 0.628 14.9
2400 0.2484 0.745 15.8
2600 0.2729 0.829 16.0
2800 0.3105 0.937 15.9
4.5
1800 0.1623 0.994 32.2
2000 0.1854 1.168 33.2
2200 0.2160 1.338 32.6
2400 0.2760 1.757 33.5
2600 0.3066 1.875 32.2
2800 0.3312 1.994 31.7
Pertamina Dex + B15 Biji Karet Beban
Statis (kg)
Putaran Mesin ( rpm)
mf (kg/jam) Daya Aktual (Kw) Eff. Thermal Aktual (%) 3.5
1800 0.1613 0.296 10.5
2000 0.1840 0.360 11.2
(99)
2400 0.2258 0.557 14.1
2600 0.2791 0.689 14.1
2800 0.3105 0.769 14.1
4.5
1800 0.1667 0.878 30.0
2000 0.1787 0.981 31.3
2200 0.1971 1.087 31.4
2400 0.2105 1.256 34.0
2600 0.2534 1.562 35.1
2800 0.2992 1.825 34.8
Pertamina Dex + B20 Biji Karet Beban
Statis (kg)
Putaran Mesin ( rpm)
mf (kg/jam) Daya Aktual (Kw) Eff. Thermal Aktual (%) 3.5
1800 0.1678 0.262 9.1
2000 0.1956 0.316 9.5
2200 0.2019 0.374 10.9
2400 0.2435 0.449 10.8
2600 0.2614 0.512 11.5
2800 0.2992 0.598 11.7
(100)
2000 0.1774 0.819 27.1
2200 0.1971 0.949 28.2
2400 0.2561 1.248 28.6
2600 0.2760 1.352 28.7
2800 0.3268 1.628 29.2
Pada pembebanan statis 3,5 kg (gambar 4.15), efisiensi termal aktual terendah mesin diperoleh pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar B20 Biji Karet pada putaran mesin 1800 rpm yaitu sebesar 9,1 %. Sedangkan efisiensi termal aktual tertinggi mesin diperoleh pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar pertamina - DEX pada putaran 2800 mesin rpm sebesar 20,4 %.
Pada pembebanan statis 4,5 kg (gambar 4.16), efisiensi termal aktual terendah mesin diperoleh pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar B20 Biji Karet pada putaran mesin 1800 rpm yaitu 25,5 %. Sedangkan Efisiensi thermal brake aktual tertinggi mesin diperoleh pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar pertamina – DEX pada putaran mesin 2600 rpm sebesar 37,2 %.
Efisiensi termal aktual terendah diperoleh ketika menggunakan bahan bakar B20 Biji Karet dengan pembebanan 3,5 kg pada putaran mesin 1800 rpm yaitu sebesar 9,1 %. Sedangkan efisiensi termal aktual tertinggi diperoleh ketika menggunakan bahan bakar pertamina - DEX
(1)
xix
Gambar 4.1 Proses Esterifikasi dan Proses Transesterifikasi... 57
Gambar 4.2 Proses Pemisahan Methanol Pada Proses Esterifikasi... 58
Gambar 4.3 Proses Pemisahan Gliserol Pada Proses Transesterifikasi... 58
Gambar 4.4 Proses Pencucian Minyak Kasar ... 59
Gambar 4.5 Grafik Torsi Mesin Vs Putaran Mesin untuk beban 3,5 kg ... 70
Gambar 4.6 Grafik Torsi Mesin Vs Putaran Mesin untuk beban 4,5 kg ... 70
Gambar 4.7 Grafik daya ideal versus putaran mesin pada 3.5 kg ... 75
Gambar 4.8 Grafik daya ideal versus putaran mesin pada 4.5 kg ... 75
Gambar 4.9 Kurva Viscous Flow Meter Calibration ... 77
Gambar 4.10 Grafik AFR Versus Putaran Mesin Pada Pembebanan 3,5 kg ... 82
Gambar 4.11 Grafik AFR Versus Putaran Mesin Pada Pembebanan 4,5 kg ... 82
Gambar 4.12 Efisiensi Volumetris Vs Putaran Mesin Pada 3,5 kg ... 88
Gambar 4.13 Efisiensi Volumetris Vs Putaran Mesin Pada 3,5 kg ... 88
Gambar 4.14 Daya Aktual Vs Putaran Mesin Pada Pembebanan 3,5 kg ... 93
Gambar 4.15 Daya Aktual Vs Putaran Mesin Pada Pembebanan 4,5 kg ... 93
Gambar 4.16 Efisiensi Thermal Aktual Vs Putaran mesin Pada 3,5 kg ... 98
Gambar 4.17 Efisiensi Thermal Aktual Vs Putaran mesin Pada 4,5 kg ... 98
Gambar 4.18 SFC Aktual Vs Putaran Mesin Pada Pembebanan 3,5 kg ... 103
Gambar 4.19 Aktual Vs Putaran Mesin Pada Pembebanan 4,5 kg ... 103
(2)
Gambar 4.20 Heat Loss Vs Putaran Mesin Pada Pembebanan 3,5 kg ... 108 Gambar 4.21 Heat Loss Vs Putaran Mesin Pada Pembebanan 4,5 kg ... 108
(3)
xxi DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Target Penggunaan Biofuel Dari Berbagai Negara ... 5
Tabel 2.2 Daftar spesifikasi Mutu Biodisel Dalam Berbagai Standar ... 8
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Bom Kalorimeter ... 62
Tabel 4.2 Data hasil pengujian performansi mesin diesel ... 64
Tabel 4.3 Torsi mesin hasil pengujian terhadap sampel ... 72
Tabel 4.4 Daya Ideal Hasil Pengujian ... 76
Tabel 4.5 Nilai AFR Hasil Dari Pengujian... 79
Tabel 4.6 Efisiensi Volumetris Hasil Pengujian ... 84
Tabel 4.7 Daya Aktual Hasil Pengujian ... 90
Tabel 4.8 Efisiensi Thermal Aktual Hasil Pengujian ... 95
Tabel 4.9 SFC hasil Pengujian ... 100
Tabel 4.10 Heat Loss Hasil Pengujian ... 105
Tabel 4.11 Opacity pada beban statis 3,5 kg ... 109
Tabel 4.12 Opacity pada beban statis 4,5 kg ... 110
Tabel 4.13 Kadar CO pada beban statis 3,5 kg ... 111
Tabel 4.14 Kadar CO pada beban statis 4,5 kg ... 111
Tabel 4.15 Kadar HC pada beban statis 3,5 kg ... 112
Tabel 4.16 Kadar HC pada beban statis 4,5 kg ... 113
(4)
(5)
xxiii DAFTAR NOTASI
Lambang Keterangan Satuan
PB Daya Keluaran Watt
n Putaran Mesin rpm
T Torsi N.m
Sfc Konsumsi Bahan Bakar Spesifik g/kW.h
mf Laju Aliran Bahan Bakar kg/jam
sgf Spesifik Gravity
Vf Volume Bahan Bakar Yang Diuji ml
tf Waktu Untuk Menghabiskan Bahan Bakar detik
ma Laju Aliran Massa Udara kg/jam
a Kerapatan Udara kg/m3
Vs Volume Langkah Torak m3
Cf Faktor Koreksi
AFR Air Fuel Ratio
ηv Efisiensi Volumetrik
ηb Efisiensi Termal Brake
HHV Nilai Kalor Atas Bahan Bakar kJ/kg
(6)
LHV Nilai Kalor Bawah Bahan Bakar kJ/kg
CV Nilai Kalor Bahan Bakar kJ/kg
Cv Panas Jenis Bom Kalorimeter J/gr.°C
M Persentase Kandungan Air Bahan Bakar