Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara

73 6. Permohonan banding melalui Pengadilan Negeri 3 hari 7. Pelimpahan berkas banding ke Pengadilan Tinggi 3 hari 8. Pemeriksaan dan putusan banding di Pengadilan Tinggi 7 hari Jumlah 51 hari 110 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 mengatur kualifikasi subjek hukum yang dapat menjadi pelapor terkait adanya pelanggaran tindak pidana Pemilu. Sesuai Pasal 249 ayat 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 yang dapat menyampaikan laporan tindak pidana Pemilu yaitu WNI yang mempunyai hak pilih, pemantau Pemilu, atau peserta Pemilu. Laporan yang disampaikan pun paling sedikit harus memuat hal berikut: 1. Nama dan alamat pelapor; 2. Identitas terlapor; 3. Waktu dan tempat kejadian perkara; 4. Uraian kejadian; 111 Adapun yang menjadi tahapan penyelesaian tindak pidana Pemilu dilakukan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012. Putusan yang dihasilkan pada Pengadilan Negeri mengenai perkara tindak pidana Pemilu dapat diajukan banding ke Pengadilan Tinggi sesuai dengan wilayah hukumnya. Banding merupakan satu-satunya upaya hukum yang diperbolehkan oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 terhadap putusan Pengadilan Negeri. 112

E. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara

110 Roni Wiyanto, Loc. Cit., hal. 179-180. 111 Ibid., hal. 187. 112 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Pasal 263 Universitas Sumatera Utara 74 Dalam perkembangannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 hingga sekarang telah mengalami dua kali perubahan. Pertama, Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. 113 Kedua, Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. 114 Menurut Pasal 47 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 PTTUN sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa tata usaha negara tingkat banding. Peraturan perundang-undangan tersebut juga berlaku untuk penyelesaian sengketa Pemilu DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD KabupatenKota melalui mekanisme pengajuan gugatan ke PTTUN sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan KPU, KPU Provinsi, dan KPU KabupatenKota tentang penetapan partai politik peserta Pemilu yang tidak lolos verifikasi dan penetapan daftar yang dicoret dari daftar calon tetap anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD KabupatenKota. 115 Dalam penyelesaian sengketa tata usaha negara Pemilu, PTTUN harus memperhatikan pengajuan gugatan mengenai sengketa tata usaha negara Pemilu terkait dengan subjek hukum atau para pihak yang berkepentingan dalam penyelesaian sengketa tata usaha negara Pemilu, sebagai berikut: 113 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4380 114 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentnag Peradilan Tata Usaha Negara Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 160, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5079 115 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Pasal 268 ayat 2 Universitas Sumatera Utara 75 1. Tergugat dan Penggugat Tergugat dan Penggugat merupakan para pihak yang mempunyai kepentingan dalam sengketa di bidang tata usaha negara Pemilu. Yang dimaksud dengan Tergugat adalah badan atau pejabat tata usaha negara yang mengeluarkan keputusan berdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang dilimpahkan kepadanya yang digugat oleh orang atau badan hukum perdata, dalam hal ini ialah KPU, KPU Provinsi, dan KPU KabupatenKota. Sedangkan Penggugat ialah orang atau badan hukum perdata yang dirugikan oleh keluarnya suatu Keputusan Tata Usaha Negara, dalam hal ini ialah calon anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD KabupatenKota, atau partai politik peserta Pemilu. 2. Pihak intervensi Selain tergugat dan penggugat masih terdapat pihak lain yang dapat ikut serta atau penggabungan dalam proses persidangan baik bertindak sendiri secara aktif maupun mewakilkan kepada seorang kuasa dalam hal ini dengan bantuan jasa advokat. Terdapat tiga jenis penggabungan pihak ketiga ke dalam proses persidangan yang sedang berjalan. Pertama, voeging PTTUN akan melakukan pemeriksaan dan memberikan putusan gugatan tersebut paling lama 21 hari sejak gugatan dinyatakan lengkap. 116 Putusan PTTUN bersifat mengikat dan KPU wajib mengeksekusi putusan tersebut paling lama 7 tujuh hari. 117 Adapun yang menjadi tahapan penyelesaian sengketa tata 116 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Pasal 269 ayat 6 117 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Pasal 269 ayat 11 Universitas Sumatera Utara 76 usaha negara Pemilu selanjutnya diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Apabila keputusan dari PTTUN terdapat pihak yang berkepentingan merasa tidak puas dapat mengajukan upaya hukum kasasi ke Mahkamah Agung terhadap keputusan PTTUN. Universitas Sumatera Utara 66 BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA ADMINISTRASI PEMILIHAN UMUM Sebagai suatu negara demokrasi yang berdasarkan hukum dan sebagai negara hukum yang demokratis, tentunya Pemilu yang demokratis juga harus menyediakan mekanisme hukum untuk menyelesaikan kemungkinan adanya pelanggaran-pelanggaran Pemilu dan perselisihan mengenai hasil Pemilu agar Pemilu tetap legitimate. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa proses Pemilu sebagai sebuah proses politik bukan berarti tanpa permasalahan. Pelanggaran mungkin saja akan terjadi baik disengaja maupun tidak disengaja. Oleh karena itu perlu mekanisme hukum dalam pelaksanaan Pemilu untuk menyelesaikan pelanggaran Pemilu. Mekanisme hukum diperlukan untuk mengoreksi apabila terjadi pelanggaran dan memberikan sanksi pada pelaku pelanggaran sehingga proses Pemilu dilaksanakan secara demokratis. 118 Demikian juga halnya dengan pelanggaran administrasi Pemilu dapat terjadi dalam setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu dalam hal ini khusus menyoroti pelanggaran administrasi Pemilu DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD KabupatenKota. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mengatur tentang penyelesaian pelanggaran- 118 Sodikin, Loc. Cit., hal. 217 Universitas Sumatera Utara pelanggaran Pemilu, demikian juga halnya dengan penyelesaian pelanggaran administrasi Pemilu.

C. Tata Cara Penyelesaian Sengketa Admistrasi Pemilihan Umum