Kesimpulan Penyelesaian Sengketa Administrasi Pemilihan Umum

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian atas permasalahan yang telah diuraikan pada bab-bab terdahulu maka dapat ditarik kesimpulan, yaitu : I. Indonesia adalah salah satu negara yang menganut paham demokrasi dan hal tersebut secara jelas dan nyata tertulis dalam konstitusi dalam UUD NRI Tahun 1945 Pasal 1 ayat 2 yang menyatakan bahwa “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”. Kedaulatan rakyat berarti rakyatlah yang mempunyai kekuasaan yang tertinggi, rakyatlah yang menentukan corak dan cara pemerintahan, dan rakyatlah yang menentukan tujuan apa yang hendak dicapai. Pemilu memang dianggap sebagai lambang sekaligus tolok ukur utama dan pertama dari demokrasi tersebut. Secara teoritis Pemilihan Umum dianggap merupakan tahap paling awal dari berbagai rangkaian kehidupan ketatanegaraan yang demokratis, sehingga Pemilu merupakan motor penggerak mekanisme sistem politik demokrasi. II. Sebagai sarana pelaksanaan asas kedaulatan rakyat berdasarkan Pancasila, Pemilu bertujuan antara lain: 1 Memungkinan terjadinya peralihan pemerintahan secara aman dan terti;. 2 Untuk melaksanakan kedaulatan rakyat; Universitas Sumatera Utara 3 Dalam rangka melakukan hak-hak asasi warga negara; Agar dapat menjalankan Pemilu yang demokratis, maka harus didukung pula dengan sistem pemilihan umum yang baik. Artinya ialah penyelenggara Pemilu memiliki posisi yang penting dalam mewujudkan Pemilu yang demokratis. Pasal 22E UUD NRI Tahun 1945 menyatakan bahwa pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Klausula “suatu komisi pemilihan umum” dalam UUD NRI Tahun 1945 tidak merujuk kepada sebuah nama institusi dan penamaan kelembagaan Pemilu dimandatkan kepada undang-undang untuk mengaturnya sebagaimana yang telah disebutkan dalam Pasal 22E ayat 6 UUD NRI Tahun 1945, akan tetapi menunjuk pada fungsi penyelenggaraan pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Tidak hanya komisi pemilihan umum KPU sebagai penyelenggara pemilu, tetapi juga pengawas penyelenggara pemilu dalam hal ini Badan Pengawas Pemilu Bawaslu yang akan mengawasi pelaksaanaan Pemilu dalam setiap tahapan Pemilu agar sesuai dengan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Pelaksanaan pemilu diatur dalam undang-undang serta peraturan yang khusus mengatur tentang pelaksanaan pemilu supaya dapat berjalan dengan baik. III. Telah dibuat pengaturan mengenai pelaksanaan Pemilu agar terlaksana secara demokratis, tetapi tidak tertutup kemungkinan lahirnya peluang dalam pelaksanaan Pemilu yang tidak memenuhi standar demokrasi dan terjadinya pelanggaran. Sebagai negara hukum yang demokratis tentunya Universitas Sumatera Utara pemilu yang demokratis juga harus menyediakan mekanisme hukum untuk menyelesaikan kemungkinan adanya pelanggaran-pelanggaran pemilu. Maka lembaga-lembaga berikut adalah yang berkompetensi untuk menyelesaikan pelanggaran-pelanggaran Pemilu: 1 Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu adalah lembaga yang bertugas menangani pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu. Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD Pasal 251 pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu adalah pelanggaran terhadap etika penyelenggara Pemilu yang berpedomankan sumpah danatau janji sebelum menjalankan tugas sebagai penyelenggara Pemilu. Penanganan pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu berdasarkan Peraturan DKPP No. 2 Tahun 2012. Beberapa prinsip penting yang dipraktekkan dalam penyelenggaraan peradilan etik oleh DKPP ialah prinsip-prinsip audi et alteram partem, prinsip independensi, imparsialitas, dan transparansi. 2 Komisi Pemilihan Umum adalah lembaga yang menangani pelanggaran administrasi Pemilu. Sesuai dengan ketentuan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD Pasal 253 pelanggaran administrasi Pemilu adalah pelanggaran yang meliputi tata cara, prosedur, dan mekanisme yang berkaitan dengan administrasi pelaksanaan Pemilu dalam setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu di luar tindak pidana Universitas Sumatera Utara Pemilu dan pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu. Penanganan pelanggaran administrasi Pemilu diawali dengan penerimaan laporan berupa rekomendasi dari Bawaslu atas adanya dugaan pelanggaran Pemilu. Tahapan-tahapan penyelesaian sengketa adminstrasi Pemilu khusus diselesaikan selanjutnya berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 25 Tahun 2013 jo. PKPU Nomor 13 Tahun 2014 tentang Penyelesaian Pelanggaran Administrasi Pemilihan Umum. 3 Badan Pengawas Pemilu Bawaslu merupakan badan yang tidak hanya berwenang untuk mengawasi penyelenggaraan setiap tahapan Pemilu, mengkaji setiap laporan atas adanya dugaan pelanggaran Pemilu mulai dari pelanggaran kode etik Pemilu, pelanggaran administrasi Pemilu, sengketa Pemilu,tindak pidana Pemilu, dan sengketa tata usaha negara Pemilu tetapi juga berkompetensi menyelesaikan sengketa Pemilu. Menurut ketentuan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD Pasal 257, sengketa Pemilu ini timbul karena adanya perbedaan penafsiran atau suatu ketidakjelasan tertentu mengenai suatu masalah kegiatan danatau peristiwa yang berkaitan dengan pelaksanaan Pemilihan, keadaaan dimana terdapat pengakuan yang berbeda danatau penolakan penghindaran antarpeserta Pemilihan atau antara peserta Pemilihan dengan penyelenggara Pemilihan, dan keputusan KPU, KPUKIP Provinsi, dan KPUKIP KabupatenKota. Universitas Sumatera Utara Tahapan-tahapan penyelesaian sengketa adminstrasi Pemilu oleh Bawaslu diselesaikan selanjutnya berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 25 Tahun 2013 jo. PKPU Nomor 13 Tahun 2014 tentang Penyelesaian Pelanggaran Administrasi Pemilihan Umum. 4 Pengadilan negeri menjadi tempat memeriksa, mengadili, dan memutus perkara tindak pidana Pemilu. Tindak pidana dalam hal ini tidaklah sama dengan tindak pidana yang diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Tindak pidana Pemilihan Umum adalah pelanggaran terhadap ketentuan pidana dalam undang-undang Pemilu yang penyelesaiannya dilakukan melalui pengadilan. Adapun yang dapat menjadi pelaku tindak pidana Pemilu ialah Penyelenggara Pemilu yang menjadi pelaku tindak pidana Pemilu, Pengawas Pemilu yang menjadi pelaku tindak pidana Pemilu, Peserta Pemilu danatau calon legislatif yang menjadi pelaku tindak pidana Pemilu, Pejabataparatur negara yang menjadi pelaku tindak pidana Pemilu.Sistem penerapannya ialah bertolak dari asas lex specialis legi generali sehingga didasarkan pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 khusus mengenai tindak pidana Pemilu legislatif. Waktu penanganannya tidak selama penyelesaian kasus tindak pidana pada umumnya melainkan hanya membutuhkan waktu paling lama 51 lima puluh satu hari untuk menangani dan menyelesaikan tindak pidana Pemilu sampai pada putusan di tingkat Universitas Sumatera Utara banding idi Pengadilan Tinggi. Dan upaya hukum yang hanya diperbolehkan dalam penyelesaian perkara tindak pidana Pemilu ialah upaya banding. 5 Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa tata usaha negara tingkat banding. Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Pasal 268 sengketa tata usaha negara Pemilu adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara Pemilu antara calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, DPRD kabupatenkota, atau partai politik calon Peserta Pemilu dengan KPU, KPU Provinsi, dan KPU KabupatenKota sebagai akibat dikeluarkannya keputusan KPU, KPU Provinsi, dan KPU KabupatenKota. Sengketa yang timbul di dalam sengketa tata usaha negara Pemilu adalah antara KPU dan Partai Politik calon Peserta Pemilu yang tidak lolos verifikasi sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan KPU tentang penetapan Partai Politik Peserta Pemilu, dan KPU, KPU Provinsi, dan KPU KabupatenKota dengan calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupatenkota yang dicoret dari daftar calon tetap sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan KPU tentang penetapan daftar calon tetap. Adapun yang menjadi tahapan penyelesaian sengketa tata usaha negara Pemilu selanjutnya diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Universitas Sumatera Utara Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Apabila keputusan dari PTTUN terdapat pihak yang berkepentingan merasa tidak puas dapat mengajukan upaya hukum kasasi ke Mahkamah Agung terhadap keputusan PTTUN. IV. Pengaplikasian penyelesaian pelanggaran administrasi Pemilu dilaksanakan dalam Keputusan Nomor 05KptsKPUTahun 2013 terkait penetapan Partai Keadilan Persatuan Indonesia PKPI yang tidak memenuhi syarat sebagai peserta Pemilu 2014. Penyelesaian pelanggaran administrasi Pemilu berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 25 Tahun 2013 jo. PKPU Nomor 13 Tahun 2014 tentang Penyelesaian Pelanggaran Administrasi Pemilihan Umum, tahapan-tahapan yang harus dilakukan setelah mendapat rekomendasi Bawaslu atas adanya dugaan pelanggaran administrasi Pemilu adalah: 1 Mencermati kembali data atau dokumen sebagaimana rekomendasi Bawaslu sesuai dengan tingkatanya; dan 2 Menggali, mencari, dan menerima masukan dari berbagai pihak untuk kelengkapan dan kejelasan pemahaman laporan pelanggaran administrasi Pemilu Dalam penyelesaian pelanggaran administrasi Pemilu terhadap pembatalan Partai Keadilan Persatuan Indonesia PKPI sebagai calon peserta Pemilu, KPU mengumpulkan data-data terkait persyaratan yang ditentukan dalam Pasal 8 ayat 2 Undang-Undang Universitas Sumatera Utara Nomor 8 Tahun 2012 sebagai persyaratan partai politik sebagai peserta Pemilu yang terdiri dari: a Berstatus badan hukum sesuai dengan Undang-Undang tentang Partai Politik; b Memiliki kepengurusan di seluruh provinsi; c Memiliki kepengurusan di 75 tujuh puluh lima persen jumlah kabupatenkota di provinsi yang bersangkutan; d Memiliki kepengurusan di 50 lima puluh persen jumlah kecamatan di kabupatenkota yang bersangkutan; e Menyertakan sekurang-kurangnya 30 tiga puluh persen keterwakilan perempuan pada kepengurusan partai politik tingkat pusat; f Memiliki anggota sekurang-kurangnya 1.000 seribu orang atau 11.000 satu perseribu dari jumlah Penduduk pada kepengurusan partai politik; g Mempunyai kantor tetap untuk kepengurusan pada tingkatan pusat, provinsi, dan kabupatenkota sampai tahapan terakhir Pemilu; h Mengajukan nama, lambang, dan tanda gambar partai politik kepada KPU; dan i Menyerahkan nomor rekening dana Kampanye Pemilu atas nama partai politik kepada KPU. Universitas Sumatera Utara Dari proses pengumpulan data tersebut KPU telah melaksanakan sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012. 3 KPU, KPU ProvinsiKIP Aceh, KPUKIP KabupatenKota, PPK, PPS, PPLN, KPPSKPPSLN membuat keputusan dalam rapat pleno, dan hasil keputusan yang diberikan oleh KPU menyatakan Partai Keadilan Persatuan Indonesia PKPI tidak memenuhi persyaratan partai politik sebagai peserta Pemilu untuk Tahun 2014. Adapun syarat-syarat administrasi yang tidak dipenuhi oleh Partai Keadilan Persatuan Indonesia PKPI sehingga dikategorikan telah melanggar ketentuan administrasi Pemilu adalah: a Tidak memiliki kepengurusan di seluruh provinsi; b Tidak memiliki kepengurusan di 75 tujuh puluh lima persen jumlah kabupatenkota di provinsi yang bersangkutan dan dan menyertakan sekurang-kurangnya 30 tiga puluh persen keterwakilan perempuan pada kepengurusan partai politik tingkat pusat; c Tidak memiliki anggota sekurang-kurangnya 1.000 seribu orang atau 11.000 satu perseribu dari jumlah Penduduk pada kepengurusan partai politik; d Tidak mempunyai kantor tetap untuk kepengurusan pada salah satu di tingkatan provinsi; Universitas Sumatera Utara Akibat telah melakukan pelanggaran administrasi Pemilihan Umum, maka KPU melalui Keputusan Nomor 05KptsKPUTahun 2013 memberikan sanksi berupa pembatalan Partai Keadilan Persatuan Indonesia PKPI sebagai peserta Pemilu tahun 2014; Semua tahapan-tahapan yang seharusnya dilakukan oleh KPU dalam memutus pelanggaran administrasi Pemilu telah sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 25 Tahun 2013 jo. PKPU Nomor 13 Tahun 2014 tentang Penyelesaian Pelanggaran Administrasi Pemilihan Umum.

B. Saran