Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu

61 pemilu, sengketa pemilu, tindak pidana pemilu dan sengketa tata usaha negara pemilu. Maka setiap pelanggaran tersebut harus diselesaikan oleh lembaga yang diamanahkan bertanggung jawab dan berwenang di bidang itu.

A. Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu

Untuk menunjang berfungsinya sistem hukum diperlukan suatu sistem etika yang ditegakkan secara positif berupa kode etika di sektor publik. 94 Demikian halnya dengan pelaksanaan Pemilu juga memiliki kode etik yang harus dilaksanakan oleh masing-masing penyelenggara Pemilu. Menurut Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum Pasal 1 angka 22 menyatakan bahwa Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu 95 adalah lembaga yang bertugas menangani pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu dan merupakan suatu kesatuan fungsi penyelenggara Pemilu. DKPP dibentuk untuk memeriksa dan memutuskan pengaduan danatau laporan adanya dugaan pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh anggota KPU, anggota KPU KabupatenKota, anggota PPK, anggota PPS, anggota PPLN, anggota KPPS, anggota KPPSLN, anggota Bawaslu, anggota Bawaslu Provinsi dan anggota Panwaslu KabupatenKota, anggota Panwaslu Kecamatan, anggota Pengawas Pemilu lapangan dan anggota pengawas pemilu luar negeri. 96 94 Jimly Asshidiqie, Menuju Negara Hukum yang Demokratis Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2008, hal 76. 95 Untuk selanjutnya penulisan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu ditulis dengan kata DKPP 96 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum Pasal 109 ayat 2 Universitas Sumatera Utara 62 Berdasarkan UU tentang Penyelenggara Pemilu tersebut subjectum litis atau subjek yang dapat menjadi pihak yang berperkara di DKPP menurut peraturan tentang Pedoman Beracara DKPP, pengertian pihak yang dapat berperkara tersebut dibatasi, sehingga penanganan kasus-kasus dugaan pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu dapat secara realistis ditangani dan diselesaikan oleh DKPP. Lagi pula, DKPP juga perlu memberikan dukungan penguatan kepada KPU dan Bawaslu sendiri untuk menjalankan fungsinya tanpa harus menangani semua urusan dugaan pelanggaran kode etik sendiri. Hal-hal yang dapat diselesaikan sendiri oleh KPU dan Bawaslu atau pun hal-hal yang semestinya ditangani dan diselesaikan lebih dulu oleh KPU dan Bawaslu, tidak boleh secara langsung ditangani oleh DKPP dengan mengabaikan mekanisme internal KPU dan Bawaslu sendiri lebih dulu. 97 Oleh karena itu kasus-kasus pelanggaran kode etik yang secara langsung dapat diajukan dan ditangani oleh DKPP dibatasi hanya untuk kasus-kasus dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh penyelenggara Pemilu di tingkat provinsi atau tingkat pusat. Sedangkan untuk kasus-kasus pelanggaran yang dilakukan pada tingkat kabupatenkota lebih dahulu harus diklarifikasi dan ditangani oleh KPU Pusat atau Bawaslu Pusat. Sedangkan jika laporan atau pengaduan berasal langsung dari masyarakat, partai politik, ataupun penyelenggara Pemilu tingkat lokal yang diajukan kepada DKPP, maka laporan atau pengaduan tersebut akan diperiksa dan diselesaikan lebih dahulu oleh KPU atau Bawaslu melalui anggota- anggota KPU atau anggota Bawaslu yang duduk sebagai anggoa DKPP. 97 Jimly Asshiddiqie, “Pengenalan DKPP untuk Pengegak Hukum,” Forum Rapat Pimpinan Kepolisian Republik Indonesia , Kepolisian Republik Indonesia, Jakarta, Februari, 2013 Universitas Sumatera Utara 63 Maka secara khusus tugas dan wewenang Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu ialah memeriksa, mengadili, dan memutus pengaduan pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu dengan objek utama adalah anggota KPU, KPU Provinsi, KPU KabKota, anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Panwaslukada KabKota serta sekretariat dan jajaran di bawahnya. 98 Beberapa prinsip penting yang dipraktekkan dalam penyelenggaraan peradilan etik oleh DKPP ialah prinsip-prinsip audi et alteram partem 99 , prinsip independensi, imparsialitas, dan transparansi. Selanjutnya secara detail akan diuraikan berturut- turut mengenai terlapor dan pelapor, persyaratan dan tata cara penyampaian laporan, dan mekanisme penyelesaian pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu sebagaimana tersebut di bawah ini. 1. Terlapor dan Pelapor Yang dimaksud dengan terlapor dirumuskan dalam Pasal 1 angka 5 Peraturan DKPP No. 2 Tahun 2012, yaitu: Teradu danatau Terlapor adalah anggota KPU, anggota KPU Provinsi, KIP Aceh, anggota KPU KabupatenKota, KIP KabupatenKota, anggota PPK, anggota PPS, anggota PPLN, anggota KPPS, anggota KPPSLN, anggota Bawaslu, anggota Bawaslu Provinsi, anggota Panwaslu KabupatenKota, anggota Panwaslu Kecamatan, anggota Pengawas Pemilu Lapangan, danatau anggota Pengawas Pemilu Luar Negeri yang diduga melakukan pelanggaran kode etik Penyelenggara Pemilu. 98 Jimly Asshiddiqie, “Sosialisasi Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum Republik Indonesia , Pemerintahan Provinsi Aceh, Aceh, Juni, 2013 99 S.F. Marbun, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administrasi di Indonesia Yogyakarta: Liberty, 1997, hal. 199. Pada umumnya asas audi et alteram partem terdapat hampir di setiap hukum acara. Asas audi et alteram partem adalah asas yang mewajibkan hakim untuk mendengar kedua belah pihak secara bersama-sama. Hakim tidak boleh hanya mendengar keterangan satu pihak saja, tapi harus juga mendengar dan memberi kesempatan kepada pihak lainnya untuk mengemukakan pendapat atau keterangannya. Universitas Sumatera Utara 64 Sedangkan yang dapat disebut sebagai pelapor menurut Pasal 1 angka 4 Peraturan DKPP No. 2 Tahun 2012, ialah: Pengadu danatau Pelapor adalah penyelenggara Pemilu, peserta Pemilu, tim kampanye, masyarakat, pemilih, danatau rekomendasi DPR yang menyampaikan pengaduan tentang dugaan adanya pelanggaran kode etik Penyelenggara Pemilu. Pelapor yang akan mengajukan laporan pengaduan dapat berasal dari penyelenggara Pemilu, peserta Pemilu, tim kampanye, masyarakat, pemilih, dan dari rekomendasi DPR. Akan tetapi, secara formil penyampaian laporan pengaduan kepada DKPP terkait dugaan pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu sesuai Pasal 8 Peraturan DKPP No. 2 Tahun 2012 dilakukan melalui dua prosedur, sebagai berikut: a. Laporan langsung kepada DKPP Laporan dugaan pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu yang langsung disampaikan kepada DKPP apabila pihak terlapor adalah penyelenggara Pemilu yang menjabat sebagai anggota KPU, Bawaslu, KPU ProvinsiKIP Aceh, Bawaslu Provinsi, atau PPLN. b. Laporan kepada DKPP melalui Bawaslu Provinsi Laporan dugaan pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu yang disampaikan kepada DKPP melalui Bawaslu Provinsi apabila yang menjadi pihak terlapor adalah penyelenggara Pemilu yang menjabat sebagai anggota KPU KabupatenKota atau KIP KabupatenKota, Panwaslu KabupatenKota, PPK, Panwaslu Kecamatan, PPS, PPL, atau KPPS. Universitas Sumatera Utara 65

B. Komisi Pemilihan Umum KPU