ke tanah Simalungun. Sebab melalui bahasa Toba itu makin deraslah perembesan adat Toba ke Simalungun.
105
Dilihat dari kenyataannya juga bahwa keaslian bahasa itu memang telah terkontaminasi. Proses kontaminasi yang berdampak pada pudarnya keaslian bahasa
itu dipicu oleh adanya akulturasi atau hubungan antara manusia dengan manusia atau bahasa dengan bahasa yang saling berbeda, hal ini berefek pada percampuran budaya
atau bahasa. Bahasa Indonesia saja yang semula asli karena hanya terdapat bahasa Melayu di dalamnya, kini perlahan telah mengalami kepudaran. Hal ini bisa terjadi
dimana dan kapan saja.
4.6 Budaya
Suku Simalungun adalah suku asli di daerah Kecamatan Tanah Jawa. Suku Simalungun telah memiliki budaya sendiri dan memiliki filosofi yakni Habonaron
Do Bona kebenaran adalah pangkal segala sesuatu yang telah diterapkan bertahun-
tahun. Maksudnya bahwa setiap kebenaran pasti menang, cepat atau lambat demikian juga yang jahat pasti kalah. Hubungan antar manusia dalam kehidupan Suku
Simalungun diatur dalam sistem kekerabatan Tolu Sahundulan Lima Saodoran tiga kedudukan lima sebarisan. Hubungan berdasarkan sistem ini telah disosialisasikan
kepada anak sejak mengenal lingkungan yang paling dekat yakni keluarga. Nilai inilah yang diyakini oleh Suku Simalungun di dalam kehidupan. Seperti peribahasa
105
Juandaha Raya P. Purba, op.cit, hlm 177.
Universitas Sumatera Utara
Simalungun yang mengatakan bahwa “Parlobei nadilat bibir ase marsahap” artinya lebih dulu bibir dijilat sebelum berbicara jangan asal berbicara.
106
Keorisinilan budaya dan adat istiadat Suku Simalungun mulai mengalami perubahan dengan hadirnya suku pendatang yakni Suku Batak Toba. Banyaknya
Suku Batak Toba yang datang ke wilayah ini mengakibatkan adanya percampuran budaya. Budaya yang lebih dikenal di Kecamatan Tanah Jawa adalah budaya Batak
Toba bukan budaya Simalungun. Meskipun suku asli di wilayah ini adalah suku Simalungun, hal ini terjadi karena Suku Batak Toba merupakan masyarakat yang
paling dominan dan sifat dari Suku Batak Toba dengan Suku Simalungun berbanding terbalik. Dimana sifat dari Suku Batak Toba ini dikenal dengan keagresifannya,
egois, suara yang keras, tidak pendendam jika tidak senang akan langsung diutarakan, haus akan tanah dan selalu ingin menjadi nomor satu ingin monang
walaupun tidak didaerahnya sendiri, sedangkan Suku Simalungun dikenal dengan sifat yang tertutup. Melihat sifat dari suku pendatang Batak Toba secara tidak
langsung menjadi tekanan terhadap Suku Simalungun sendiri, karena mereka seperti dijajah dirumahnya sendiri yang akhirnya banyak Suku Simalungun yang memilih
pindah ke Simalungun Atas. Akan tetapi bagi Suku Simalungun yang memilih menetap tinggal di Kecamatan Tanah Jawa ini dan berbaur dengan suku pendatang
sifatnya lebih aktif tetapi mudah tersinggung dibanding orang Batak Toba.
107
Suku Simalungun menjadi suku minoritas di Kecamatan Tanah Jawa. Suku Simalungun
106
Juandaha Raya P. Dasuha, op.cit, hlm 22.
107
J Tideman, op.cit, hlm 95.
Universitas Sumatera Utara
tidak dapat mempertahankan hak atas tanahnya sendiri. Tidak hanya dalam bidang budaya saja yang membuat Suku Simalungun seperti tersisih di daerahnya sendiri
tetapi juga dalam bidang politik. Dimana dalam bidang politik, yang lebih banyak menguasai adalah suku pendatang begitu juga yang duduk di instansi pemerintahan.
Dapat dikatakan kalau Suku Simalungun hanya tergolong sedikit dalam status sosial tersebut.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
Kesimpulan dan Saran