Bahasa Suku Batak Toba di Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara, 1960-1992

diremehkan oleh orang lain. Di tanah jawa sendiri sebagian besar yang memerintah dan menjadi pemimpin camat di kantor kecamatan ini adalah orang batak toba.

4.5 Bahasa

Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan yang sangat penting yang dapat menunjukkan jati diri seseorang. Bahasa adalah alat dalam berinteraksi, oleh sebab itu sangatlah penting dalam masyarakat mempunyai bahasa dalam satu daerah. Suatu kebudayaan yang tinggi derajatnya didukung oleh suatu bahasa dengan kesusteraan yang besar walaupun suatu bahasa pada dasarnya cukup hanya berfungsi sebagai alat komunikasi di antara sesama penuturnya. Di Kecamatan Tanah Jawa, suku asli daerah ini adalah Suku Simalungun dan seharusnya bahasa yang digunakan di wilayah ini adalah bahasa Simalungun. Akan tetapi hal ini berbanding terbalik dengan kenyataan yang dijumpai di wilayah ini. Di pusat kecamatan Tanah Jawa bahasa yang sering digunakan dalam berkomunikasi adalah bahasa Batak Toba. Bahasa batak toba sangat mendominasi bahasa di wilayah ini serta logat bahasanya. Hal ini terjadi karena berbagai faktor yang terjadi sebelumnya, misalnya pada masa kejayaan pemerintahan kolonial Belanda di wilayah Simalungun. Awalnya pemerintah kolonial sengaja mendatangkan Suku Batak Toba ke wilayah ini dalam mengatasi persoalan pangan yang sangat terbatas di wilayah ini, karena Suku Batak Toba dikenal dengan kegigihannya, kerja keras dan keahliannya dalam melakukan pertanian terutama padi sawah. Setelah kesuburan lahan di daerah ini diketahui oleh masyarakat Tapanuli Utara sehingga semakin banyak masyarakat Universitas Sumatera Utara yang melakukan migrasi ke wilayah ini. Suku Batak Toba adalah termasuk suku yang mendominasi daerah ini di samping suku jawa. Karena banyaknya pendatang batak toba yang melebihi dari suku asli simalungun dan derasnya pengaruhnya sehingga bahasa yang sering didengar dan digunakan masyarakat sekitar adalah bahasa batak toba. Penggunaan Bahasa Batak bahasa batak toba juga sebagian besar disebabkan penggunaan bahasa ini sebagai bahasa pengantar oleh penginjil RMG Rheinische Mission Gesellchat yang menyebarkan agama Kristen pada Suku Simalungun. Pada masa jaya kerajaan tradisonal yang terdapat di wilayah Simalungun, dialek bahasa simalungun sangat kental. Lambat laun keorisinilan bahasa Simalungun ini mulai memudar. Dimana akibat seringnya mengadakan interaksi dengan penutur bahasa Toba, yang datang dari Tapanuli Utara, pulau Samosir dan sekitarnya, maka bahasa Simalungun di daerah ini banyak bercampur aduk dengan bahasa mereka Toba. Sehingga penutur bahasa Simalungun banyak yang beralih atau salih menjadi penutur bahasa Toba, bahkan lebih dominan Tobanya daripada Simalungunnya, sehingga bukanlah suatu yang mengherankan bila orang Simalungun di daerah ini banyak yang tidak tahu marsahap berbicara Simalungun. Pemakaian bahasa batak toba juga terjadi karena begitu lamanya beredar buku dan adat Batak Toba di sekolah maupun perkumpulan orang kristen, makin merembeslah pengaruh bahasa dan adat batak toba Universitas Sumatera Utara ke tanah Simalungun. Sebab melalui bahasa Toba itu makin deraslah perembesan adat Toba ke Simalungun. 105 Dilihat dari kenyataannya juga bahwa keaslian bahasa itu memang telah terkontaminasi. Proses kontaminasi yang berdampak pada pudarnya keaslian bahasa itu dipicu oleh adanya akulturasi atau hubungan antara manusia dengan manusia atau bahasa dengan bahasa yang saling berbeda, hal ini berefek pada percampuran budaya atau bahasa. Bahasa Indonesia saja yang semula asli karena hanya terdapat bahasa Melayu di dalamnya, kini perlahan telah mengalami kepudaran. Hal ini bisa terjadi dimana dan kapan saja.

4.6 Budaya