Agama Suku Batak Toba di Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara, 1960-1992

4.2 Agama

Jauh sebelum datangnya pengaruh dari agama Islam dan Kristen, masyarakat Simalungun sudah memiliki kepercayaan sendiri yang sering disebut dengan agama suku. Agama suku adalah suatu kepercayaan akan makhluk-makhluk gaib yang biasanya berdiam di tempat-tempat keramat seperti yang dipercayai berada di pohon keramat terutama di wilayah Bandar. Disamping itu juga masyarakat Simalungun percaya dengan namanya Naibata yakni menguasai dunia atas, dunia tengah dan dunia bawah. Masyarakat Simalungun sangat percaya dan mengilhami filosofi yang telah diajarkan turun-temurun dan sampai sekarang masih dijalankan, yakni Habonaran do Bona kebenaran adalah pangkal segala sesuatu. 81 Pada tahun 1891 Kerajaan Tanah Jawa takluk kepada pemerintah kolonial Belanda. Melihat penyebaran agama Islam mengalami kemajuan di wilayah Simalungun serta raja simalungun raja siantar dan kaum aristokrat Tanah Jawa menganut agama Islam yang menyebabkan rakyatnya ikut untuk memeluk agama tersebut. Sehigga pemerintah kolonial belanda meminta untuk melakukan pengkristenan di daerah Simalungun. 82 Di dalam penyebaran Injil ini tidak hanya dilakukan oleh lembaga RMG Rheinische Mission Gesellchaft namun juga oleh Suku Batak Toba 83 yang datang ke wilayah ini. Jika zending di Tapanuli bisa 81 Martin Lukito Sinaga, op.cit, hlm 37. 82 Nazief Chatib, dkk, op.cit, hlm 127. 83 Perpindahan batak toba ke simalungun dianggap missioner sebagai sarana untuk memberi teladan hidup Kristiani bagi penduduk setempat dan mendukung perpindahan petani-petani batak toba karena di dalam benaknya setiap orang yang sudah menganut agama kristen akan tetap mengamalkan nilai-nilai agamanya. O.H.S. Purba, op.cit, hlm 76. Universitas Sumatera Utara diterima masyarakat dan menjadikan agama mayoritas dalam Suku Batak Toba, namun berbeda halnya dalam penyebaran injil di wilayah Simalungun. Dimana masyarakatnya masih tertutup dan susah untuk berbaur dengan suku pendatang serta bahasa yang digunakan dalam Mission ini adalah bahasa batak toba 84 , sehingga sulit diterima oleh suku asli Simalungun dan tidak sedikit menghadapi tantangan. Namun lambat laun, atas upaya usaha dan kekuatan zending dalam pengkristenan masyarakat dapat berkembang diseluruh Simalungun. Tahun-tahun berikutnya, jumlah Suku Batak Toba yang sudah beragama kristen makin membanjiri Simalungun Bawah, khususnya di perkebunan daerah. 85 Para Mission juga melakukan usaha yakni dengan membangun sekolah untuk mendidik para pemuda. Zending memusatkan kegiatannya di bidang pendidikan dan perawatan kesehatan penduduk. 86 Pendirian sekolah ternyata cukup mendapat respon yang positif dari masyarakat setempat. Tujuan dengan dibangunnya sekolah ini adalah untuk mendidik anak-anak agar bisa membaca dan mengalami kemajuan, tetapi tetap dalam misi awalnya dengan mengajarkan agama yang benar dan ini dianggap sebagai sarana yang dipandang sangat efektif untuk mengabarkan Injil. Awalnya dalam pengabaran Injil yang dilakukan oleh para Mission dibangun Gereja yang disebut dengan nama HKBP Huria Kristen Batak Protestan. Sampai pada akhir tahun 1952 masyarakat Kristen 84 Salah satu tantangan yang dihadapi adalah penyebaran injil di simalungun dengan menggunakan bahasa batak toba yang tidak dimengerti oleh masyarakat simalungun. 85 Juandaha Raya P. Purba, op.cit, hlm 154. 86 J Tideman, op.cit, hlm 230 pendirian sekolah ini pada awalnya hanya berupa sekolah sederhana dan kebanyakan sekolah memiliki tiga atau empat kelas. Universitas Sumatera Utara Toba dan Kristen Simalungun bergabung lebih kurang sampai setengah abad lamanya dalam nama organisasi gereja HKBP dan terhitung mulai tanggal 22 Januari 1953 Kristen Simalungun terlepas dari HKBP dan menjadi dalam Gereja Kristen Protestan Simalungun GKPS tanpa nama Batak lagi yang dibawah pimpinan Ephorus pertama Jaulung Wismark Saragih JWS. 87 Suku Batak Toba yang bermigrasi harus bisa menyesuaikan dirinya dengan situasi yang baru tanpa kehilangan identitasnya sendiri. Mereka membangun perkampungannya di daerah perantauan atas dasar hubungan keluarga atau tempat asal yang sama. Mereka membangun Gereja di wilayah perkampungannya sebab mereka Kristen. Mereka memegang adatnya dan mereka selalu menggunakan bahasa Toba di antara mereka. Tetapi dari pihak lain orang Toba harus menyesuaikan diri dengan situasi yang baru. Mereka tinggal di antara orang Islam dan suku lain. Maka mereka harus juga memperhatikan kelompok yang lain. Di Kecamatan Tanah Jawa kehidupan beragama bisa dikatakan dengan damai, saling menghargai dan hingga saat ini tidak terdengar konflik yang disebabkan oleh agama. 88 Banyaknya masyarakat yang mempercayai agama dapat dilihat dalam BAB II. 87 Sebelum menjadi Ephorus pertama dalam Gereja Kristen Protestan Simalungun GKPS, Jaulung Wismark Saragih JWS adalah tadinya dalam HKBP sebagai wakil Ephorus buat gereja- gereja simalungun. Batara Sangti, op.cit, hlm 188. 88 Wawancara dengan Ibu Roma Simanjuntak, 1 september 2015. Universitas Sumatera Utara

4.3 Pendidikan