100
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa harian Mimbar Umum telah menjadi salah satu komponen alat perjuangan di samping
perjuangan dengan menggunakan senjata dan diplomasi. Perjuangan harian Mimbar Umum sangat nyata terlihat dalam mengisi danmempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia
khususnya di wilayah Sumatera Utara. Harian Mimbar Umum diterbitkan dengan latar belakang pentingnya surat kabar republiken saat itu untuk mengimbangi pemberitaan yang dilakukan oleh
pers Belanda.Harian Mimbar Umum terbit pertama kali pada tanggal 6 November 1945oleh Udin Siregar dan Saleh Umar. Kantor redaksinya berada di Jalan Sei Rengas, sekarang Jalan
Madong Lubis sekaligus percetakannya yaitu Percetakan Indonesia milik Udin Siregar. Ketika itu penerbitan surat kabar masih menggunakan mesin tik raksasa yang bernama Intertype.
Namun, usia penerbitan surat kabar Mimbar Umum tidak sampai satu tahun. Tepatnya pada tanggal 21 Juli 1946, surat kabar Mimbar Umum dibredel melalui agresi militer yang dilakukan
oleh Belanda. Sebelumnya, surat kabar Mimbar Umum telah diungsikan ke Tebing Tinggi dikarenakan kondisi di Medan tidak kondusif dan telah dikuasai sepenuhnya oleh pasukan
Belanda. Arif Lubis kembali menerbitkan surat kabar Mimbar Umum pada 6 Desember 1945.
Sebelumnya Arif Lubis adalah pemimpin redaksi surat kabar Suluh Merdeka. Dalam upaya menerbitkan kembali surat kabar Mimbar Umum, Arif Lubis terlebih dahulu harus menemui
Universitas Sumatera Utara
101
kepala pemerintahan Belanda di Medan yaitu Dr. Van de Velde. Pemerintah Belanda mengizinkan Arif Lubis untuk menerbitkan surat kabar dengan syarat tidak boleh memakai kata
“merdeka” sebagai nama surat kabar. Atas pertimbangan tersebut maka dipilih nama Mimbar Umum yang sebelumnya pernah diterbitkan oleh Saleh Umar dan Udin Siregar. Surat kabar
Mimbar Umum inilah yang tetap terbit hingga sekarang. Surat kabar Mimbar Umum berperan penting untuk membentuk opini masyarakat di
Sumatera Utara khususnya di Medan agar tidak terhasut dengan segala bentuk kampanye pasukan Belanda di masa awal kemerdekaan. Arif Lubis selaku pemimpin redaksi surat kabar
Mimbar Umum beberapa kali harus menghadap penguasa Belanda terkait pemberitaannya yang dikhawatirkan mampu membangkitkan nasionalisme bangsa Indonesia. Namun, sekalipun selalu
berada di bawah tekanan pasukan Belanda, surat kabar Mimbar Umum tetap konsisten sebagai barisan terdepan pers perjuangan.
Tahun 1963 hingga 1965 merupakan periode penting dalam sejarah pers Sumatera Utara dimana terjadi dinamika serta gejolak di tubuh Persatuan Wartawan Indonesia PWI. Dalam
periode tersebut, pers terbagi menjadi dua yaitu pers kiri dan pers kanan. Pers kiri adalah surat kabar yang berhaluan komunis. Sedangkan pers kanan adalah surat kabar yang berhaluan
Pancasila termasuk harian Mimbar Umum.Konsep politik Nasakom yang dicetuskan oleh Presiden Soekarno dimanfaatkan oleh PKI sebagai alasan untuk memperoleh kedudukan dalam
pemerintahan dan lembaga lainnya. Tokok pers kiri seperti Tan Fu Kiong, Suhaimi dan Imran Zony berhasil menguasai PWI pada periode tersebut. Imron Zouny terpilih sebagai ketua PWI
cabang Sumatera Utara dan Tan Fu Kiong terpilih segabai sekretaris. Mereka kemudian berusaha menyingkirkan wartawan atau pengurus yang berasal dari pers kanan karena tidak sejalan dengan
tujuan mereka. Wartawan harian Mimbar Umum yang menjadi korban kebijakan tersebut
Universitas Sumatera Utara
102
diantaranya seperti Muhammad T. W. H., Poniman Syahri, Bustamam, Anwar Efendi, Lud Lubis dan lain-lain. Kebijakan ini berlaku juga terhadap wartawan pers kanan lainnya di Indonesia.
Melihat situasi yang semakin memprihatinkan tersebut maka dibentuk sebuah wadah agar perlawanan terhadap pengaruh PKI bisa dilakukan secara kolektif dan tidak bersifat individual.
Wadah tersebut diberi nama Badan Pendukung Soekarnoisme BPS. BPS dibentuk hingga ke tingkat daerah agar koordinasi bisa berjalan dengan baik. Arif Lubis merupakan formatur
berdirinya BPS Sumatera Utara. Yang menjadi anggota BPS adalah surat kabar yang menyatakan sikap anti terhadap PKI dan tidak sejalan dengan visi misi PKI. Dengan dibentuknya
BPS, maka surat kabar BPS secara serentak dan konsisten memberitakan segala bentuk kegiatan pengikut PKI yang sering bertindak diluar etika dan tidak berprikemanusiaan. Kondisi ini jelas
dianggap oleh PKI sebagai ancaman yang berpotensi menghalangi tujuan mereka yaitu mengganti Pancasila menjadi ideologi komunis. PKI kemudian melancarkan tuduah yang berupa
fitnah terhadap BPS. Mereka menuding BPS merupakan sebuah lembaga yang dibiayai oleh badan intelijen Amerika Central Inteligent of America CIA sehingga muncul sebutan lain untuk
BPS yaitu Badan “Pembunuh” Soekarnoisme. Orang-orang PKI memang dikenal mempunyai hubungan yang dekat dengan Presiden Soekarno. Namun, selain itu Presiden Soekarno memang
dikenal sebagai sosok yang anti terhadap segala bentuk neo imperialisme. Atas tuduhan tersebut, pada tanggal 24 Februari 1965 pemerintah membuat keputusan untuk membubarkan BPS dan
mencabut Surat Izin Terbit SIT seluruh surat kabar yang pernah menjadi anggota BPS termasuk harian Mimbar Umum. Dengan ditutupnya harian Mimbar Umum maka seluruh staf
redaksi menjadi menganggur. Mereka sempat dipakai untuk bekerja di belakang layar surat kabar Angkatan Bersenjata Edisi Mandala I. Akan tetapi, hal tersebut diprotes keras oleh PWI
Sumatera Utara. PWI menuduh bahwa tentara secara sengaja ingin melindungi wartawan eks
Universitas Sumatera Utara
103
BPS. Tidak lama kemudian, Arif Lubis dan anggotanya harus angkat kaki dari Kowilhan, kantor redaksi surat kabar redaksi Angkatan Bersenjata Edisi Mandala I. Arif Lubis kemudian
membuka sebuah usaha toko buku yang dinamakan Pustaka Mimbar di Jalan Suprapto No. 3 Q- R Medan. Ia menampung seluruh anggota untuk bekerja sebagai pelayan di toko buku tersebut.
Sambil bekerja di toko buku, para wartawan harian Mimbar Umum tetap aktif menulis berupa artikel, cerpen dan skenario film untuk bisa dikirimkan kepada surat kabar yang terbit saat itu.
Tentunya hal ini dilakukan secara diam-diam untuk menghindari PWI yang telah dikuasai oleh orang-orang PKI.Harian Mimbar Umum baru dapat terbit kembali sekitar akhir Mei 1966.
Wartawan harian Mimbar Umum yang juga pengurus BPS seperti Arif Lubis dinyatakan tidak bersalah oleh Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara atas tuduhan yang dilancarkan oleh PKI. Oleh
sebab itu, harian Mimbar Umum diizinkan untuk terbit kembali hingga sekarang. Usia harian Mimbar Umum telah mencapai 66 tahun. Dalam masa itu juga banyak terjadi
dinamika di dalam internal harian Mimbar Umum baik itu peralihan manajemen, penurunan oplah penjualan dan kantor redaksi yang berpindah-pindah. Dalam hal manajemen, pasca
kepemimpinan Arif Lubis, harian Mimbar Umum dikelola oleh Hasbullah Lubis sejak tahun 1975 hingga tahun 1983. Pada tahun 1983, Hasbullah Lubis meninggal dunia. Kemudian
tanggung jawab tersebut diserahkan kepada anaknya Fauzih Lubis yang berdomisili di Jakarta. Harian Mimbar Umum sempat menjalin kerjasama dengan Surya Pressindo milik Surya Paloh
pada tahun 1989. Namun, pada tahun 1998 kerjasama ini harus berakhir disebabkan perbedaan prinsip antara Fauzih Lubis dan Surya Paloh.
Harian Mimbar Umum beberapa kali pindah kantor redaksi. Pertama kali tahun 1945 dan tahun 1947 kantor redaksinya berada di Jalan Sei Rengas, sekarang Jalan Madong Lubis
sekaligus percetakannya Percetakan Indonesia. Kemudian pada tahun 1959, kantor redaksi harian
Universitas Sumatera Utara
104
Mimbar Umum pindah ke Jalan Sutomo No. P305 dan percetakannya Percetakan Mimbar Medan berada di Jalan Sutomo No. P41 Medan. Kemudian kantor redaksinya pindah ke Jalan Riau No.
79 Medan. Ketika harian Mimbar Umum diserahkan Arif Lubis kepada Hasbullah Lubis, kantornya pindah ke Jalan M. Yakub No. 50 Medan sekaligus percetakannya Percetakan Asmar
milik Hasbullah Lubis. Namun dikarenakan letaknya yang kurang strategis, maka toko buku Asmar milik Hasbullah Lubis yang berada di Jalan M. T. Haryono simpang Jalan Irian Barat
juga dijadikan sebagai kantor untuk memudahkan urusan yang berkaitan dengan pemasangan iklan.
Di masa kepemimpinan Fauzih Lubis ketika bekerja sama dengan Surya Pressindo pada tahun 1989, harian Mimbar Umum berkantor redaksi di Jalan Suprapto No. 6 Medan, simpang
Jalan Multatuli tepatnya di depan restoran Pizza Hut. Kantor tersebut dikontrak dari Jend. M. Panggabean dan sekarang menjadi kantor Mutiara Development. Pada tahun 1994, kantor
redaksi pindah ke Jalan Moh. Yamin No. 41 Medan, sekarang menjadi kantor Metro TV. Dan pada tahun 1998, kerjasama antar kedua perusahaan berakhir maka secara otomatis harian
Mimbar Umum harus pindah kantor dikarenakan kantor sebelumnya merupakan milik Surya Paloh. Harian Mimbar Umum kemudian berkantor redaksi di Jalan Moh. Yamin No. 352 Medan
hingga sekarang. Dulunya kantor ini adalah rumah Hasbullah Lubis.
Universitas Sumatera Utara
105
Gambar 12. Kantor Metro TV biro Sumatera Utara sekarang pernah menjadi kantor
redaksi harian Mimbar Umum tahun 1994-1998 Sumber: Koleksi Pribadi. Selama perjalanannya, oplah harian Mimbar Umum menunjukkan grafik meningkat dan
menurun. Periode tahun 1963 hingga awal tahun 1965 adalah masa kejayaan harian Mimbar Umum dimana oplahnya mencapai di atas 10.000 ribu eksemplar. Jumlah oplah tersebut
membuat harian Mimbar Umum menjadi surat kabar dengan jumlah oplah tertinggi di Sumatera Utara dan besar kemungkinan di Pulau Sumatera. Dari jumlah oplah tersebut dapat dipastikan
harian Mimbar Umum masih menjadi referensi terpercaya oleh masyarakat pembaca. Faktor kualitas percetakan dan permasalahan internal menjadi salah satu faktor yang menyebabkan
menurunnya oplah harian Mimbar Umum. Di tahun 1990, oplah harian Mimbar Umum diketahui hanya sekitar 5000 eksemplar. Jumlah ini terus mengalami penurunan hingga sekarang menjadi
sekitar 2000 eksemplar. Total keseluruhan karyawan saat ini adalah 45 orang. Untuk bisa tetap terbit secara konsisten, harian Mimbar Umum mengoptimalkan pemasangan iklan untuk
memenuhi biaya produksi dan gaji karyawan.
Universitas Sumatera Utara
106
Gambar 13.Kantor redaksi harian Mimbar Umum sekarang. Sumber: Koleksi Pribadi.
Gambar 14.Harian Mimbar Umum edisi Rabu 24 Juni 1970 Sumber: Bapak Ali
Soekardi, Wakil Pemimpin Redaksi Harian Analisa.
Universitas Sumatera Utara
107
5.2. Saran