92
4.3. Peralihan Manajemen Harian Mimbar Umum
Manajemen merupakan unsur yang penting dalam menjalankan sebuah perusahaan. Usia dan  kualitas  sebuah  perusahaan  ditentukan  oleh  manajemen  yang  dijalankan  perusahaan,
khususnya  oleh  pemimpin  perusahaan.  Fungsi  manajemen  yaitu  Planning  Perencanaan, Organizing  Pembagian  Tugas,  Acting  Pelaksaan  Tugas  dan  Controlling    Pengawasan.
63
Harian  Mimbar  Umum  pernah  mengalami  peralihan  atau  perpindahan  manajamen.  Perindahan manajemen  ini  dapat  disederhanakan  sebagai  pergantian  pucuk  pimpinan  dalam  struktur  harian
Mimbar  Umum.  Pertama  kalinya  pergantian  pimpinan  harian  Mimbar  Umum  dilakukan  pada tahun 1975. Sejak tahun 1972, Arif Lubis selaku pemimpin umum, pemimpin redaksi sekaligus
pendiri  harian Mimbar  Umum  mengundurkan diri  dari perusahaan  disebabkan  oleh faktor  usia. Ia  tidak  lagi  menjabat  dalam  susunan  redaksi  dan  kembali  menekuni  usaha  toko  buku  Pustaka
Mimbar. Saat  itu  kondisinya  harian  Mimbar  Umum  sedang  membutuhkan  dana  untuk  membeli
mesin cetak yang lebih modern dan canggih agar mampu mengimbangi pencetakan surat kabar sejumlah  oplah.  Dikarenakan  mesin  cetak  yang  lama  sudah  mengalami  penurunan  dari  segi
kualitas  dan  kecepatannya.  Atas  pertimbangan  ini,  Arif  Lubis  berupaya  agar  harian  Mimbar Umum  diserahkan  kepada  orang  yang  nantinya  dapat  mengatasi  permasalahan  tersebut.  Tanpa
disengaja,  Arif  Lubis  teringat  dengan  Hasbullah  Lubis.  Ia  merupakan  teman  sepengajian  dari keponakannya  sendiri  yaitu  Lud  Lubis.  Hasbullah  Lubis  mempunyai  mesin  percetakan  yang
dapat  dikatakan  sebagai  mesin  cetak  yang  paling  modern  pasa  masanya.  Percetakan  milik Hasbullah Lubis bernama Percetakan Asmar yang terletak di Jalan M. Yakub No. 50 Medan.Arif
Lubis  kemudian  menyerahkan  saham  dan  seluruh  karyawan  harian  Mimbar  Umum  kepada
6363
Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000, hal. 96.
Universitas Sumatera Utara
93
Hasbullah  Lubis  secara  gratis  atau  tanpa  mengharapkan  imbalan  apa-apa.  Ia  hanya  meminta kepada  Hasbullah  Lubis  agar  tidak  memecat  seorang  karyawan  pun  kecuali  karyawan  tersebut
dinilai menganggu kinerja perusahaan. Penyerahan saham sekaligus pergantian pucuk pimpinan ini  dilakukan  di  rumah  Hasbullah  Lubis  Jalan  Moh.  Yamin  No.  352  Medan,  kantor  harian
Mimbar Umum sekarang.
Gambar 10. Lokasi Percetakan Asmar. Sekarang telah menjadi perumahan Serdang
Residence Sumber: Koleksi Pribadi.
Pada  tahun  1979,  kantor  redaksi  harian  Mimbar  Umum  pindah  ke  Percetakan  Asmar. Mesin  percetakan  berada  di  lantai  satu  sedangkan  kantor  redaksinya  berada  di  lantai  dua.
Namun,  dikarenakan  letaknya  yang  kurang  strategis  dan  jauh  dari  pusat  kota  maka  toko  buku Asmar juga dijadikan sebagai kantor harian Mimbar Umum. Toko buku Asmar merupakan milik
Hasbullah  Lubis  yang  terletak  di  Jalan  M.  T.  Haryono,  simpang  Jalan  Irian  Barat  tepat  di seberang gedung Uniland Plaza. Kantor yang di toko buku Asmar dijadikan sebagai kantor untuk
Universitas Sumatera Utara
94
urusan  pemasangan  iklan  dan  tata  usaha  lainnya.  Kantor  ini  buka  mulai  dari  pagi  hingga  sore hari.  Sedangkan  kantor  yang  yang  ada  dipercetakan  lebih  dikhususkan  sebagai  kantor  redaksi
yang  buka  mulai  dari  sore  hingga  malam  hari.  Sejak  masa  kepimpinan  Hasbullah  Lubis  juga halaman harian Mimbar Umum bertambah menjadi 12 halaman.
Kepemimpinan  Hasbullah  Lubis  berlangsung  tidak  cukup  lama  disebabkan  pada  tahun 1983  beliau  meninggal  dunia.  Kemudian  jabatan  pemimpin  umum  diserahkan  kepada  anaknya
yaitu Fauzih Lubis.Oleh karena Fauzih Lubis berdomisili di Jakarta maka ia menugaskan sebuah tim manajemen untuk dikirimkan ke Medan. Tujuannya untuk mengurus dan membenahi segala
kekurangan di dalam harian Mimbar Umum, baik permasalahan teknis atau menyangkut tentang sumber daya manusianya.Salah satu anggota dari tim manajemen ini adalah Rita Tobing, mantan
kepala  Televisi  Republik  Indonesia  TVRI  pusat.  Besar  kemungkinan  kebijakan  ini  dibuat karena faktor rasa krisis kepercayaan Fauzih Lubis yang berada di Jakarta terhadap staf redaksi
yang  ada  di  Medan.  Setibanya  tim  manajemen  yang  ditugaskan  oleh  Fauzih  Lubis  di  Medan, mereka  langsung  mengambil  alih  kepengurusan  perusahaan.  Hal  ini  menyebabkan  seluruh  staf
harian  Mimbar  Umum  sebelumnya  turun  posisi  menjadi  karyawan  dan  wartawan  biasa.  Lud Lubis  sebelumnya  telah  menjabat  sebagai  pemimpin  redaksi  tetapi  sejak  diambil  alih  oleh  tim
manajemen posisi Lud Lubis turun menjadi kepala sumber daya manusia dan penanggung jawab percetakan. Namun, dalam susunan redaksi yang tertera pada kolom surat kabar tidak ada terjadi
perubahan. Perubahan hanya bersifat di lingkup internal saja. Pada  tahun  1989,  Fauzih  Lubis  mengadakan  joint  venture  atau  kerjasama  dengan
perusahaan milik Surya Paloh yaitu Surya Pressindo.Dengan bergabungnya kedua perusahaan ini maka terjadi perubahan susunan kepemimpinan perusahaan yaitu Fauzih Lubis sebagai komisaris
utama  sedangkan  Surya  Paloh  sebagai  Direktur  Utama.  Sejak  saat  itu,  harian  Mimbar  Umum
Universitas Sumatera Utara
95
berkantor  di  Jalan  Letjend.  Suprapto  No.  6  Medan,  seberang  restoran  cepat  saji  Pizza  Hut, sekarang menjadi kantor Mutiara Development. Kantor tersebut dikontrak dari pemiliknya yaitu
Jenderal M. Panggabean,mantan panglima ABRI. Kantor redaksi harian Mimbar Umum menjadi kantor  surat  kabar  yang  paling  mewah  saat  itu.  Namun,  dikarenakan  harga  kontraknya  yang
cukup mahal maka pada tahun 1994 harian Mimbar Umum pindah kantor ke Jalan Moh. Yamin No.  41  Medan,  sekarang  kantor  Metro  TV.  Ketika  kerja  sama  perusahaan  antara  Fauzih  Lubis
dan  Surya  Paloh  resmi  berjalan  maka  diadakan  penyeleksian  ulang  terhadap  seluruh  karyawan harian  Mimbar  Umum  dan  seluruh  karyawan  surat  kabar  milik  Surya  Paloh  yaitu  Media
Indonesia.Namun,  tidak  dibatasi  apabila  wartawan  atau  karyawan  dari  penerbitan  lainnya  yang berminat untuk mengikuti seleksi.
Gambar 11. Harian Mimbar Umum yang bekerja sama dengan Surya Pressindo mengontrak
sebuah rumah milik Jend. M. Panggabean untuk dijadikan sebagai kantor redaksi serta menjadikannya sebagai kantor redaksi surat kabar yang paling mewah saat itu. Sumber: Koleksi
Pribadi.
Universitas Sumatera Utara
96
Pada  saat  hari  dibukanya  pendaftaran,  jumlah  pendaftar  mencapai  ratusan  orang  yang terdiri  dari  karyawan  harian  Mimbar  Umum,  Media  Indonesia  dan  surat  kabar  lainnya  seperti
dari  harian  Waspada.  Salah  satu  alasannya  adalah  tawaran  gaji  yang  tinggi  pasa  saat  itu. Diketahui  gaji  seorang  wartawan  mencapai  Rp.  1.000.000.  Kemudian  dilakukan  seleksi  berkas
terhadap  formulir  pendaftaran  yang  masuk  ke  panitia  seleksi  dan  yang  dinyatakan  lulus  berkas berjumlah  70  orang.  Total  70  orang  inilah  yang  kemudian  mengikuti  tahap  seleksi
selanjutnya.Proses  penyeleksian  tersebut  berlangsung  selama  dua  hari.  Termasuk  di  dalamnya ujian  tertulis,  psikotest  dan  wawancara.  Dari  total  70  orang  yang  mengikuti  ujian  tertulis  dan
wawancara maka yang dinyatakan lulus berjumlah 50 orang.Jumlah ini yang nantinya ditetapkan sebagai karyawan tetap di perusahaan.Sebelum dilakukan penyeleksian terhadap karyawan biasa,
terlebih  dahulu  telah  dilakukan  proses  penyeleksian  kepada  karyawan  menengah  ke  atas  dan pimpinan.  Dalam proses  penyeleksian terhadap pimpinan  ini, Muhammad  T.  W. H.  dinyatakan
tidak  lulus.  Sedangkan  Muhammad  Lud  Lubis  dinyatakan  lulus  dan  menjabat  sebagai  wakil pemimpin  redaksi.  Pendapatan  beliau  saat  itu  mencapai  Rp.  1.800.000  per  bulan  ditambah
dengan fasilitas dan tunjangan. Kerjasama  antara  harian  Mimbar  Umum  dengan  Surya  Pressindo  berakhir  pada  tahun
1998.  Faktor  utama  penyebab  berakhirnya  kerjasama  ini  adalah  perbedaan  prinsip  pucuk pimpinan  kedua  perusahaan  yang  sangat  bertolak  belakang.  Surya  Paloh  cenderung  lebih
mengarah ke arah politik. Sedangkan Fauzih Lubis lebih cenderung ke arah bisnis. Oleh karena tidak  ada  kesamaan  visi  dan  misi  maka  disepakati  untuk  mengakhiri  kerjasama  yang  telah
berjalan  selama  9  tahun.  Dengan  berakhirnya  kerjasama  tersebut  maka  harian  Mimbar  Umum pindah kantor ke Jalan Moh. Yamin No. 352 Medan, bekas rumah Hasbullah Lubis dan menjadi
kantor  tetap  hingga  sekarang.  Sejak  tahun  1975  hingga  tahun  1998,  harian  Mimbar  Umum
Universitas Sumatera Utara
97
mencetak surat kabar di Percetakan Asmar. Tahun selanjutnya hingga sekarang, harian Mimbar Umum  mencetak  surat  kabar  di  Percetakan  Bali  Scan  yang  terletak  di  Jalan  Krakatau  simpang
Jalan Bilal.
4.4.  Faktor  Kualitas  Mesin  Cetak  Yang  Semakin  Menurun  dan  Munculnya  Surat  Kabar Baru di Medan
Mesin  cetak  merupakan  salah  satu  unsur  yang  sangat  penting  di  dalam  perusahaan penerbitan surat kabar. Sekalipun isi berita dari surat kabar tersebut menarik namun apabila tidak
diimbangi  oleh  kualitas  cetak  yang  baik  maka  dipastikan  faktor  tersebut  akan  mempengaruhi minat  beli  masyarakat  pembaca  terhadap  surat  kabar  tersebut.Keadaan  seperti  ini  dapat
menyebabkan  turunnya  oplah  sebuah  surat  kabar.  Dan  untuk  menarik  minat  serta  kepercayaan masyarakat  pembaca  untuk  kembali  lagi  merupakan  bukan  pekerjaan  yang  mudah.Oleh  karena
itu, isi berita dan kualitas cetak sebuah surat kabar harus berjalan seimbang. Sebelum masa kepemimpinan Hasbullah Lubis, harian Mimbar Umum pernah mengalami
masa  dimana  kondisi  mesin  cetak  mereka  telah  menurun  kualitasnya  dan  beberapa  kali mengalami  kerusakan  di  tengah  proses  pencetakan  surat  kabar.  Mesin  cetak  yang  ada  saat  itu
tidak mampu mengimbangi jumlah oplah harian Mimbar Umum. Hal ini dapat dimaklumi karena mesin  cetak  yang  bermerk  Kubau  tersebut  merupakan  mesin  cetak  yang  dibeli  dari  Bandung.
Mesin  cetak  tersebut  dibeli  setengah  pakai  dari  surat  kabar  Pikiran  Rakyat  yang  terbit  di Bandung. Arif Lubis selaku pemimpin perusahaan mengerti akan hal ini. Ia pun segera berupaya
mencari solusi agar dapat membeli mesin cetak yang baru. Arif Lubis kemudian berencana membeli mesin cetak buatan Jerman merk Webb Offset.
Agen  resmi  perusahaan  mesin  cetak  milik  Jerman  tersebut  adalah  PT.  Kahartiawan,  dulunya
Universitas Sumatera Utara
98
terletak  di  Jalan  Bukit  Barisan  Dalam,  di  depan  Lapangan  Merdeka  dan  di  sebelah  Bank  BCA sekarang.  Arif  Lubis  ingin  membeli  mesin  cetak  tersebut  secara  kredit  melalui  Bank
Pembangunan Indonesia Bapindo untuk diteruskan ke pihak agen resmi. Pada awalnya segala urusan  antara  Arif  Lubis  dan  pihak  Bapinda  berjalan  dengan  lancer.  Namun,  beberapa  jam
sebelum  penandatanganan  surat  persetujuan,  Arif  Lubis  membatalkannya.  Diketahui  pihak Bapindo meminta bagian atau persenan diluar biaya administrasi kepada Arif Lubis. Arif Lubis
yang dikenal sebagai seorang idealis dan jujur dalam bekerja langsung membatalkan pengajuan pembelian  mesin  cetak  tersebut.  Mesin  cetak  tersebut  akhirnya  dibeli  oleh  harian  Waspada.
Dapat  disimpulkan  harian  Waspada  bersedia  persyaratan  yang  ditawarkan  oleh  pihak  Bapindo termasuk  persenan  diluar  biaya  administrasi.  Pada  akhirnya  harian  Mimbar  Umum  tetap
menggunakan  mesin  cetak  Kubau  hingga  tahun  1975.  Pada  tahun  1975,  Arif  Lubis  telah menyerahkan seluruh saham dan karyawan harian Mimbar Umum kepada Hasbullah Lubis yang
memiliki mesin cetak Percetakan Asmar. Dengan  mesin  cetak  Kubau  yang  kualitasnya  mulai  menurun,  harian  Mimbar  Umum
tetap  melanjutkan  penerbitannya  secara  rutin.  Namun,  kualitas  hasil  cetaknya  kurang memuaskan. Dikatakan kurang memuaskan karena hasil cetakannya kurang terang atau kabur. Di
samping  itu,  harian  Mimbar  Umum  juga  mengalami  keterlembatan  cetak  dikarenakan  mesin cetak Kubau tidak mampu mengimbangi jumlah oplah. Alhasil, ketika surat kabar lainnya telah
beredar  pada  pagi  hari,  harian  Mimbar  Umum  masih  melanjutkan  pencetakan  surat  kabar  dan disebarkan  saat  hari  mulai  siang.  Hal  ini  merupakan  salah  satu  faktor  yang  menyebabkan
menurunnya oplah harian Mimbar Umum di Sumatera Utara, khususnya di Medan. Faktor lainnya  yang  dinilai  sebagai penyebab  menurunnya  jumlah  oplah harian Mimbar
Umum  yaitu  terbitnya  beberapa  surat  kabar  baru  di  Medan.  Surat  kabar  tersebut  terbit  dengan
Universitas Sumatera Utara
99
penyajian berita yang lebih menarik serta didukung oleh sarana dan prasarana yang mendukung. Hingga pada akhir tahun 1975, beberapa penerbitan surat kabar yang ada di Medan adalah harian
Analisa, harian Waspada, harian Sinar Indonesia Baru, harian Sinar Pembangunan, harian Bintan Indonesia,  harian  Angkatan  Bersenjata  Edisi  Mandala  I,  harian  Bukit  Barisan,  harian  Sumatera
Karya, mingguan Aneka Minggu, mingguan Bintang Sport  Film dan mingguan Taruna Baru. Dengan semakin bertambahnya jumlah penerbitan surat kabar di Medan maka persaingan bisnis
pun  semakin  ketat.  Dapat  disimpulkan,  harian  Mimbar  Umum  tidak  mampu  bersaing  dengan penerbitan  yang  ada  saat  itu  karena  kurang  didukung  dengan  sarana  dan  prasarana  yang
memadai.
Universitas Sumatera Utara
100
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan