48
2.5. Berdirinya Harian Mimbar Umum di Medan
Setelah Jepang menyatakan menyerah terhadap Sekutu, pihak Sekutu kemudian menugaskan tentara Inggris untuk segera menduduki kota Medan. Tujuan utamanya untuk
mengawasi pergerakan balatentara Jepang dan mengurus pemulangannya. Di kota Medan, tentara Sekutu yang pertama datang adalah Brigade dari The-26-th Indian Division pada tanggal
9 Oktober 1945 yang dipimpin oleh Brigadir T. E. D. Kelly.
35
Di antara rombongan tentara Inggris yang tiba di Medan diketahui ikut serta juga tokoh-tokoh dari NICA Netherland Indies
Civil Administration dan sekitar satu pleton serdadu Belanda. Dalam perjalanan menuju Medan, rombongan Sekutu mendapat serangan dari laskar rakyat yang memang bertugas untuk menjaga
jalan raya Medan-Belawan. Laskar ini merupakan Laskar Rakyat Napindo yang dipimpin oleh Bejo. Serangan yang dilakukan oleh Napindo hanya mampu memperlambat pergerakan
rombongan Sekutu. Melihat adanya penyusupan pejabat sipil dan pasukan Belanda ini menimbulkan kuat dugaan bahwa Belanda ingin kembali menjadi penguasa di kota Medan.
Kedatangan mereka dengan cara berbaur dengan pasukan Sekutu diyakini sebagai sebuah strategi untuk mengelabui masyarakat, terlebih para tokoh pers dan para pejuang. Sekutu juga
membentuk barisan pengawal yang terdiri dari para pemuda etnis Tionghoa bernama Poh An Tui. Pemimpinnya bernama Lim Seng yang merupakan salah satu tokoh dari surat kabar
Tionghoa yaitu New China Times. Awalnya barisan ini dibentuk untuk sekedar melindungi dan menjamin keamanan masyarakat Tionghoa yang ada di Medan. Namun, belakangan oleh Sekutu
difungsikan sebagai pasukan untuk melakukan perlawanan langsung terhadap laskar rakyat dan
Tentara Keamanan Rakyat TKR.
35
Sjahnan, R., Dari Medan Area Ke Pedalaman Dan Kembali Ke Kota Medan, Medan: Dinas Sejarah Kodam- IIBB, 1982, hal. 17.
Universitas Sumatera Utara
49
Di tengah kesibukan pemerintah Sumatera dalam upaya pembenahan infrastruktur, instansi dan kantor-kantor yang dianggap vital, konsentrasi pemerintahan Sumatera kembali
terpecah oleh bentuk kampanye dan propaganda yang dilancarkan oleh Belanda. Dalam hal ini Belanda mengklaim bahwa Indonesia telah kembali menjadi wilayah jajahannya. Untuk
mencegah agar masyarakat tidak terpengaruh, para pemuda mengambil inisiatif dengan cara memanfaatkan surat kabar yang ada sebagai alat perlawanan terhadap kampanye Belanda. Selain
mengisinya dengan berita yang secara tegas menentang kedatangan Belanda yang diboncengi Sekutu, surat kabar yang terbit juga diisi dengan gambar-gambar karikatur yang bersifat sindirian
terhadap pihak Belanda dan Sekutu. Adanya surat kabar Suluh Merdeka, Pewarta Deli dan beberapa surat kabar republiken
lainnya dianggap belum cukup untuk melawan terhadap pengaruh Sekutu dan Belanda. Selain memiliki pasukan yang memiliki persenjataan lebih lengkap, penguasa Belanda juga tidak mau
kalah dalam hal surat kabar. Penguasa Belanda yang ada di Medan menerbitkan surat kabar yang bernama Naas Blad Voor Sumatera.
36
Surat kabar ini diterbitkan memang bertujuan untuk menandingi surat kabar republiken yang terbit saat itu. Dengan surat kabar ini, penguasa Belanda
semakin leluasa untuk memlancarkan segala bentuk propagandanya. Oleh karena situasi politik yang masih kacau dan status pemerintahan yang masih rapuh, membuat kerajaan-kerajaan dan
negara bagian yang pernah ada pada masa pendudukan Belanda mengambil sikap protektif terhadap diri sendiri dengan membentuk laskar sebagai barisan pertahanan dan bersikap terbuka
atas kedatangan pasukan Belanda. Sebagai contoh, Negara Sumatera Timur mempunyai dua surat kabar yaitu Neraca dan Kelewang. Kedua surat kabar ini menyatakan dukungannya agar
Belanda dapat kembali menjadi penguasa di Indonesia. Dari uraian di atas dapat digambarkan
36
Hasil wawancara dengan Bapak Muhammad T. W. H., wartawan senior harian Mimbar Umum pada tanggal 11 Agustus 2011.
Universitas Sumatera Utara
50
bahwa perlawanan terhadap bangsa asing tidak hanya dilakukan dengan cara menggunakan senjata dan diplomasi, tetapi juga melalui pers.
Merasa perlu menambah surat kabar yang membawa suara perjuangan, maka pada 6 November 1945 Saleh Umar menerbitkan surat kabar yang bernama Mimbar Umum.
37
Saleh Umar adalah seorang seniman dan juga orang yang aktif dalam pemerintahan. Saleh Umar juga
yang memberi nama Mimbar Umum sebagai nama surat kabar. Mimbar Umum dicetak di Percetakan Indonesia di Jalan Sei Rengas, sekarang Jalan Madong Lubis tepatnya di dekat Pasar
Gajah. Kantor percetakan ini merangkap sebagai kantor redaksi sekaligus menjadi kantor pertama surat kabar Mimbar Umum. Mesin percetakan tersebut milik Udin Siregar. Pada masa
itu mesin cetak lebih dikenal sebagai mesin tik raksasa yang bernama Intertype. Mesin intertype Percetakan Indonesia bermerk Lindetevez dan mesin cetaknya bermerk Kubau.
38
Mesin cetak ini didatangkan dari Bandung. Sebelumnya mesin cetak Kubau digunakan untuk mencetak surat
kabar Pikiran Rakyat.Bentuk fisik mesin intertype digambarkan memiliki tinggi sekitar dua meter dan mempunyai lebar yang hampir sama dengan tingginya. Mesin cetak intertype dapat
dibongkar pasang dan dapat dioperasikan oleh satu orang saja. Sistem kerja mesin ini terlebih dahulu memasak timah dengan cara memanaskannya. Proses pemasakan timah terletak di
sebelah kanan mesin. Kemudian timah yang telah cair tersebut dicetak ke dalam susunan huruf dan angka yang telah dipersiapkan. Hasil cetakan ini dinamakan dengan regel. Regel-regel
tersebut yang nantinya akan disusun menjadi kolom-kolom pada surat kabar. Setelah kolom- kolom tersusun, isi berita dikoreksi terlebih dahulu.Setelah isi berita dianggap telah benar dan
37
Hasil wawancara dengan Bapak Muhammad T. W. H., wartawan senior harian Mimbar Umum pada tanggal 11 Agustus 2011.
38
Hasil wawancara dengan Bapak Muhammad Lud Lubis, staf ahli harian Mimbar Umum pada tanggal 1 April 2011.
Universitas Sumatera Utara
51
tidak ada lagi kesalahan penulisan kemudian dicetak di atas kertas dan menjadi surat kabar. Sistem percetakannya adalah letterpress.
Gambar 3. Mesin tik raksasa yang dikenal dengan nama Intertype Sumber:
“Perjuangan Tiga Komponen Untuk Kemerdekaan”.
Surat kabar Mimbar Umum pertama kali terbit masih dalam bentuk empat halaman. Halaman satu bersambung ke halaman empat, sedangkan halaman dua bersambung ke halaman
tiga. Halaman satu dan halaman empat dikerjakan mulai dari pukul lima sore sedangkan halaman dua dan halaman tiga dikerjakan mulai dari pukul delapan pagi besok harinya. Kertas yang
digunakan yang digunakan adalah kertas yang ukurannya hanya sebesar kertas folio sekarang dan secara umum semua surat kabar yang terbit pada masa itu mempunyai ukuran yang sama.
Tidak diketahui secara pasti jumlah eksemplar yang dicetak oleh Percetakan Indonesia pada masa awal-awal penerbitan Mimbar Umum. Demikian juga dengan harga per eksemplar surat
kabar Mimbar Umum tidak diketahui secara pasti. Namun, diperkirakan harga surat kabar Mimbar Umum per eksemplarnya masih dalam hitungan sen mata uang Belanda. Sistem
pemasaran pada masa itu dilakukan dengan cara berkeliling jalan pusat kota atau ngetem di titik keramaian kota Medan. Alat transportasi yang digunakan adalah sepeda. Tidak butuh waktu lama
Universitas Sumatera Utara
52
untuk menjual habis seluruh surat kabar yang beredar. Hal ini dikarenakan informasi seperti telah menjadi kebutuhan pokok dalam lingkungan masyarakat.
Awal penerbitannya, susunan redaksi surat kabar Mimbar Umum sebagai berikut, direksi diisi oleh Udin Siregar, Saleh Umar dan Imballo Siregar, pemimpin redaksi dipegang oleh Abdul
Wahab Siregar dan H. Alim dan Abdul Manan Karim bertanggungjawab sebagai redaktur pelaksana.
39
Pada masa itu sistem peliputan atau pengumpulan berita surat kabar diperoleh dari beberapa sumber. Pertama, berita diperoleh dari juru warta. Juru warta tersebar di setiap titik
penting kota Medan bahkan di daerah luar kota Medan. Pada masa itu juru warta tidak terikat kepada satu surat kabar saja. Juru warta boleh memberikan berita kepada lebih dari satu surat
kabar karena tujuan utamanya adalah berita harus berhasil diterbitkan. Berita yang telah dikumpulkan oleh juru warta nantinya dikirim melalui pos, kurir-kurir berita dan mobil
pengantar berita. Topik berita yang diperoleh dari juru warta biasanya menentukan melalui apa berita tersebut dikirim. Yang dimaksud dengan kurir-kurir berita adalah anak-anak yang
ditugaskan oleh juru warta untuk menyampaikan berita kepada redaksi surat kabar Mimbar Umum dan memperoleh upah yang secukupnya. Para juru warta menggunakan tenaga anak-anak
sebagai jasa pengiriman karena anak-anak mampu mengelabui dan lebih mudah untuk masuk ke wilayah yang dijaga ketat oleh pasukan Belanda. Saat itu kantor-kantor percetakan dan surat
kabar sering dikunjungi secara mendadak oleh pasukan Belanda. Oleh sebab itu, sangat kecil kemungkinan apabila juru warta yang langsung mengantarkan berita untuk diterbitkan.
Sedangkan yang dimaksud sebagai mobil pengantar berita yaitu mobil-mobil yang membawa barang dagangan atau hasil bumi yang hendak masuk ke wilayah kota Medan lalu oleh juru
warta dititipkan berita agar disampaikan kepada redaksi Mimbar Umum. Walaupun surat kabar
39
Hasil wawancara dengan Bapak Muhammad T. W. H., wartawan senior harian Mimbar Umum pada tanggal 11 Agustus 2011.
Universitas Sumatera Utara
53
Mimbar Umum dicetak dan diterbitkan di Medan, tetapi komposisi beritanya juga ada yang membahas tentang keadaan daerah-daerah di luar kota Medan. Selain untuk memberikan
informasi tentang keadaan Sumatera Utara secara keseluruhan, hal ini juga dianggap mampu meningkatkan daya beli masyarakat terhadap surat kabar, khususnya surat kabar Mimbar Umum.
Kedua, berita diperoleh dari stasiun radio. Sejak berakhirnya masa pendudukan Jepang, stasiun radio yang sebelumnya dikuasai oleh Jepang difungsikan kembali untuk memperoleh berita dari
luar daerah bahkan dari luar negeri. Akan tetapi stasiun radio tersebut dioperasikan secara tersembunyi agar tidak diketahui oleh pihak Sekutu dan Belanda. Ketiga, berita diperoleh dari
surat kabar dari Pulau Jawa. Surat kabar yang terbit dan beredar di Pulau Jawa ini biasanya dibawa oleh para pedagang yang masuk ke Medan. Dari sini akan diperoleh berita yang
memberikan informasi tentang perkembangan situasi politik di Pulau Jawa. Saat itu, biaya kertas dan biaya cetak mampu ditutupi dari pemasangan iklan yang dimuat. Iklan merupakan tulang
punggung sebuah surat kabar.
2.6. Pasukan Belanda Membriedel Kantor Harian Mimbar Umum di Tebing Tinggi