45
Pemuda di Jalan Fujidori No. 6, sekarang Jalan Imam Bonjol, tepatnya di lokasi berdirinya Hotel Dirga Surya.
Rapat ini menghasilkan keputusan dibentuknya sebuah gerakan pemuda yang dinamakan dengan Barisan Pemuda Indonesia atau disingkat dengan BPI. Gerakan ini bertujuan untuk
membantu Mr. T. M. Hasan dalam merealisasikan pengumuman teks proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia di Medan serta turut berjuang untuk merebut kemerdekaan yang seutuhnya.
Dalam rapat tersebut juga telah ditetapkan juga orang-orang yang akan mengisikepengurusan BPI. Ahmad Tahir terpilih menjadi ketua I dan posisi ketua umum dipercayakan kepada Sugondo
Kartoprodjo. Beliau merupakan pimpinan sekaligus tenaga pendidik sekolah Taman Siswa. Dalam susunan kepengurusan, ada tertera nama Syamsuddin Manan dan Irawan Pandu.
Keduanya merupakan wartawan surat kabar Mimbar Umum. Mereka bergabung dengan surat kabar Mimbar Umum ketika Mimbar Umum diungsikan ke Tebing Tinggi yaitu saat Mimbar
Umum dipimpin oleh Arif Lubis.
33
2.4. Gambaran Umum Penerbitan Surat Kabar Pasca Kemerdekaan Republik Indonesia di Medan
Sumatera Baru merupakan satu-satunya surat kabar yang terbit pada saat itu. Sebelumnya Sumatera Baru bernama Kita Sumatora Sinbun. Para pemuda di bawah koordinasi BPI bergerak
cepat untuk merebut kantor dan gedung pemerintahan yang sebelumnya dikuasai oleh tentara Jepang. Para pemuda juga berhasil menguasai mesin percetakan dari tangan pihak Jepang dan
mengganti nama surat kabarnya. Mesin percetakan yang berhasil direbut kembali oleh para pemuda adalah mesin milik Belanda yaitu Percetakan Varekamp, Percetakan Syarikat Tapanuli
yang berada di Jalan Mesjid milik A. Rahmad Nasution dan Percetakan Indonesia yang berada di
33
Hasil wawancara dengan Bapak Muhammad T. W. H., wartawan senior harian Mimbar Umum pada tanggal 11 Agustus 2011.
Universitas Sumatera Utara
46
Jalan Sei Rengas, sekarang Jalan Madong Lubis milik Udin Siregar. Khusus untuk Percetakan Varekamp, ketika Jepang mengambil alih kekuasaan, namanya sempat diganti menjadi
Percetakan Sriganda. Letaknya di kawasan Kesawan atau Jalan Ahmad Yani, tepatnya lokasi Bank Bumi Jaya sekarang. Surat kabar Sumatera Baru dicetak oleh Percetakan Sriganda,
Percetakan Syarikat Tapanuli mencetak surat kabar Pewarta Deli dan Percetakan Indonesia mencetak surat kabar Mimbar Umum. Surat kabar yang terbit pada saat itu digunakan oleh para
pemuda dan para pejuang pers sebagai alat untuk menentang segala bentuk kampanye yang terus dilakukan oleh Belanda. Jelas sekali Belanda ingin kembali menjadikan kota Medan sebagai
daerah jajahannya.
Gambar 2. Barisan Pemuda Indonesia berhasil merebut kembali mesin percetakan dari pihak
Jepang salah satunya Percetakan Sjarikat Tapanuli. Sumber: Koleksi Pribadi. Pada masa pasca kemerdekaan, pemerintahan Sumatera mulai melakukan persiapan dan
perbaikan dalam segala bidang agar roda pemerintahan dapat berjalan normal dan efektif. Pulau Sumatera dibagi menjadi beberapa wilayah residen dan pemerintah mengambil alih kantor
pemerintahan, kantor kepolisian, perusahaan listrik, perusahaan air minum, perusahaan kereta api
Universitas Sumatera Utara
47
dan kantor-kantor penting lainnya dari pihak Jepang. Ada yang diserahkan oleh pihak Jepang dengan sukarela namun ada juga kantor-kantor yang direbut dengan menggunakan sedikit
tindakan pemaksaan agar pihak Jepang mau menyerahkannya kepada pemerintahan Sumatera. Ada satu kantor yang gagal direbut oleh pemuda dari pihak Jepang yaitu kantor walikota. Untuk
menghindarkan jatuhnya korban, akhirnya para pemuda mengalah dan membuat kantor walikota sementara di Jalan Istana, sekarang Jalan Pemuda. Para pegawai dan berkas-berkas yang
dianggap penting dipindahkan semuanya ke kantor walikota sementara. Pemerintah sadar bahwa mereka membutuhkan surat kabar sebagai media informasi
kepada masyarakat. Karena pada saat itu hanya ada satu surat kabar, maka Sumatera Baru dijadikan sebagai surat kabar resmi milik pemerintah. Nama Sumatera Baru resmi berganti nama
menjadi Suluh Merdeka pada 4 Oktober 1945, bertepatan dengan pengumuman teks proklamasi di Lapangan Furukaido Medan.
34
Kemudian setelah peristiwa tersebut menyusul terbit beberapa surat kabar yang turut berjuang dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia yaitu
Pewarta Deli yang dipimpin oleh Moh. Said dan Amarullah O. Lubis, Buruh Berjuang, Islam Berjuang dan Mimbar Umum yang dipimpin oleh Saleh Umar, Abdul Wahab Siregar dan Udin
Siregar. Perlu diketahui, Pewarta Deli yang terbit pada masa pasca kemerdekaan didirikan oleh Moh. Said berbeda dengan Pewarta Deli yang pernah terbit sebelumnya. Surat kabar Suluh
Merdeka dikelola oleh Arif Lubis bersama dengan Yahya Yakub, seorang tokoh pers yang sebelumnya sempat menjadi wartawan Pewarta Deli. Pada masa awal penerbitannya, Suluh
Merdeka memuat berita tentang pengangkatan gubernur, pembagian wilayah Sumatera menjadi 10 residen dan pengambil alihan pemerintahan dari tangan Jepang
34
Hasil wawancara dengan Bapak Muhammad T. W. H., wartawan senior harian Mimbar Umum pada tanggal 11 Agustus 2011.
Universitas Sumatera Utara
48
2.5. Berdirinya Harian Mimbar Umum di Medan