Pemberangusan surat kabar pro PKI di Medan

82 Gambar 9. Dulunya bangunan di atas merupakan lokasi toko buku Pustaka Mimbar milik Arif Lubis Sumber: Koleksi Pribadi.

3.4. Pemberangusan surat kabar pro PKI di Medan

Peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret atau lebih dikenal dengan Supersemar menjadi titik balik bagi kedudukan PKI di Indonesia. Sebelumnya PKI selalu merasa di atas angin pada masa rezim pemerintahan Presiden Soekarno sekalipun pada peristiwa Gerakan 30 September tahun 1965, PKI dianggap sebagai dalang utama di balik peristiwa pembunuhan terhadap tujuh orang tentara yang terdiri dari perwira tinggi, perwira menengah dan bintara di tubuh Angkatan Darat. Terlepas dari latar belakangnya yang kontroversi, Supersemar menjadi sebuah legitimasi yang digunakan oleh MenteriPANGAD Letjend. Soeharto untuk membubarkan PKI, organisasi- organisasi serta surat kabar yang berhaluan komunis di Indonesia. Tidak sampai hitungan 24 jam sejak dikeluarkannya Supersemar secara resmi, PKI berhasil dibubarkan oleh Soeharto. Kabar ini pada hari itu juga tersebar sampai ke Medan dan beberapa daerah-daerah di Indonesia melalui siaran radio. Universitas Sumatera Utara 83 Begitu informasi tersebut tersiar dari stasiun radio, situasi di Medan saat itu menjadi kacau dan tidak terkendali. Kekacauan tidak hanya terjadi di lingkungan politik, tetapi di lingkungan masyarakat sipil juga secara spontanitas terjadi komando liar yang berujung kepada penyerangan dan pembantaian massal terhadap orang-orang PKI di Kampung Kolam. Perlu diketahui, Kampung Kolam merupakan basis PKI di Medan. Pergerakan ini didominasi oleh organisasi dari golongan kepemudaan misalnya seperti Pemuda Pancasila. Situasi yang tidak terkendali ini kemudian sering disalahgunakan oleh kelompok atau individu yang tidak bertanggung jawab dengan cara menuduh orang yang tidak ia senangi sebagai pengikut PKI sehingga orang tersebut pun tidak luput dari sasaran amuk massa yang anti terhadap PKI. Masyarakat sipil kebanyakan menjadi tidak berani untuk bertegur sapa dengan orang-orang PKI karena takut diduga sebagai pengikut PKI juga. Selain itu, banyak terjadi penculikan pada malam hari terhadap pengkikut PKI namun tidak diketahui kabar selanjutnya secara pasti. Diduga orang-orang PKI tersebut dibuang ke Sungai Ular. Sebahagian dari mereka ditangkap oleh polisi atau tentara. Kemudian mereka ditahan di asrama polisi di Tanjung Kaso, menuju arah Kisaran. 56 Saat itu orang-orang pengikut PKI diklasifikasikan menjadi tiga golongan. Golongan A ditahan kemudian diadili di Mahmilub Mahkamah Militer Luar Biasa. Kebanyakan mereka yang dari golongan A mendapatkan vonis mati dari pengadilan. Golongan B ditahan kemudian dibuang ke Pulau Buruh untuk dipekerjakan secara paksa. Tetapi pada akhirnya mereka dibebaskan. Golongan C hanya ditahan dalam kurun waktu yang tidak pasti kemudian dibebaskan. Tan Fu Kiong dan Imron Zouny yang berhasil ditangkap oleh polisi masuk dalam golongan A. Sementara Suhaimi tidak berhasil ditangkap karena saat itu ia sedang berada di Peking dalam rangka menghadiri perayaan hari ulang tahun Republik Rakyat Tiongkok RRT. 56 Wawancara dengan Bapak Mumammad Lud Lubis, staf ahli harian Mimbar Umum pada tanggal 6 Desember 2012. Universitas Sumatera Utara 84 Kabar selanjutnya diketahui Suhaimi tidak berani kembali ke Medan dan memilih menetap di Peking karena mendengar kabar bahwa PKI telah dibubarkan dan para pengikutnya telah ditahan. Sejalan dengan itu, pada tanggal 8 Oktober 1965 dikeluarkan keputusan yang isinya terhitung tanggal 7 Oktober 1965 seluruh surat kabar PKI tidak dibenarkan untuk terbit. Maka surat kabar PKI yang ada di Medan seluruhnya dihentikan penerbitannya, seperti harian Harapan, Bendera Revolusi, Obor Revolusi, Gotong Royong dan mingguan Turang. Universitas Sumatera Utara 85 BAB IV MEROSOTNYA HARIAN MIMBAR UMUM DI MEDAN

4.1. Harian Mimbar Umum Terbit Kembali Pada Masa Awal Orde Baru