Madu Objek Dakwah Metode Dakwah

3. Hubungan kuat dengan Allah Swt, yaitu keterkaitan dai kepada Allah dan sikap tawakal hanya kepada-Nya, karena kayakinannya bahwa Allah Maha Esa dalam penciptaan Alam Semesta, Pemeliharaan, Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

b. Madu Objek Dakwah

Madu secara Etimologis berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata Da’a Yad’u yang merupakan bentuk isim maful yang artinya orang yang diajak, atau dikenakan perbuatan dakwah. Secara terminologis Madu adalah objek dan sekaligus subjek yaitu seluruh manusia tanpa terkecuali. 10 Siapapun mereka, laki- laki maupun perempuan, tua maupun muda, seorang bayi yang baru lahir ataupun orang tua menjelang ajalnya, semua adalah madu dalam dakwah Islam. Dakwah tidak hanya ditujukan kepada orang Islam, tetapi juga kepada orang-orang diluar Islam. Intinya dakwah itu ditujukan untuk siapa saja tanpa melihat status sosialnya, ekonomi dan latar belakang mereka. Peryataan ini sesuai dengan QS. Saba: 28 - 1ABC+ D EF GHIB JK M MA N G6 01 O P Q R 7S T 6TAUK D M MG JF VW Y Z [? Artinya : Dan Kami tidak mengutus kamu, malainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui . QS. Saba: 28 10 Ibid.,h.6 Secara inti madu sebagai sasaran dakwah dapat diklasifikasikan, sebagai berikut 11 : 1. Berdasarkan tempat tinggal a. Masyarakat kota b. Masyarakat desa 2. Berdasarkan struktur masyarakat a. Masyarakat Industri b. Masyarakat Agraris 3. Berdasarkan pendidikan a. Berpendidikan b. Tak berpendidikan 4. Berdasarkan kekuasaan a. Kelompok elit Pemerintah b. Kelompok rakyat 5. Berdasarkan agama a. Islam b. Bukan Islam 6. Berdasarkan sikap terhadap dakwah a. Cinta kepada agamanya Islam b. Simpatisan agama lain tetapi bukan Islam c. Kelomok yang membenci Islam 7. Berdasarkan umur a. Anak-anak 6-13 tahun b. Remaja 14-18 tahun c. Pemuda 18-35 tahun d. Orang tua 35-55 tahun e. Lanjut usia 55 taun keatas 11 Cahaya Tata Irawan, Prinsip-prinsip Dakwah Yogyakarta: Izzam Pustaka, 2005.h

c. Metode Dakwah

Secara Etimologis metode berasal dari 2 kata yaitu meta melalui dan Hodos jalancara. Dalam bahsa Yunanai metode berasal dari kata Methodos yang artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut Thariq. Metode berarti cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran yang mencapai suatu maksud. 12 Sedangkan dakwah seperti yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya adalah ajakan, seruan manusia untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang. 13 Metode dakwah seperti yang terdapat dalam Q.S An-Nahl: 125 \ ?]P C _ HYS a3 _ HTb + Ya H Gc H a3 da e f :I _ g h  c D Mi j_ Zh 4 D Y _ M]ck l D P C Zh 4 D m o dYa _ k ? Artinya : Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengeathui orang- orang yang mendapat petunjuk. QS. An-Nahl:125 Dari ayat diatas dapat dijelaskan pada dasarnya dakwah mempunyai beberapa metode diantaranya : Terbagi menjadi tiga metode dakwah, yaitu sebagai berikut : 1. al-Hikmah 12 M. Munir, Metode Dakwah Jakarta: Pemuda Media, 2006,.6 13 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997, h.43 Kata hikmah berbentuk masdarnya hukuman atau Hakama yang artinya secara makna aslinya adalah mencegah. Jika dikaitkan dengan dakwah akan berarti menghindari hal-hal yang kurang relevan dalam melaksanakan tugas dakwah. 14 al-Hikmah diartikan pula sebagai al-adl keadilan, al-haq kebenaran, al- hilm ketabahan, al-ilm pengetahuan dan an.nubuwah kenabian, yang tentunya dilihat dan porsinya. Hikmah dalam dunia dakwah mempunyai posisi yang sangat penting, yaitu dapat menentukan sukses tidaknya dakwah. Oleh karena itu, para Dai dituntut untuk mampu mengerti memahami sekaligus memanfaatkan latar belakangnya, sehingga ide-ide yang diterima dirasakan sebagai sesuatu yang menyentuh dan menyejukan kalbunya. Lebih anjut Imam Abbdullah bin Ahmad Mahmud an-Nasafi mengartikan hikmah yaitu dakwah bil hikmah dengan dakwah menggunakan perkataan yang benar dan pasti, yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan. 15 Dengan demikian, jika dikaitkan dengan dakwah, akan ditemui bahwa hikmah merupakan peringatan kepada juru dakwah untuk tidak menggunakan satu metode saja. Sebaliknya, mereka harus konsisten dengan objek dakwah dan selalu bersumber kepada Al-Quran dan Al-Hadist. 2. Al-Mauidza Al-Hasanah Secara bahasa Mauizhah hasanah terdiri dari dua kata, yaitu Mauizhah dan hasanah. Kata mauizhah bersal dari kata Waadza yaidzu-waadzun- Idzatan 14 M. Munir, Metode Dakwah,h.8 15 Ibid.,h.10 yang berarti nasehat, bimbingan, pendidikan dan peringatan. Sementara hasanah atau merupakan kebaikan dari sayyiah yang berarti kebaikan. 16 adalah perkataan-perkataan yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau memberikan nasehat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau dengan Al-Quran. 17 Sedangkan M. Munir dalam buku Metode Dakwah dalam mengklasifikasikan mauiizhah hasanah menjadi beberapa bentuk, yaitu : a. Nasehat atau petuah b. Bimbingan, Pengajaran Pendidikan c. Kisah-Kisah d. Kabar Gembira dan Peringatan Al-Basyis dan Al-Nadzir e. Wasiat Pesan-pesan positif 3. al-Mujadalah Bi-al-lati hya ahsan Dari segi etimologi langkah lafaz mujadalah terambil dari kata jadala yang bermakna memintal atau melilit. Apabila ditambahkan Alif pada huruf jim yang mengikuti wazan faaala, jadala dapat bermakna berarti berdebat, dan Mujadalah perdebatan. Secara termonilogis al-Mujadala berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat. 18 16 Ibid.,h.15 17 Hasanuddin, Hukum Dakwah Jakara: Pedoman Ilmu Jaya, 1996,h37 18 M. Munir, Metode Dakwah,h.19

d. Media Dakwah Media dakwah adalah pengantar yang digunakan seorang dai dalam upaya