BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejak Charles Goodyear menemukan karet yang tervulkanisasi dengan menggunakan sulfur, sudah timbul keinginan peneliti untuk proses ban karet
bekas agar dapat dimanfaatkan kembali. Pada saat itu pemrosesan ban karet bekas tidak begitu rumit karena penggunaannya masih pada produksi sepatu
saja Morton, 1973.
Dengan perkembangan teknologi yang maju, banyak jenis dan ragam produk karet tervulkanisasi yang diciptakan guna untuk memenuhi kebutuhan
manusia yang terus bertambah. Keadaan ini membuat kuantitas karet ban bekas senantiasa meningkat, sehingga akan menimbulkan masalah yang serius
dalam hal pencemaran lingkungan. Penanggulangannya biasanya digunakan dengan cara menimbun, membakar sampai diproses kembali untuk kegunaan-
kegunaan yang lain. Akan tetapi penanggulangan seperti ini masih belum menyelesaikan masalah yang timbul Blow, 1971.
Dalam perkembangannya, pemerosesan ban karet bekas sudah dimulai sejak tahun 1846 oleh Parkes dengan memanaskan karet dalam larutan
kalsium hipoklorida pada tekanan tinggi, kemudian dibasuh dengan alkali dan air panas. Lain halnya dengan Marks dan Price 1899 mengemukakan proses
alkali memanaskan karet bekas dengan larutan soda kaustik pada suhu 150
o
- 220
o
C di dalam autoklaf selama 8-24 jam. Namun pemerosesan karet bekas untuk dimanfaatkan kembali belum membawa hasil yang memuaskan Alfa,
2003.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai bagian terbesar diantara limbah polimer di dunia, limbah ban karet tidak terurai dengan mudah karena bentuk struktur dan adanya
stabilisator serta aditif silang lainnya. Proses penyelesaian masalah terhadap polusi lingkungan tanah yakni dengan daur ulang limbah ban karet bekas
menjadi subjek untuk kepentingan sosial. Daur ulang limbah ban karet melalui pencampuran dengan bahan polimer lainnya telah menjadi metode dalam
beberapa tahun terakhir Chen, 2003. Baru-baru ini teknik modifikasi permukaan telah diadopsi untuk daur ulang bubuk ban karet bekas, terutama
melalui beberapa teknik iradiasi Abdel-Bray, 1997.
Pada penelitian ini digunakan metode epoksidasi yang merupakan metode reaksi oksidasi ikatan rangkap oleh adanya oksigen aktif membentuk senyawa
epoksida. Secara luas teknik ini telah banyak dilakukan karena efektif untuk meningkatkan kompatibilitas dalam campuran reaktif. Pada umumnya,
epoksidasi minyak menggunakan hidrogen peroksida sebagai pereaksinya. Sifat yang dimiliki hidrogen peroksida sebagai oksidator tidak cukup kuat
sehingga ditransformasi ke dalam bentuk yang lebih aktif Alfa, 2003.
Selain metode epoksidasi, modifikasi kimia dengan pencangkokan grafting gugus juga dilakukan pada penelitian ini, yakni dengan
menggunakan monomer metilmetakrilat, dimana pada penelitian sebelumnya telah banyak dilakukan untuk menghasilkan produk sesuai dengan spesifikasi
yang diharapkan Dibyantini, 2009. Teknik grafting merupakan teknik yang relatif sederhana dan mudah serta secara luas telah banyak dilakukan.
Berbagai zat telah digunakan sebagai monomer cangkok pada berbagai jenis rantai polimer menggunakan teknik grafting, seperti sintesis PP-g-MA, NR-g-
GMA, dan NR-g-MA, MA tercangkok paraffin, HDPE-g-MA, LDPE-g-AA, PB-g-MA, NR-g-MMA Nakason, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Metilmetakrilat merupakan salah satu senyawa akrilat yang memiliki karakteristik umum yaitu stabilitas terhadap UV dan sifat mekanik yang baik
sehingga cocok digunakan pada aplikasi eksterior. Kebanyakan pemicu yang digunakan secara luas adalah radikal bebas yang dihasilkan dari peruraian
peroksida. Peroksida organik seperti Benzoil Peroksida merupakan sumber radikal bebas yang kuat Dibyantini, 2009.
Sejauh ini belum ada yang melakukan penelitian tentang BB-g-MMA dengan inisiator benzoil peroksida. Dalam penelitian ini metil metakrilat
diharapkan tercangkok pada serbuk ban bekas BB dengan menggunakan inisiator benzoil peroksida sehingga akan dihasilkan suatu produk yang lebih
baik dari produk sebelumnya. Pada proses grafting tersebut, monomer cangkok secara kovalen dikaitkan pada rantai polimer. Kehadiran metil
metakrilat pada rantai polimer akan menyebabkan perubahan sifat dari struktur polimer tersebut sehingga polimer yang telah dicangkok tersebut dapat
berinteraksi dengan zat polar maupun nonpolar.
Peneliti juga tertarik untuk mensintesis ban bekas yang dikombinasikan dengan monomer metilmetakrilat. Diharapkan penelitian ini mampu
mengurangi pencemaran lingkungan tanah dengan pemanfaatan dari ban bekas, sehingga ekosistem lingkungan terjaga. Adanya metilmetakrilat pada
rantai polimer akan menyebabkan perubahan sifat dari struktur polimer tersebut, sehingga polimer yang telah dicangkok dapat berinteraksi dengan zat
polar dan nonpolar.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Permasalahan