menstabilkan partikel dispersi dengan cara menggabungkan pusat hidrofilik ke polimer hidrofobik. Monomer-monomer ini memperbaiki
sifat mekanik, meningkatkan stabilitas dispersi lateks, meningkatkan toleransi terhadap elektrolit, meningkatkan kekerasan film, dan
meningkatkan adhesi film lateks terhadap substrat. Contoh : Asam akrilat, Asam metakrilat, Asam maleat, dan Asam fumarat.
b. Monomer pengikat silang, merupakan monomer yang dapat mengalami polimerisasi juga. Umumnya monomer ini adalah senyawa yang memiliki
dua ikatan rangkap atau dua gugus fungsi. Saat polimerisasi berlangsung monomer ini ikut dalam polimerisasi, dan ikatan rangkap yang kedua atau
gugus fungsi yang kedua akan berikatan silang dengan polimer. Contoh : senyawa polivinil atau polialilatau diena, divinil benzena, senyawa N-
metilol dan derivat ester diakrilat atau triakrilat Putri, 2008
2.6. Benzoil Peroksida
Merupakan senyawa peroksida yang berfungsi sebagai inisiator dalam proses polimerisasi dan dalam pembentukan ikatan silang dari berbagai polimer dan
material polimer. Senyawa peroksida ini dapat digunakan sebagai pembentuk radikal bebas. Peroksida organik seperti benzoil peroksida diuraikan dengan
mudah untuk menghasilkan radikal bebas benzoil. Benzoil peroksida mempunyai waktu paruh yang dipengaruhi tekanan dan suhu, waktu paruh relatif kecil yaitu
0,37 jam pada temperatur 100
o
C. Penambahan sejumlah tertentu zat pembentuk radikal akan memberikan ikatan bagi bahan polimer . Struktur kimia dari Benzoil
peroksida dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1. struktur kimia Benzoil Peroksida Al-Malaika,1997.
Universitas Sumatera Utara
2.7. Metilmatakrilat
Pada penelitian ini digunakan Metilmetakrilat sebagai monomer penstabil. Metilmetakrilat monomer MMA adalah zat cairan tidak berwarna dan
transparan. Suatu resin bila diberi metilmetakrilat akan lebih encer sehingga metilmetakrilat berfungsi untuk menghilangkan gelembung dalam resin. Zat ini
merupakan salah satu polimer sintetis yang biasa disebut juga dengan akrilik. Secara komersial, metilmetakrilat umumnya dibuat melalui polimerisasi radikal
dari monomer metilmetakrilat. Meskipun metilmetakrilat merupakan senyawa yang dapat menyebabkan iritasi irritant, namun hasil polimerisasinya, MMA
bersifat biokompatibel biologically biocompatible. Secara fisik bahan ini transparan namun keras dengan ketahanan yang sangatbaik terhadap radiasi
ultraviolet dan pelapukan. Bahan ini dapat dicetak, diwarnai, dipotong dan dibentuk sesuai keinginan. Sifat-sifat tersebut membuatnya ideal untuk berbagai
aplikasi termasuk untukaplikasi di luar ruangan. MMA memiliki temperatur transisi gelas yaitu 105
o
C, sehingga MMA harus dipanaskan di atas suhu 105
o
C agar dapat dibentuk atau dicetak menjadi produk yang diinginkan. Struktur kimia
dari Metilmetakrilat dapat dilihat pada gambar 2.2.
O O
H
2
C CH
3
CH
3
Gambar 2.2. Struktur kimia Metilmetakrilat Al-Malaika, 1997.
Metil metakrilat Methyl Metacrylic merupakan salah satu senyawa akrilat yang memiliki karakteristik umum yaitu stabilitas terhadap UV dan sifat
mekanik yang baik sehingga cocok digunakan pada aplikasi eksterior. Kebanyakan pemicu yang digunakan secara luas adalah radikal bebas yang
dihasilkan dari peruraian peroksida. Peroksida organik seperti dikumil peroksida merupakan sumber radikal bebas yang kuat Yohan, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Berikut sifat fisik dan kimia yang dimiliki monomer metilmetakrilat yang digunakan pada penelitian ini :
Rumus molekul : C
5
H
8
O
2
Penampilan : cairan bening tidak berwarna
MR : 100,12 g mol
-1
Fase : cairan
Densitas pada 25
o
C : 0,944 g cm
-3
Titik didih : 100,5
o
C Titik leleh
: -48 ℃
Titik nyala : 10
℃ Tg homopolimer
: 105 ℃
Indeks refraksi : 1,412
Kelarutan dalam air : 1,5g 100mL Viskositas
: 0,58-0,63 cPs dalam 20 °C
Yohan, 2006
2.8. Proses Grafting