Sisi Kehidupan Pedagang di Pajak Buah Berastagi

80 disana, dan kemungkinan yang terburuk adalah si calon pembeli tidak akan mau datang lagi ke Pajak Buah Berastagi.

4.5. Sisi Kehidupan Pedagang di Pajak Buah Berastagi

Disini penulis akan menceritakan sedikit kisah pengalaman hidup dari sepasang suami-istri pedagang buah di Pajak Buah Berastagi, bernama Erni br Ginting dan Alwien Sembiring Pelawi. Kisah ini dimulai dari salah seorang informan bernama Erni br Ginting. Beliau memiliki pekerjaan sebagai salah seorang pedagang buah di Pajak Buah Berastagi. Erni memulai pekerjaannya tersebut pada waktu dia masih berumur lima belas tahun dan masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama kelas XII di salah satu sekolah negeri di kota Berastagi sekitar tahun 90-an. Setiap pulang sekolah Erni melakukan aktivitas berjualannya sehari-hari sampai pukul 20.00 WIB. Barang-barang yang dijual Erni adalah bermacam buah- buahan khas Karo, seperti Jeruk, Markisa, Mangga, dan Kuini.Sampai akhirnya Erni masuk di salah satu Sekolah Menengah Atas di sekolah negeri di kota Berastagi, beliau masih tetap berjualan di Pajak Buah Berastagi. Posisi tempat Erni berjualan disana pada saat itu adalah di bagian luar, sampai pada tahun 2007 beliau menyelesaikan pendidikannya di bangku SMA. Sebelumnya pada tahun 2001 Erni yang masih lajang berpacaran dengan Alwien Sembiring Pelawi dan akhirnya mereka menikah pada tahun 2002. Alwien sendiri akhirnya mengikuti jejak istrinya dengan ikut berjualan buah di Pajak Buah Berastagi yang dimulai pada tahun 2003. Tempat berjualan Alwien adalah di bagian dalam atau di bagian losd atau bale-bale.Setelah beberapa tahun Universitas Sumatera Utara 81 kemudian, Erni merasa kalau berjualan di bagian luar kondisi buah-buahan yang dijualnya lebih beresiko terkena abu jalan raya dan tidak terlalu bersih, akhirnya beliau memutuskan untuk ikut suaminya mengambil tempat bersebelahan di bagian losd atau bale-bale milik suaminya berjualan di Pajak Buah Berastagi. Menurut keterangan pasangan suami-istri ini, pada bulan Juni tahun 2003 para pedagang yang ada di Pajak Buah Berastagi sempat bentrok dengan petugas Satuan Pamong Praja. Hal ini disebabkan pada saat itu pihak pemerintah setempat berencana untuk melakukan renovasi seluruh bangunan yang ada di bagian dalam Pajak Buah tersebut. Sayangnya banyak pedagang yang ada disana mengaku tidak mendapat pemberitahuan terlebih dahulu mengenai rencana pemerintah yang akan melakukan renovasi itu.Pihak Satuan Pamong Praja ini pun tetap melaksanakan pembongkaran terhadap semua losd atau bale-bale yang ada disana, dan hal itu mendapat penolakan para pedagang disana. Perkelahian pun tak terelakkan. Akhirnya pihak pemerintah turun ke lokasi perkara dan memutuskan bahwa kegiatan renovasi akan tetap dilaksanakan dan selama itu para pedagang yang lahannya terkena dampak renovasi akan diberikan lahan berjualan sementara. Tempat itu berada di Open Stage Berastagi, yaitu di bagian parkiran kendaraannya. Setelah kedua belah pihak yakni pemerintah dengan para pedagang sepakat akhirnya para pedagang pun berjualan di Tempat Penjualan Sementara TPS yang sudah disediakan. Sementara pihak pemerintah melakukan renovasi terhadap bagian dalam dari Pajak Buah Berastagi. Lalu pada Mei 2004 renovasi pun selesai Universitas Sumatera Utara 82 dan para pedagang dipersilahkan untuk menempati losd atau bale-balenya kembali disana. Pada tahun 2010 hasil pertanian di Karo mengalami keadaan yang buruk dikarenakan abu vulkanik dari aktivitas gunung Sinabung. Hal ini cukup mempengaruhi banyak aspek, termasuk kepada pendapatan yang diterima oleh Alwien Sembiring Pelawi dan Erni br Ginting. Bahkan sampai saat ini ancaman abu vulkanik masih terus mengancam pertanian disana. Saat ini keluarga Alwien Sembiring Pelawi dengan Erni br Ginting telah dikaruniai tiga orang anak. Anak yang pertama duduk di kelas VI Sekolah Dasar, anak yang kedua duduk di kelas II Sekolah Dasar, sedangkan anak yang ketiga masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak.Sampai saat ini mereka masih berjualan di bagian dalam Pajak Buah Berastagi. Universitas Sumatera Utara 83 BAB V PENUTUP 5.1. Aturan-aturan Hukum Lokal dan Aturan-aturan Hukum Pemerintah yang Berlaku di Pajak Roga Berastagi dan Pajak Buah Berastagi

I. Aturan-aturan Hukum Lokal

 Biasanya para pedagang di Pajak Buah Berastagi akan memberikan potongan harga yang lebih kepada calon pembeli yang berasal dari satu suku dengan si pedagang. Hal ini sering terjadi dalam proses tawar-menawar;  Para petani yang hendak menjual barang dagangannya di Pajak Roga Berastagi biasanya adalah para petani yang memiliki jumlah hasil panen yang berkisar antara 100kg – 600kg. Dalam bahasa dagang jumlah berat dari kebanyakan barang-barang yang dijual di Pajak Roga ini masuk dalam kategori partai menengah;  Lahan yang sekarang menjadi tempat Pajak Roga Berastagi statusnya adalah lahan sewaan, dimana pihak Pemda menyewanya selama 25 tahun dimulai dari tahun 2013. Sementara itu, biaya-biaya pengutipan yang ada disana, ada yang berasal dari Pemda dinas pasar, dinas kebersihan, dan dinas perhubungan, ada juga yang berasal dari pihak Tuan tanah dan Pemuda setempat; Universitas Sumatera Utara 84  Biaya sewa kios ukuran 3 x 3 meter di Pajak Roga Berastagi sebesar Rp 3.000,00 per hari yang dibayarkan kepada pihak tuan tanah;  Biaya sewa lapak di Pajak Roga Berastagi sebesar Rp 3.000,00 per hari yang dibayarkan kepada pihak tuan tanah;  Biaya keamanan jaga malam di Pajak Roga Berastagi sebesar Rp 2.000,00 per hari yang dibayarkan kepada Pemuda Setempat;  Biaya listrik sebesar Rp 2.000,00 per hari di Pajak Roga Berastagi yang dibayarkan kepada Tuan tanah;  Biaya jaga malam barang sebesar Rp 5.000,00 per keranjang per malam yang dibayarkan kepada Pemuda Setempat;  Tukang Sorong di Pajak Roga Berastagi menetapkan harga Rp 5.000,00 untuk satu keranjang yang akan disorong dari satu tempat ke tempat yang lain, di lingkungan Pajak Roga Berastagi;  Perkoper yang baru saja membeli buah atau sayur dari petani yang datang ke Pajak Roga Berastagi biasanya akan menyortir kembali buah atau sayur tersebut, dan mengelompokkan atau memasukkannya kembali ke dalam kategorinya masing-masing. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar barang-barang yang akan dijual oleh perkoper ini nantinya bisa memberikan kepuasan bagi langganannya yang Universitas Sumatera Utara 85 sudah biasa membeli sayur atau buah-buahan dari si perkoper;  Aktivitas pemilik kios atau lapak di Pajak Buah Berastagi dapat terlihat mulai dari pajak itu dibuka, yaitu mulai dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 22.00 WIB;  Ibu Aldi br Sembiring sebagai salah seorang informan penulis mengakui bahwa interaksinya dengan calon pembeli dari mancanegara, dirinya harus mampu menggunakan bahasa asing, minimal bahasa Inggris;  Penjaga keamanan di Pajak Buah Berastagi dikelola oleh para Pemuda Setempat di sekitar pajak itu. Mereka menetapkan biaya keamanan berdasarkan dari jenis lapak yang pedagang tempati. Pedagang yang berada di sekitar luar atau pinggiran Pajak Buah Berastagi dikenai biaya Rp 20.000,00 per minggu, sedangkan pedagang yang berada di dalamnya dikenai biaya Rp 15.000,00 per minggu;  Bp. Alwien Sembiring Pelawi sebagai salah seorang informan penulis yang berjualan di Pajak Buah Berastagi mengatakan bahwa dalam penetapan harga barang-barang disana tidak ada pasaran harga yang harus diikuti oleh para pedagang disana dan juga pihak pemerintah tidak ikut campur tangan soal penetapan harga ini. Universitas Sumatera Utara 86

II. Aturan-aturan dari Pemerintah

 Adanya petugas kebersihan dari dinas kebersihan setempat yang bertugas setiap hari di Pajak Buah Berastagi. Para pedagang disitu juga akan dikenakan biaya kebersihan Rp 10.000,00 per minggu;  Untuk pengunjung di Pajak Buah Berastagi yang datang membawa mobil dikenakan biaya parkir Rp 4.000,00 untuk sekali parkir. Sedangkan untuk pengunjung yang datang membawa sepeda motor dikenakan biaya parkir Rp 2.000,00 untuk sekali parkir;  Setiap pengunjung dan pedagang di Pajak Buah Berastagi yang hendak menggunakan fasilitas toilet kamar mandi disana, akan dikenakan biaya Rp 1.000,00 untuk sekali masuk;  Biaya pengutipan cukai di Pajak Roga Berastagi sebesar Rp 2.000,00 per hari yang dikutip oleh petugas perpas dinas pasar;  Biaya sewa kios ukuran 3 x 3 meter di Pajak Roga Berastagi sebesar Rp 2.000.000,00 per tahun, yang dibayarkan kepada pihak perpas dinas pasar;  Biaya sewa lapak di Pajak Roga Berastagi sebesar Rp 600.000,00 per tahun, yang dibayarkan kepada perpas dinas pasar; Universitas Sumatera Utara 87  Biaya kebersihan di Pajak Roga Berastagi sebesar Rp 2.000,00 per hari, yang dibayarkan kepada dinas kebersihan;  Biaya parkir kendaraan di Pajak Roga Berastagi sebesar Rp 2.000,00 untuk mobil kecil dan Rp 5.000,00 untuk mobil besar, yang dibayarkan kepada dinas perhubungan;  Dinas Pasar Pajak Buah Berastagi menetapkan biaya retribusi pajak sebesar Rp 18.000,00 per bulan untuk losd atau bale- bale yang berada di bagian dalam, sedangkan untuk kios yang berada di bagian luar dikenai biaya retribusi pajak Rp 27.000,00 per bulannya. Pembayaran dilakukan kepada dinas pasar;  Untuk pelataran, pihak dinas pasar menetapkan harga Rp 1.000,00 per meter. Pengutipan biaya pelataran ini dilakukan setiap hari. Para pedagang di Pajak Buah Berastagi dilarang untuk mengubah ukuran lapak tempat mereka berjualan.

5.2 Kesimpulan