Berbagai Aturan dalamTransaksi di Pajak Buah Berastagi

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Ihromi, T.O. Antropologi Hukum, Sebuah Bunga Rampai. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 1993.

Irianto, Sulistyowati. Hukum yang Bergerak, Tinjauan Antropologi Hukum. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2009.

Koentjaraningrat. Antropologi Terapan, Masalah Masalah Pembangunan Bunga Rampai. Jakarta : LP3S, 1984.

Koentjaraningrat. Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta : UI Press, 1989. Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta, 1990. Marzali, Amri. Antropologi dan Kebijakan Publik. Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2012.

Masinambow, E.K.M. Hukum dan Kemajemukan Budaya, Sumbangan Karangan untuk Menyambut Hari Ulang Tahun ke-70 Prof. Dr. T.O. Ihromi. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2000.

Moore, Sally Falk. Hukum dan Perubahan Sosial, Bidang Sosial Semi Otonom Sebagai Suatu Topik Studi yang Tepat. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 1993. Seda, Frans. Tukar Menukar Tradisional dan Pasar Modern. Jakarta : P.T. Gramedia, 1981.

Spradley, James P. Metode Etnografi. Yogyakarta : P.T. Tiara Wacana, 1997. Suparlan, Parsudi. Pemberian Bentuk dan Fungsi Tukar Menukar di Masyarakat Kuno / Marcell Mauss. Jakarta : P.T. Gramedia Pustaka Umum, 1991.

Tjahaja, Liria. Pluralisme Hukum dan Masalah Perkawinan Campuran, Hukum dan Kemajemukan Budaya. Sumbangan Karangan untuk Menyambut HariUlang Tahun ke-70 Prof. Dr. T.O. Ihromi. Jakarta : Yayasan OborIndonesia, 2003.


(2)

Sumber Lain Belanja Sehat dan Segar di Pasar Berastagi,

2012travel.detik.com/read/2012/09/04/163803/2007858/1383/belanja-sehat-dan-segar-di-pasar-berastagi, (diakses pada 29 Oktober 2014).

Hotel dekat Pasar Buah Berastagi, www.tiket.com/attractions/indonesia/sumatera-utara/hotel-dekat-pasar-buah-berastagi, (diakses pada 30 Oktober 2014).

Masyarakat Karo, http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1715/masyarakat-karo, (diakses pada 29 September 2015).

Pasar Buah di Berastagi,

www.indonesia.go.id/in/provinsi-sumatera-utara/pariwisata/10862-pasar-buah-di-berastagi, (diakses pada 29 Oktober 2014). Peraturan Daerah Kabupaten Karo Nomor 04 Tahun 2012,

www.jdih.setjen.kemendagri.go.id/files/kab_karo_4_2012, (diakses pada 3

Januari 2015).

Satu Jam di Pasar Buah Berastagi, jelajah.valadoo.com/indonesia-2/sumatera-utara/ketika-di-pasar-buah-berastagi, (diakses pada 29 Oktober 2014).


(3)

BAB III

AKTOR AKTOR YANG TERLIBAT DALAM TRANSAKSI

3.1. Konsep Aktor

Aktor dianggap sebagai kesatuan yang dikonstruksi secara sosial.Jenis-jenis aktor terbagi dalam dua, yaitu; (1) Aktor dalam suatu interaksi, artinya individu yang terlibat dalam suatu interaksi dengan individu atau beberapa individu lainnya. Individu dipandang sebagai aktor kreatif dalam menciptakan, mempertahankan, dan merubah dunianya pada saat interaksi berlangsung dan(2) Aktor dalam masyarakat, adalah individu yang identitas dirinya tidak tampil tetapi tersembunyi dalam suatu kesatuan yang dinamakan masyarakat.

Dalam penelitian iniyang menjadi aktor adalah yang berperan dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari di Pajak Roga Berastagi dan Pajak Buah Berastagi.

 Aktor-aktor di Pajak Roga Berastagi antara lain Hormat Surbakti (pedagang warung kopi), Jesica br Pinem (pedagang daun sirih dan tembakau), petani, perkoper, tukang sorong, tukang timbang, pemuda setempat, tukang parkir, petugas kebersihan serta agen pemasok; dan

 Aktor-aktor di Pajak Buah Berastagi antara lain Ibu Azis br. Ginting (pedagang aksesoris dan pakaian), Ibu Aldi br. Sembiring (pedagang pakaian dan buah-buahan), perkoper, tukang parkir, penjaga keamanan (pemuda setempat), petugas kebersihan, Alwien Sembiring Pelawi dan Erni br. Ginting (pedagang buah-buahan).


(4)

Posisi aktor lebih ditekankan dalam kegiatan pasar. Aktor-aktor yang berupa individu-individu atau kelompok-kelompok yang berperan, baik yang secara langsung maupun tidak langsung terhadap jalannya aktivitas sehari-hari yang ada di Pajak Roga Berastagi dan Pajak Buah Berastagi itu akan diungkapkan bagaimana sepak terjangnya terhadap keberlangsungan kegiatan transaksi jual-beli disana. Berbagai peran yang ingin dilihat dari aktor-aktor ini adalah seperti aturan-aturan yang ada disana, bagaimana hubungan aktor-aktor ini terhadap kebijakan dari Pemerintah daerahyang sudah mengeluarkan regulasinyaberkaitan dengan biaya-biaya pengutipan, sampai kepada pemasokan barang-barang sebelum sampai di Pajak Buah Berastagi.

3.2. Aktivitas Aktor-aktor yang Terlibat

Aktor-aktor yang terlibat dalam transaksi di Pajak Buah Berastagi ini merupakan aktor-aktor yang berperan penting di dalam perannya masing-masing. Mulai dari pemasokan barang-barang sampai pemasarannya dilakukan oleh masing-masing aktor.

Mereka menggunakan alat komunikasi berupa telepon genggam sebagai media penghubung untuk melakukan transaksi jual-belinya. Disini penulis akan membagi aktivitas transaksi yang dilakukan ke dalam dua bagian, yakni aktor-aktor yang mendistribusikan barang dagangannya ke Pajak Roga Berastagi dan aktor-aktor yang khusus menyalurkan barang dagangannya ke Pajak Buah Berastagi.


(5)

3.2.1. Aktor-aktor yang Mendistribusikan Barang Dagangannya ke Pajak Roga Berastagi

Aktor-aktor yang mendistribusikan barang dagangannya ke Pajak Roga Berastagi adalah mereka para petani yang berasal dari desa-desa di sekitar kota Berastagi dan Kabanjahe yang datang ke Pajak Roga Berastagi yang berjarak dua kilometer dari Pajak Buah Berastagi.

Mereka pada umumnya adalah para petani yang ingin menjual hasil panen tanamannya dengan jumlah antara 200 kg - 600 kg. Karena itu dalam bahasa dagang disana transaksi jual-beli yang ada di Pajak Roga Berastagi masuk ke dalam kategori partai menengah.

Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa para petani yang baru memanen hasil tanamannya, biasanya akan membawa hasil panennya yang berjumlah antara 100kg- 600kg ke Pajak Roga Berastagi. Sebagai contoh, Petani A yang berasal dari desa Juma Raja datang dengan membawa kendaraannya yang berisi empatkeranjang buah Jeruk ke Pajak Roga Berastagi.

Setelah sampai disana, petani A ini akan mencari lapak atau stand tempat berkumpulnya para petani dari desa Juma Raja. Sebelumnya penulis akan menjelaskan bahwa di Pajak Roga Berastagi ini sebenarnya sudah disediakan lapak dari masing-masing desa yang ada di sekitar kota Berastagi dan Kabanjahe.

Hal ini ditujukan untuk memudahkan para petani yang datang kesana, selain juga untuk memberikan keteraturan dan kerapihan dalam sistem kegiatan perdagangan yang ada di Pajak Roga Berastagi. Setiap


(6)

lapak ini dikelola oleh masing-masing pemuda yang berasal dari desanya sendiri.

Setelah itu barulah si Petani A tersebut menurunkan barang dagangannya dan menyuruh orang yang disebut Tukang Timbang untuk menimbang berat dari empat keranjang buah Jeruk yang dimilikinya. Tukang Timbang disini adalah berasal dari masing-masing lapak yang berasal dari desa-desa yang ada di sekitar kota Berastagi dan Kabanjahe.

Sedangkan untuk timbangannya sendiri dimiliki oleh masing-masing dari setiap lapak yang mewakili desa-desa yang sudah disediakan di Pajak Roga Berastagi. Setelah selesai ditimbang dan diketahui hasilnya (masing-masing keranjang memiliki berat 100kg, yang berarti jumlah berat keseluruhannya 400kg), barulah si Tukang Timbang tersebut memberikan catatan hasil timbangannya kepada Petani A sambil keduanya memperhatikan proses saat barang tersebut ditimbang.

Tabel 3 : Desa-desa yang Memasok Hasil Pertanian ke Pajak Roga Berastagi

No. Nama Desa Nama Barang

1. Kecamatan Aji Siempat (desa Aji Julu, desa Aji Buhara, desa Aji Mbelang, desa Aji

Jahe).

Kentang, Kol, Jeruk, dan Kopi.

2. Kecamatan Merdeka (desa

Jumaraja/Cintarakyat, desa Merdeka, desa Kurbakti, desa Jong Teran).

Daun perei, Wortel, Kol bunga, Brokoli, dan

Sayur pait. 3. Kecamatan Simpang Empat (desa Surbakti,

desa Beganding, desa Gajah, desa Perteguhen, desa Lingga Julu, desa Raja

Payung).

Tomat, Cabai, Jeruk, Kopi, Wortel, dan Kol.

4. Kecamatan Berastagi (desa Peceren, desa Rumah Berastagi, desa Lau Gumba).

Markisa, Terong Jepang, Stroberi, Tomat, Sayur Parit, Lobak, dan Labu. 5. Kecamatan Dolat Rakyat (desa Bukit, desa

Tongkeh, desa Sampun, desa Ujung Sampun).

Kopi, Jeruk, Kol, dan Kentang. Sumber : Hasil Wawancara dengan Ibu Jesica br Pinem, 30 Januari 2015.


(7)

Lalu setelah itu si Petani A akan menunggu perkoper datang untuk menawar empat keranjang buah Jeruk yang dimilikinya itu di lapak tempat dia menimbang Jeruknya tadi. Perkoper disini maksudnya adalah orang-orang yang bekerja sebagai pembeli dari petani-petani yang membawa hasil tanamannya ke Pajak Roga Berastagi.

Sebagai tambahan, karena Perkoper ini pelakunya lebih dari satu orang, maka biasanya akan ada lebih dari satu orang Perkoper yang akan menghampiri si Petani A ini untuk melihat kondisi Jeruk yang dimilikinya dan melakukan tawar-menawar disana.

Tawar-menawar ini dilakukan berdasarkan harga pasaran (per kilogram) yang sedang berlaku dari setiap buah atau sayuran yang dijual oleh para petani yang datang kesana. Kondisi dan kualitas dari setiap buah dan sayuran yang dijual disana juga menjadi faktor yang mempengaruhi mahalnya barang tersebut.


(8)

Foto 14. Sumber : Foto Leonard Ginting, 13 Februari 2015. Salah satu sisi jalan di dalam Pajak Roga Berastagi yang diisi oleh beberapa

rumah makan dan kedai kopi.

Setelah Petani A tadi merasa cocok dengan penawaran harga yang diberikan dari salah satu Perkoper yang datang kepadanya, barulah transaksi jual-beli dilakukan dengan kesepakatan harga yang sudah disetujui oleh kedua belah pihak.

Sebelumnya untuk mengetahui berat dari empat keranjang buah Jeruk itu, si Petani A ini sudah memberikan catatan hasil timbangan buahnya yang sudah dilakukan oleh Tukang Timbang kepada si Perkoper. Dari hasil wawancara yang penulis dapatkan bahwa disini tidak dilakukan penimbangan ulang kepada si Perkoper lantaran sudah tercipta rasa saling percaya di masing-masing pihak baik antara si Petani dengan si Perkoper maupun antara si Perkoper dengan Tukang Timbang.

Setelah kesepakatan harga sudah dicapai, misalnya harga Jeruk per kilogram yang sudah disepakati pada saat itu Rp 10.000,00 (sepuluh ribu rupiah) per kilogram, maka 10000 x 400 = 4000000. Berarti si Perkoper tersebut harus membayar Rp 4.000.000,00 (empat juta rupiah) kepada Petani A atas empat keranjang buah Jeruk yang dibelinya dari Petani A.

Setelah Petani A mendapatkan uang hasil penjualan buah Jeruknya, barulah si Petani A tersebut membayar upah kepada Tukang Timbang yang telah menimbang empat keranjang buah Jeruk miliknya yang sudah dibeli oleh si Perkoper.

Pasaran harga yang ditetapkan Tukang Timbang untuk sekali menimbang adalah Rp 10.000,00yang berarti si Petani A harus membayar


(9)

Setelah itu barulah si Petani A tersebut sudah bisa pulang dengan membawa uang hasil penjualan buah Jeruknya, sedangkan si Perkoper tadi masih harus membawa empat keranjang buah Jeruknya dari lapak petani yang berasal dari desa Juma Raja ke lapak miliknya yang masih berada di lingkungan Pajak Roga Berastagi.

Untuk itu maka si Perkoper tersebut akan memanggil Tukang Sorong yang ada disana untuk membawakan empat keranjang buah Jeruk miliknya ke lapak tempat dia berjualan disana.Seperti yang kita ketahui bahwa Tukang Sorong adalah orang-orang yang pekerjaannya menyorong atau membawakan barang dagangan yang dimiliki oleh petani atau perkoper ataupun yang dimiliki oleh agen pemasok.

Untuk tarif harga Tukang Sorong di Pajak Roga Berastagi menetapkan harga Rp 5.000,00 untuk satu keranjang yang akan disorong atau dibawa, yang berarti si Perkoper tersebut harus membayar Rp 20.000,00atas empat keranjang buah Jeruk yang dimilikinya kepada Tukang Sorong yang membawakannya.

Setelah empat keranjang buah Jeruk tersebut sampai di lapaknya dan pembayaran kepada Tukang Sorong selesai, barulah si Perkoper tersebut akan menunggu agen pemasok yang tertarik dan ingin membeli barang dagangannya ini.

3.2.2. Aktor-aktor yang Khusus Menyalurkan Barang Dagangannya ke Pajak Buah Berastagi


(10)

Aktivitas aktor-aktor yang khusus menyalurkan barang dagangannya ke Pajak Buah Berastagi dimulai dari para Perkoper yang sebelumnya melakukan transaksi jual-beli di Pajak Roga Berastagi.Seperti contoh yang sudah penulis ceritakan sebelumnya di bagian 3.2.1. (aktor-aktor yang mendistribusikan barang dagangannya ke Pajak Roga Berastagi) bahwa si Perkoper yang sebelumnya sudah membeli empat keranjang buah Jeruk dari Petani A kemudian membawa hasil pembeliannya tersebut ke lapak miliknya di Pajak Roga Berastagi.

Kemudian setelah itu si Perkoper ini akan membongkar kembali empat keranjang buah Jeruk tersebut, yaitu dengan mengeluarkan semua isi Jeruk dari keranjang itu lalu menyusun dan memasukkannya kembali berdasarkan kualitas dan ukuran buahnya.

Misalnya dari empat keranjang buah Jeruk yang sudah dikeluarkan tersebut, si Perkoper akan mengumpulkan dan memasukkan kembali Jeruk-jeruk yang kualitas dan besar buahnya masuk ke dalam kategori A ke dalam satu keranjang.

Sedangkan di keranjang kedua si Perkoper ini akan mengumpulkan dan memasukkan kembali Jeruk-jeruk yang kualitas dan besar buahnya lebih kecil dari Jeruk dengan kategori A atau biasa disebut dengan kategori B.

Setelah itu di keranjang ketiga si Perkoper akan mengumpulkan dan memasukkan lagi Jeruk-jeruk dengan kualitas dan besar buahnya di bawah dari kategori B atau Jeruk yang dimasukkan kedalam keranjang ketiga ini biasa disebut kategori C.


(11)

Kemudian barulah yang terakhir si Perkoper akan mengumpulkan dan memasukkan kembali sisa dari Jeruk-jeruk yang sudah dimasukkan kedalam tiga keranjang pertama kedalam keranjang keempat. Biasanya dari contoh cerita yang penulis paparkan ini, sisa buah Jeruk yang terakhir ini adalah Jeruk-jeruk yang kualitas dan besar buahnya masuk kedalam kategori BS.

Foto 15. Sumber : Foto Leonard Ginting, 13 Februari 2015. Beberapa kendaraan dari agen pemasok yang sedang parkir di Pajak Roga Berastagi. Para agen pemasok ini pada umumnya berasal dari luar

daerah Karo.

Hal ini dilakukan oleh kebanyakan Perkoper disana sebagai salah satu strategi penjualan yang mereka terapkan untuk membangun rasa percaya dan hubungan kerjasama yang lebih baik yang diharapkan oleh Perkoper dengan agen pemasok, atau dengan para pedagang di Pajak Buah Berastagi yang merasa tertarik dengan buah atau sayur-sayuran yang dijual oleh si Perkoper.


(12)

Hal ini terbukti mampu meningkatkan kepuasan bagi aktor-aktor yang membeli barang dagangan dari si Perkoper karena dengan caranya itulah akan timbul semacam pandangan kepada si Perkoper bahwa mereka tidak melakukan cara-cara yang negatif seperti yang kebanyakan dilakukan oleh para petani yang ingin menjual buahnya di Pajak Roga Berastagi.

Foto 16. Sumber : Foto Leonard Ginting, 13 Februari 2015. Tukang Sorong yang sedang memindahkan barang di Pajak Roga Berastagi.

Disini penulis menyebutkan cara-cara yang negatif yang dilakukan oleh petani yang ingin menjual hasil tanamannya kesana, dikarenakan fakta yang penulis dapatkan di lapangan bahwa memang benar pada saat penulis melihat si Perkoper yang sedang membongkar empat keranjang buah Jeruk yang dibelinya dari Petani yang berasal dari desa Juma Raja, terdapat ketidaksesuaian kualitas dan besar buah yang berada di bagian paling atas dalam satu keranjang dengan kualitas dan besar buah yang


(13)

Diakui Perkoper, bahwa memang cara negatif itu sudah sejak lama dilakukan oleh para petani disana yang ingin menjual hasil tanamannya dari ladang menuju ke pajak dan hal itu masih bisa dimaklumi sampai sekarang.

Setelah si Perkoper selesai menyusun ulang empat keranjang buah Jeruk yang dimilikinya tersebut, kemudian si Perkoper ini akan menghubungi langganannya yaitu pedagang buah yang ada di Pajak Buah Berastagi dan menawarkan buah Jeruk tersebut kepada salah satu langganannya ini (kita sebut dia Pedagang B).

Dalam hal ini percakapan yang dilakukan antara si Perkoper dengan PedagangB melalui handphoneini biasanya dapat tercapai apabila hubungan kerjasama dagang di antara si Perkoper dengan Pedagang B sudah lama terjalin. Dalam hubungan yang sudah lama terjalin itulah akan terlahir rasa percaya dari masing-masing pihak bahwa di antara mereka tidak akan saling merugikan.

Bila melihat status Pajak Buah Berastagi sebagai salah satu daerah dan tujuan objek wisata, maka tidak heran jika para pedagang buah maupun sayuran disana akan berhati-hati dalam memilih barang-barang yang akan mereka jual disana.

Maka dari itu banyak para pedagang buah dan sayuran di Pajak Buah Berastagi lebih memilih untuk membeli buah dan sayuran dari para Perkoper dengan kualitas dan besar buah yang masuk dalam kategori A dan B.


(14)

Hal ini dapat dimaklumi dikarenakan keinginan banyak para pedagang buah dan sayuran di Pajak Buah Berastagi untuk tidak mengecewakan para calon pembeli dan pengunjung disana yang kebanyakan adalah wisatawan.

Setelah Pedagang B merasa tertarik dengan tawaran buah Jeruk dari si Perkoper tersebut dan kesepakatan harga sudah tercapai, barulah si Perkoper akan membeli jasa Tukang Sorong di Pajak Roga Berastagi untuk bisa membawakan pesanan yang diminta oleh si Pedagang B.

Sebagai contoh jika Pedagang B akhirnya setuju dengan penawaran Jeruk dari si Perkoper dan kesepakatan harga sudah tercapai (harga per kilogram Rp 20.000,00/kg), maka si Pedagang B ini hanya akan membeli satu keranjang buah Jeruk yang dimiliki oleh si Perkoper dengan kategori A atau B.

Setelah itu barulah si Tukang Sorong akan membawakan satu keranjang buah Jeruk tadi kepada Pedagang B yang ada di Pajak Buah Berastagi. Sebelumnya penulis akan menjelaskan bahwa transaksi pembayaran antara si Perkoper dengan Pedagang B ini akan dilakukan saat pesanan barang yang diminta sudah sampai di tujuan, dengan posisi Perkoper pada saat itu ikut pergi bersama dengan Tukang Sorong yang membawakan barang dagangannya.

Sementara itu dalam hal ini, tiga keranjang buah Jeruk yang ditinggalkan oleh si Perkoper ini akan dititipkan kepada temannya untuk dijaga sehingga si Perkoper tidak merasa khawatir saat pergi meninggalkan barang dagangannya di Pajak Roga Berastagi.


(15)

Setelah sampai di lokasi barulah Pedagang B ini akan memastikan terlebih dahulu kondisi barang yang dibawakan oleh si Tukang Sorong ini, apakah dalam keadaan baik atau tidak. Kemudian transaksi pembayaran pun dilakukan dimana berdasarkan harga per kilogram yang sudah disepakati yaitu Rp 20.000/kg dan berat keranjang buah Jeruk 100 kilogram, maka Pedagang B harus membayar Rp 2.000.000,00 kepada si Perkoper tersebut.

Saat itu proses penimbangan tidak perlu dilakukan lagi dikarenakan hubungan kerjasama dagang yang sudah terbina cukup baik diantara kedua belah pihak.

3.2.3. Pemilik Kios atau Lapak

Aktivitas pemilik kios atau lapak di Pajak Buah Berastagi dapat terlihat mulai dari Pajak itu dibuka, yaitu mulai dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 22.00 WIB. Seperti informasi yang penulis dapatkan dari Ibu Aldi br Sembiring bahwa aktivitasnya sebagai salah satu pedagang buah-buahan dan pakaian di bagian salah satu kios di Pajak tersebut dimulai dari pukul 09.00 WIB dimana setelah membuka gerai kiosnya, hal pertama yang beliau lakukan adalah mengeluarkan buah-buahan yang disimpannya kedalam keranjang lalu menyusunnya ke bagian pelataran yang berada di depan kiosnya. Sementara itu pada bagian dalam kiosnya Ibu Aldi menempatkan beberapa jenis pakaian dari berbagai ukuran, baik untuk pria maupun wanita.


(16)

Penyusunan barang-barang itu dilakukannya sedemikian rupa dengan tata letak dan posisi yang bisa menarik perhatian dari setiap calon pembeli maupun wisatawan yang datang berkunjung ke kiosnya ataupun sekedar untuk melihat-lihat. Beliau mengatakan bahwa dalam interaksinya dengan calon pembeli yang berasal dari mancanegara dirinya harus mampu menggunakan bahasa asing, minimal menguasai bahasa Inggris.

Hal ini perlu dipelajari setiap pedagang yang ada di Pajak Buah Berastagi mengingat statusnya sebagai salah satu daerah dan tujuan objek wisata. Selain itu dengan mempelajari bahasa asing (Inggris), Ibu Aldi mengaku hal ini akan lebih memudahkan bagi dirinya dan calon pembeli dalam melakukan transaksi jual-beli dan tawar-menawar.

3.2.4. Penjaga Keamanan dan Petugas Kebersihan

Penjaga keamanan di Pajak Buah Berastagi dikelola oleh para Pemuda Setempat di sekitar Pajak Buah Berastagi sedangkan petugas kebersihan disana dikelola oleh dinas kebersihan. Petugas kebersihan ini terdiri dari enam sampai dengan sepuluh orang dan melakukan pemungutan biayakebersihan kepada setiap pedagang yang ada disana.

Sementara itu biaya keamanan yang ditetapkan kepada para pedagang dibedakan tergantung dari jenis lapak yang mereka tempati. Pedagang yang berada di sekitar luar atau pinggiran Pajak Buah Berastagi ini dikenai biaya Rp 20.000,00 per minggu sedangkan pedagang yang berada di dalamnya dikenai biaya keamanan Rp 15.000,00per minggu.


(17)

Sementara untuk kebersihan dari Pajak Buah Berastagi dikelola oleh dinas kebersihan. Petugas kebersihan ini mulai bekerja disana pada pukul 17.00 WIB sampai dengan pukul 20.00 WIB dengan biaya pengutipan kebersihan bagi para pedagang yang ada disana sebesar Rp 10.000,00setiap minggu dan dikutip oleh perwakilan dari dinas kebersihan daerah setempat.

3.3. Transaksi Penjualan

Transaksi penjualan di Pajak Buah Berastagi ini berawal dari komposisi penduduk sekitar Kabupaten Karo pada umumnya dan wilayah Kecamatan Berastagi pada khususnya yang mayoritas bermata-pencaharian sebagai petani. Hal ini didukung oleh kondisi tanah yang subur dan udara yang sejuk, yang memungkinkan banyak tumbuhan yang bisa ditanami dengan baik.

Oleh karena itu para petani yang berada disana memerlukan tempat yang dapat menjadi lokasi jual-beli hasil pertanian mereka. Sementara untuk Pajak Buah Berastagi sendiri aktor-aktor yang terlibat dalam transaksi penjualan disana adalah para pedagang dengan para calon pembeli atau pengunjung (wisatawan) yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari mancanegara.

3.3.1. Penjualan Buah-buahan

Aktor-aktor yang terlibat dalam transaksi penjualan buah-buahan di Pajak Buah Berastagi adalah para pedagang yang ada disana. Para pedagang ini kebanyakan bertempat tinggal tidak jauh dari lokasi mereka berjualan atau di sekitar desa yang ada di Berastagi.


(18)

Penjualan buah-buahan yang ada di Pajak Buah Berastagi umumnya menjual jenis buah-buahan yang banyak dijumpai di dataran tinggi Karo, seperti Jeruk, Markisa, Salak, Mangga, dan Kasmak. Selain itu, ada juga buah Pepino, yang juga berasal dari sana. Buah Pepino merupakan hasil tanaman yang dibudidayakan secara organik (tanpa menggunakan pestisida) yang tumbuh di dataran tinggi Karo10.

Beberapa manfaat yang kita dapat dari mengkonsumsi buah ini, antara lain; menurunkan tekanan darah tinggi; mempercepat penyembuhan penyakit stroke; melancarkan air seni; mempercepat pengeluaran batu ginjal; menyembuhkan penyakit diabetes melitus; menyembuhkan penyakit jantung; dan menyembuhkan penyakit liver.

Foto 17. Sumber : Foto Leonard Ginting, 30 Januari 2015. Buah Pepino (tengah, berwarna ungu).

Hasil observasi yang penulis dapatkan selain jenis buah-buahan ini bahwa mayoritas pedagang buah yang ada disana adalah berasal suku


(19)

Karo. Hal ini tentunya akan menjadi pertanyaan kritis dari penulis, yaitu apakah ada perbedaan harga yang ditetapkan oleh pedagang yang ada disana saat calon pembeli yang datang padanya berasal dari suku yang sama.

Bp. Alwien Sembiring Pelawi sebagai salah seorang narasumber sekaligus pedagang buah yang ada disana mengatakan jika beliaumengakui bahwa memang harga yang dia berikan kepada calon pembeli yang berasal dari suku yang sama akan lebih murah jika dibandingkan dengan calon pembeli yang berasal dari suku lain, apalagi dari luar negara Indonesia.

Beliau juga mengatakan bahwa dalam penetapan harga barang-barang di Pajak Buah Berastagi, tidak ada pasaran harga yang harus diikuti oleh para pedagang disana dan juga pihak pemerintah tidak ikut campur tangan soal penetapan harga ini.

Dengan begitu penulis dapat menyimpulkan jika dalam transaksi jual-beli di Pajak Buah Berastagi, penetapan harga akan dicapai saat seorang pedagang dan calon pembeli sepakat dengan penawaran harga yang ditetapkan dan disetujui oleh masing-masing pihak.

Hal ini tentunya juga sama dengan barang-barang lain yang dijual disana, seperti sayur-sayuran, pakaian, keranjang buah, dan lain-lain. Berikut adalah nama-nama barang yang dijual Bp. Alwien Sembiring di lapaknya.

Tabel 4 : Nama-nama Barang yang dijual Bp. Alwien Sembiring No. Nama Barang yang

Dijual


(20)

2. Sayur Ubi Rp 4.500 / Kg Rp 10.000 / Kg 3. Kerupuk Emping Rp 55.000 / Kg Rp 80.000 / Kg 4. Sayur Kentang Rp 6.000 / Kg Rp 10.000 / Kg 5. Buah Anggur Rp 45.000 / Kg Rp 75.000 / Kg

6. Buah Apel Rp 30.000 / Kg Rp 40.000 / Kg

7. Sirup Rp 65.000 / Kg Rp 75.000 / Kg

8. Keranjang Buah Rp 30.000 / Kg Rp 50.000 / Kg Sumber : Hasil Wawancara dengan Bp. Alwien Sembiring, 26 Januari 2015.

Di lain pihak Ibu Aldi br Sembiring mengatakan bahwa penetapan harga dari masing-masing barang yang dijual oleh pedagang yang ada di Pajak Buah Berastagi memang tidak memiliki standar. Oleh karena itu kami para pedagang yang ada disini menetapkan harga yang bersaing.

Harga itu ditetapkan oleh masing-masing pedagang yang ada disana. Berikut adalah daftar nama-nama buah yang dijual oleh Ibu Aldi br Sembiring beserta dengan harga beli (saat Ibu Aldi membelinya dari salah seorang Perkoper langganannya di Pajak Buah Berastagi), harga jual (harga yang ditetapkan Ibu Aldi kepada calon pembeli) beserta daerah pemasoknya.

Tabel 5 : Nama-nama Buah yang dijual Ibu Aldi br Sembiring No. Nama

Buah

Harga Beli Harga Jual Daerah Pemasok 1. Salak Rp 11.000 /

Kg

Rp 20.000 / Kg

Desa Kutambaru 2. Markisa Rp 13.000 /

Kg

Rp 25.000 / Kg

Desa Merek dan Kota Padang (Sumatera

Barat) 3. Jeruk Rp 10.000 /

Kg

Rp 20.000 / Kg

Desa Bukit dan Desa Barungkersap 4. Mangga Rp 15.000 /

Kg

Rp 25.000 / Kg

Provinsi Aceh dan Desa Haranggaol 5. Kasmak Rp 10.000 /

Kg

Rp 25.000 / Kg

Berastagi, Merek, dan Sidikalang 6. Sunkis Rp 12.000 /

Kg

Rp 25.000 / Kg

Desa Lau Kawar 7. Pepino Rp 8.000 /

Kg

Rp 18.000 / Kg

Desa Tanjung Barus Sumber : Hasil Wawancara dengan Ibu Aldi br Sembiring, 30 Januari 2015.


(21)

(22)

3.3.2. Penjualan Secara Borongan

Transaksi penjualan secara borongan terjadi pada saat para pedagang yang ada di Pajak Buah Berastagi hendak membeli barang-barang yang ada di Pajak RogaBerastagi. Pembelian barang-barang-barang-barang ini kebanyakan berjumlah mulai dari enam puluh lima (65kg) kilogram sampai dengan tiga ratus (300kg) kilogram.

Hal ini memang cukup beralasan karena Pajak Roga Berastagi merupakan tempat jual-beli yang masuk dalam kategori partai menengah.Barang-barang yang dibeli dari Perkoper ini sebelumnya sudah dipesan terlebih dahulu oleh pedagang yang ada di Pajak Buah Berastagi karena apabila tidak demikian maka yang dikhawatirkan barang tersebut akan dibeli oleh pedagang yang lain, seperti agen pemasok yang berasal dari Medan dan Siantar.

Barang-barang yang sudah dibeli dari Pajak Roga kemudian akan dibawa ke Pajak Buah Berastagi dan kemudian si pedagang akan membuka barang yang sudah dibelinya itu untuk kembali dijual disana. Untuk jumlah barang yang letakkan di atas lapak tidak semuanya diletakkan oleh si pedagang.

Misalnya dari seratus (100kg) kilogram buah Jeruk yang dibeli oleh si pedagang dari Pajak Roga, sekitar dua puluh (20kg) kilogram saja yang diletakkan di atas lapaknya. Hal ini dikarenakan ukuran lapak yang tidak mencukupi apabila semua Jeruk diletakkan di atas dan juga ada buah-buahan lain yang nantinya juga akan diletakkan bersebelahan dengan buah Jeruk tersebut.


(23)

3.3.3. Penjualan Secara Eceran

Transaksi penjualan secara eceran atau dengan hitungan per kilogram akan ditemui di Pajak Buah Berastagi. Hal ini terjadi karena kebanyakan dari calon pembeli disana adalah wisatawan dalam negeri maupun mancanegara yang ingin membeli buah-buahan ataupun sayur-sayuran dengan jumlah yang tidak terlalu banyak.

Wildo Elka Putra sebagai salah satu informan yang penulis tanyakan mengaku jika dia membeli buah-buahan disana hanya untuk konsumsi pribadi dan oleh-oleh untuk keluarga di Padang. Mahasiswa jurusan Antropologi di Universitas Andalas ini kebetulan juga sedang menjalani tahap yang sama dengan yang sedang penulis jalani saat ini di perkuliahan yaitu penyusunan skripsi sebagai tahap akhir dari program S1 yang sekarang sedang penulis jalani.

Berbeda dengan Pajak Roga Berastagi dimana transaksi yang berjalan disana masuk kedalam kategori partai menengah, jenis transaksi yang berjalan di Pajak Buah Berastagi ini masuk kedalam kategori partai kecil.

Namun begitu melihat dari statusnya sebagai salah satu daerah dan tujuan objek wisata, maka calon pembeli yang berkunjung kesana setiap harinya pun selalu ramai dan tidak menutup kemungkinan jumlah permintaan yang dapat berubah sewaktu-waktu disana.

Ibu Aldi br Sembiring mengatakan jika dalam sehari buah-buahan yang beliau jual bisa sampai pada hitungan 10 kg – 20 kg setiap harinya.


(24)

Berbeda lagi apabila memasuki hari libur akhir pekan dimana buah-buahan yang dijualnya bisa mencapai 30 kg – 40 kg.

3.4. Jaringan dalam Pedagang di Pajak Roga Berastagi dan Pajak Buah Berastagi

Jaringan sosial merupakan pengelompokan hubungan-hubungan sosial diantaranya paling sedikit tiga orang yang memiliki identitas tertentu. Orang-orang yang tercakup di dalam jaringan sosial itu disebut sebagai suatu kesatuan sosial tertentu diantara mereka.

Jaringan ini terbentuk dari hubungan-hubungan sosial yang berkenaan dengan berbagai aspek kehidupan manusia, misalnya jaringan sosial perekonomian, keagamaan, kekerabatan, maupun pertemanan (Suparlan, 1992:85).

Jaringan yang terbentuk di Pajak Roga Berastagi adalah jaringan yang timbul antara perkoper di Pajak Roga dengan agen pemasok dan pedagang yang ada di Pajak Buah Berastagi. Jaringan ini terbentuk karena adanya usaha dari perkoper untuk membangun rasa percaya kepada setiap agen pemasok dan para pedagang yang hendak membeli barang dari si perkoper.

Salah satu caranya adalah perkoper akan meyusun ulang sayur atau buah-buahan yang sudah dibelinya dari petani, lalu memasukkannya kembali ke dalam keranjang masing-masing kategori dari sayur atau buah-buahan tersebut. Dengan begitu barang-barang yang hendak dijual oleh perkoper tidak mengecewakan langganannya karena kualitas maupun kuantitasnya sudah dapat dijamin, tergantung permintaan dari si pembeli tersebut.


(25)

Ibu Aldi br Sembiring sebagai salah seorang narasumber dan pedagang disana mengatakan, jaringan yang muncul diantara para pedagang di Pajak Buah Berastagi ini berawal dari adanya keinginan yang timbul untuk meningkatkan hubungan persaudaraan diantara para pedagang yang ada disana. Jaringan ini bernama Serikat Tolong Menolong Tarum Ijuk.

STM Tarum Ijuk adalah perkumpulan dari para pedagang di Pajak Buah Berastagi dimana dana yang terkumpul dari perserikatan itu digunakan jika ada salah seorang anggota yang sedang berduka-cita atau kemalangan. Dana yang terkumpul itu akan diberikan dalam bentuk sumbangan.

Selain itu untuk anggota yang akan menikah, juga akan diberikan sumbangan. Salah satu tujuan dari STM Tarum Ijuk yaitu meningkatkan persaudaraan diantara para pedagang yang ada di Pajak Buah Berastagi. Selain itu diharapkan dengan adanya jaringan ini dapat mengurangi hal-hal negatif yang mungkin sering muncul dalam kegiatan pasar seperti persaingan dan pertentangan. Adanya serikat ini juga diharapkan akan dapat menjadi solusi pemecahan setiap masalah yang timbul di lingkungan Pajak Buah Berastagi serta adanya self

regulation (pengaturan sendiri) diantara aktor-aktor yang terlibat dalam


(26)

BAB IV

ATURAN ATURAN DALAM PENJUALAN

4.1. Aturan yang Ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kepada Para Pedagang yang Memegang Hak Sewa Kios / Lapak

Pemerintah Daerah melalui Dinas Pasar UPT Pasar Pajak Buah Berastagi telah memberikan aturan berupa penetapan harga kepada para pedagang yang ingin berjualan di Pajak Buah Berastagi. Menurut keterangan yang penulis dapatkan dari Unit Pelaksana Teknis Pusat Pasar Pajak Buah Berastagi, tidak ada yang namanya pemilik kios atau lapak, tetapi yang ada yaitu Hak Pemegang Sewa yang dimiliki oleh masing-masing pedagang yang ada di Pajak Buah Berastagi.

Jadi pada awalnyaPemerintah daerah setempat melalui dinas pasar telah membangun Pajak Buah Berastagi dimana di bagian luarnya (pinggir jalan) terdapat 180 unit kios dan pada bagian dalamnya terdapat 90 unit losd atau bale-bale.

Kemudian Pemda menjual masing-masing kios dan bale-bale tersebut kepada orang-orang yang ingin berjualan ataupun hendak ingin menyewakannya lagi kepada orang lain di tempat tersebut. Penetapan harga masing-masing lahan yang ada disana menjadi kewenangan sepenuhnya dari Pemda.

Setelah orang tersebut membayar harga tanah yang ingin mereka tempati di Pajak Buah Berastagi (kita sebut orang tersebut adalah pemilik pertama), barulah mereka dapat memulai usaha mereka untuk berjualan di tempat tersebut dengan ketentuan pengutipan pajak bangunan dan biaya lainnya yang harus dibayar setiap bulannya.


(27)

Jika si Pemilik pertama ini hendak menyewakan lahan yang sudah dibelinya dari Pemda untuk disewakan lagi kepada orang lain maka hal tersebut sudah menjadi urusan antara pihak Pemilik pertama dengan orang yang akan menyewanya.

Dengan kata lain Pemda sudah tidak memiliki kewenangan lagi dalam menetapkan harga sewa kepada pihak yang ingin menyewa lahan kepada si Pemilik pertama. Dari hasil pengamatan dan wawancara yang penulis dapatkan selama menjalani penelitian disana, ternyata banyak dari kios-kios ataupun lapak atau bale-bale yang ada disana, dimana pemiliknya menyewakan lagi lahan yang sudah dibelinya dari Pemda kepada orang-orang yang ingin berjualan di Pajak Buah Berastagi.

Hal ini lebih banyak terjadi pada lahan yang berbentuk kios yang berada di bagian luar (pinggir jalan).Kebetulan pada saat penulis berada disana, ada satu kios yang tutup dimana pada bagian luarnya ada plang yang tertulis bahwa kios tersebut hendak dijual oleh pemiliknya.

Kios tersebut berada persis disamping kanan dari kios salah satu informan penulis yakni Ibu Aldi br. Sembiring. Sebuah harga yang fantastis dimana tertulis harga Rp 1.200.000.000,00 untuk dapat memiliki sebuah lahan di salah satu bagian dari Pajak Buah Berastagi.

Saat ini status kepemilikan kios-kios ataupun losd atau bale-bale yang ada disana sudah tidak ada lagi yang dimiliki oleh Pemda. Dengan kata lain penulis dapat menyimpulkan semua lahan yang ada disana sudah dibeli oleh masyarakat, namun siapapun pihak yang menempati lahan tersebut tetap harus membayar pajak bangunan dan biaya pengutipan lainnya selama berjualan disana.


(28)

4.2. Aturan yang Ditetapkan oleh Penjaga Keamanan dan Petugas Kebersihan kepada Para Pedagang

Penjaga keamanan di Pajak Buah Berastagi dikelola oleh para pemuda setempat atau masyarakat sekitar sering menyebutnya PS. Para pemuda setempat ini bukanlah berasal dari organisasi atau hal-hal yang terkait dengan itu. Mereka murni adalah pemuda setempat yang tinggal di sekitar Pajak Buah Berastagi dan bekerja sebagai penjaga keamanan disana.

Mereka tidak dilengkapi dengan seragam atau atribut yang menandakan bahwa mereka adalah penjaga keamanan, tetapi para pedagang dengan para PS ini sudah melakukan kesepakatan soal keamanan disitu.Salah satu informasi yang penulis dapatkan tentang keamanan disana yaitu apabila ada barang dari pedagang yang ada disana yang hilang, maka pihak keamanan setempat wajib membayar ganti rugi atas kehilangan yang dialami pedagang yang ada disana.

Penghitungan jumlah ganti rugi ini dihitung berdasarkan jumlah barang yang hilang, dikalikan dengan harga pasaran dari barang yang hilang (per kilogram).Para penjaga keamanan ini mulai bertugas menjaga kediaman Pajak Buah Berastagi mulai pukul 20.00 WIB sampai dengan pukul 08.00 WIB.

Mereka menjaga dengan mulai mengunci atau menutup pintu masuk menuju bagian dalam dari Pajak Buah Berastagi lalu menjaganya dari luar. Jika masih ada pembeli atau pengunjung yang berada di dalam Pajak Buah Berastagi diatas pukul 20.00 WIB maka pihak keamanan setempat akan menunggu sampai pembeli atau pengunjung yang berada di dalam lokasi itu keluar dari Pajak Buah Berastagi.


(29)

Sedangkan kebersihan di tempat itu dikelola oleh petugas kebersihan dari dinas kebersihan pemerintah daerah setempat. Mereka juga mempunyai aturan yaitu pengutipan biaya kebersihan sebesar Rp 10.000,00 setiap minggu.

Penetapan biaya kebersihan ini diterapkan untuk semua pedagang yang ada disana, baik yang berada di bagian luar maupun yang berada di bagian dalamnya. Petugas kebersihan ini bekerja setiap hari pada pukul 17.00 WIB sampai dengan pukul 20.00 WIB.

4.3. Hubungan di antara Aktor-aktor yang Terlibat

Hubungan di antara aktor-aktor yang terlibat di Pajak Buah Berastagi dapat dilihat dalam hal menetapkan dan mematuhi berbagai aturan yang ditetapkan oleh aktor-aktor yang terlibat di Pajak Buah Berastagi Kelurahan Gundaling I Kecamatan Berastagi. Berikut penulis akan memberikan gambaran deskriptifnya.

4.3.1. Hubungan antara Pemerintah Daerah dengan Para Pedagang Hubungan yang terjalin antara pihak pemerintah daerah (dinas pasar) dengan para pedagang di Pajak Buah Berastagi dapat dilihat dari pengutipan biaya retribusi pajak yang setiap bulannya wajib dibayar oleh para pedagang yang memiliki Hak Pemegang Sewa atas masing-masing kios atau lapak yang ditempatinya.

Dinas Pasar Pajak Buah Berastagi telah menetapkan aturan mengenai biaya retribusi pajak sebesar Rp 18.000,00 per bulan untuk losd atau bale-bale yang ada di bagian dalam, sedangkan untuk kios yang


(30)

berada di bagian luar ditetapkan biaya retribusi pajak Rp 27.000,00 setiap bulannya.

Sedangkan untuk pelataran, pihak dinas pasar menetapkan harga Rp 1.000,00 per meter. Pengutipan biaya pelataran ini dilakukan setiap hari.Selain itu pihak dinas pasar juga menetapkan aturan untuk listrik, dimana akan dikenakan biaya tambahan sebesar jumlah lampu yang digunakan oleh masing-masing pedagang setiap harinya. Para pedagang yang ada disana juga dilarang mengubah ukuran lapak tempat mereka berjualan.

Foto 18. Sumber : Foto Leonard Ginting, 16 Oktober 2014. Pelataran merupakan lapak tambahan yang dibuat oleh pedagang buah, diluar


(31)

4.3.2. Hubungan antara Para Pedagang denganPenjaga Keamanan danPetugas Kebersihan

Hubungan yang terjalin di antara para pedagang dengan penjaga keamanan dan petugas kebersihan di Pajak Buah Berastagi merupakan hubungan timbal-balik yang saling membutuhkan. Maksudnya disini adalah adanya sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan untuk mendapat keuntungan bagi para pemuda setempat dan petugas kebersihan dan rasa aman dan nyaman bagi para pedagang, pembeli, dan para pengunjung yang ada di Pajak Buah Berastagi.

Hubungan saling menjaga ini hendaknya harus dipatuhi dan dapat dibina dengan baik terlebih untuk penjaga keamanan yang memiliki tanggung jawab yang besar, karena harus menanggung setiap kehilangan yang dialami oleh para pedagangyang ada disana jika ada barang dagangannya yang hilang.

4.3.3. Hak dan Kewajiban Aktor-aktor yang Terlibat

Hak adalah segala sesuatu yang harus didapatkan oleh setiap manusia yang telah ada sejak lahir, bahkan sebelum dia lahir. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, hak memiliki pengertian tentang sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan, untuk berbuat sesuatu, kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, dan derajat atau martabat.

Sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan, keharusan atau sesuatu hal yang harus dilaksanakan.Berikut akan penulis


(32)

paparkan mengenai hak dan kewajiban aktor-aktor yang terlibat di Pajak Buah Berastagi.

a) Pemerintah Daerah (Dinas Pasar)

 Pemerintah daerah setempat melalui dinas pasar Pajak Buah Berastagi memiliki hak untuk mengutip biaya retribusi pajak dari setiap pedagang yang ada di Pajak Buah Berastagi setiap bulannya dan juga berhak menerima pendapatan/pemasukan dana yang berasal dari pengutipan retribusi pajak tersebut.  Pemerintah daerah setempat melalui dinas pasar

Pajak Buah Berastagi memiliki kewajiban untuk menjamin keabsahan dari setiap lapak dan kios yang berdiri dan ditempati oleh para pedagang di Pajak Buah Berastagi.

b) Para pedagang di Pajak Buah Berastagi

 Para pedagang di Pajak Buah Berastagi memiliki hak untuk menerima dan menggunakan fasilitas yang tersedia di dalam masing-masing kios dan atau lapak yang mereka tempati, termasuk di dalamnya pelayanan penjaga keamanan dan petugas kebersihan.

 Para pedagang di Pajak Buah Berastagi memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan yang


(33)

terbaik bagi setiap calon pembeli dan pengunjung yang datang kesana.

c) Penjaga Keamanan

 Penjaga keamanan di Pajak Buah Berastagi yang dikelola oleh Pemuda Setempat memiliki hak untuk mengutip biaya keamanan atau yang sering disebut uang jaga malam kepada setiap pedagang yang berada di Pajak Buah Berastagi. Biaya keamanan untuk kios yang berada di pinggir luar pajak ini dikutip Rp 20.000,00 setiap minggunya, sedangkan untuk lapak atau bale-bale yang berada di bagian dalam dikutip Rp 15.000,00 setiap minggunya.  Penjaga keamanan di Pajak Buah Berastagi

memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan keamanan kepada para pedagang yang ada di Pajak Buah Berastagi yaitu dengan melakukan kegiatan jaga malam disana setiap harinya.

d) Petugas Kebersihan

 Petugas kebersihan melalui dinas kebersihan setempat memiliki hak untuk mengutip biaya uang kebersihan kepada setiap pedagang di Pajak Buah Berastagi dengan biaya Rp 10.000 setiap minggunya untuk semua kios dan lapak (bale-bale) disana.


(34)

 Petugas kebersihan disana memiliki kewajiban untuk membersihkan komplek Pajak Buah Berastagi setiap harinya yang dimulai pada pukul 17.00 WIB sampai dengan pukul 20.00 WIB.

4.4. Interaksi di Pajak Buah Berastagi

Pengertian interaksi adalah pergaulan antara individu dengan individu yang lain, antara satu kelompok dengan kelompok yang lain dalam suatu masyarakat sehingga dapat terjalin komunikasi dan respon diantara keduanya (Koentjaraningrat, 1979:176-177).

Diantara mereka sering terjadi komunikasi dan tanpa disadari mereka saling tukar pengetahuan dan pengalaman. Misalnya suka-duka para pedagang di Pajak Buah Berastagi dan para calon pembeli dan pengunjung, mereka akan banyak bercerita tentang objek wisata yang mereka kunjungi.

Interaksi sosial berlangsung apabila individu atau kelompok mempunyai harapan untuk kemajuan atau dengan interaksi itu ia akan mempunyai perasaan “berkembang” karenanya. Interaksi semacam ini terwujud dalam hubungan antara pedagang dan diantara pedagang dengan calon pembeli atau pengunjung di Pajak Buah Berastagi.

Dalam hal ini penulis dapat melihat bahwa hubungan yang tercipta diantara mereka adalah secara timbal-balik karena masing-masing pihak mempunyai tujuan, yaitu mengharapkan kemajuan dan perkembangan dalam hal keuntungan, baik yang bersifat material maupun non material.


(35)

aktor yang terlibat di dalamnya. Bentuk interaksi yang terjadi antara lain adalah kerja sama, persaingan, dan pertentangan.

Ketiga bentuk interaksi tersebut dapat kita kaitkan dalam kegiatan transaksi yang diperankan oleh aktor-aktor yang terlibat di Pajak Buah Berastagi.

4.4.1. Kerjasama

Salah satu bentuk kerja sama dalam transaksi di Pajak Buah Berastagi adalah kerja sama dalam hal membuat aturan-aturan yang dipahami bersama oleh aktor-aktor yang terlibat. Bentuk kerja sama ini diantaranya adalah :

a) Kerjasama diantara pihak pemerintah melalui dinas pasar dengan para pedagang di Pajak Buah Berastagi di dalam menentukan ukuran masing-masing jenis lapak atau kios yang mereka tempati. Penentuan ini ditetapkan melalui keseimbangan antara luas keseluruhan lahan yang ada disana, dibagi dengan jumlah lapak dan kios yang ada. Pihak dinas pasar juga membedakan biaya retribusi pajak yang dikenakan terhadap jenis tempat dihuni oleh masing-masing pedagang. Tentunya biaya pajak akan lebih mahal untuk jenis kios dibanding dengan jenis bale-bale atau losd. b) Kerjasama diantara agen pemasok dengan pedagang di

Pajak Buah Berastagi. Hal ini dilakukan agar masing-masing pihak dapat terus membangun hubungan relasi yang


(36)

baik dengan tujuan untuk mendapat keuntungan, baik dalam hal material maupun non material.

c) Kerjasama diantara para pedagang yang ada di Pajak Buah Berastagi di dalam menciptakan suasana ramah dan menyenangkan agar calon pembeli ataupun wisatawan yang berkunjung kesana bisa betah dan berlama-lama menghabiskan waktunya disana. Hal ini penting untuk dilakukan selain untuk kegiatan jual-beli, maupun untuk mendukung kota Berastagi sebagai salah satu daerah dan tujuan objek wisata di Kabupaten Karo.

d) Kerjasama antara masing-masing pedagang di Pajak Buah Berastagi dengan setiap calon pembeli atau pengunjung yang datang ke tempatnya. Hal ini dapat dilakukan dengan membangun komunikasi yang baik dengan setiap calon pembeli atau pengunjung. Dengan itu diharapkan pembeli dapat merasa dimengerti keinginannya akan barang yang akan mau dibelinya.

e) Kerjasama diantara para pedagang di Pajak Buah Berastagi dengan penjaga keamanan yang dikelola oleh pemuda setempat. Hal ini dilakukan agar tercipta kondisi aman disana dan para pedagang yang ada disana tidak merasa khawatir setiap kali mereka ingin pulang ke rumah saat menutup tempatnya berjualan. Disamping itu rasa aman itu


(37)

juga perlu diberikan kepada setiap calon pembeli ataupun wisatawan yang berkunjung kesana.

f) Kerjasama diantara para pedagang di Pajak Buah Berastagi dengan petugas kebersihan setempat yang dikelola oleh dinas kebersihan. Hal ini dilakukan untuk menciptakan kondisi bersih dan asri di dalam komplek Pajak Buah Berastagi maupun di sekitarnya. Kita yakin dengan kondisi itu semua orang akan merasa nyaman setiap kali berkunjung kesana.

g) Kerjasama diantara ketiga pihak yang berpengaruh terhadap kelangsungan Pajak Buah Berastagi, yaitu pemerintah daerah setempat melalui dinas pasar, petugas kebersihan yang dikelola oleh dinas kebersihan, dan pihak keamanan yang dikelola oleh Pemuda Setempat. Hal ini menurut penulis penting untuk diwujudkan agar kota Berastagi pada umumnya dan Pajak Buah Berastagi pada khususnya dapat terus eksis atau bertahan didalam posisinya sebagai daerah dan tujuan objek wisata di Karo.


(38)

4.4.2. Persaingan

Persaingan merupakan suatu fenomena umum yang terjadi di dalam sebuah pasar. Hal ini terjadi karena pasar adalah arena sosial untuk proses transaksi jual-beli dan tawar-menawar diantara aktor-aktor yang terlibat. Persaingan ini dapat dimaklumi karena masing-masing pihak dalam setiap usahanya ingin memperoleh keuntungan sebanyak mungkin.

Dalam hal ini menurut penulis, persaingan ini sebenarnya ditujukan untuk menunjukkan para aktor yang terlibat agar dapat merasa setara atau sama status dan kepentingannya dalam mendapatkan suatu tujuan. Maksudnya dengan pengertian yang bersaing adalah sama peranan dan kedudukannya untuk berlomba mendapatkan keuntungan atau mencapai tujuan.

Persaingan yang timbul di Pajak Buah Berastagi ini, antara lain : a) Persaingan diantara para agen pemasok dalam memasok

barang-barang yang dijualnya kepada para pedagang di Pajak Buah Berastagi. Seperti informasi yang penulis dapatkan dari salah satu informan bahwa para agen pemasok ingin agar barang dagangannya bisa dibeli oleh pedagang disana karena biasanya mereka akan mendapatkan keuntungan yang lebih dibandingkan saat para agen pemasok itu menyalurkan barang dagangannya ke tempat lain. Salah satu hal yang dilakukan oleh para agen pemasok itu adalah dengan cara membangun hubungan relasi yang baik dengan para pedagang disana.


(39)

b) Persaingan diantara pedagang disana dalam mendapatkan pasokan barang yang diminta. Persaingan ini timbul dari permintaan pedagang yang ada disana kepada agen pemasok yang menjual barang dagangannya ke Pajak Buah Berastagi. Para pedagang ini harus memberikan penawaran yang bersaing kepada agen pemasok agar mereka dapat membeli barang yang dijual agen tersebut. Hal ini dapat dimaklumi karena biasanya barang-barang yang dipasok oleh agen pemasok adalah barang-barang yang masih segar. Maksudnya yaitu barang-barang dalam hal ini adalah buah-buahan dan sayur-mayur yang baru saja dipanen dari ladang atau kebun.

c) Persaingan diantara para pedagang disana dalam mengajak calon pembeli atau wisatawan yang berkunjung untuk dapat membeli barang dagangannya. Hal yang sering dilakukan oleh pedagang dalam rangka menarik minat mereka adalah dengan menyuguhkan salah satu buah yang mereka jual untuk dapat dirasakan atau dimakan oleh pembeli. Setelah itu barulah pedagang itu memberikan sedikit gambaran mengenai daerah asal buah yang dimakan oleh calon pembeli. Ini salah satu kelebihan yang penulis rasakan disana, dimana buah yang sudah disuguhkan oleh pedagang untuk dimakan oleh calon pembeli walaupun akhirnya si


(40)

calon pembeli tidak jadi membelinya, maka si pedagang akan merelakan buah yang sudah dimakannya itu.

4.4.3. Pertentangan

Pertentangan adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha memenuhi kebutuhan atau tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan. Dari pengertian di atas penulis melihat bahwa jenis pertentangan yang ada dalam transaksi jual-beli di Pajak Buah Berastagi masuk ke dalam jenis pertentangan secara tidak langsung.

Hal ini terjadi karena di dalam bentuk persaingan jual-beli dan tawar-menawar yang dilakukan oleh para pedagang disana, masing-masing pedagang sering memberikan berita yang negatif kepada calon pembeli yang datang ke tempatnya saat si calon pembeli melakukan penawaran harga lalu membanding-bandingkan harga yang diberikan kepada pedagang dengan harga yang diberikan kepada pedagang sebelumnya.

Misalnya saat si calon pembeli datang ke tempat pedagang B lalu melakukan proses tawar-menawar. Saat si calon pembeli mengatakan kalau harga yang dibuat oleh pedagang B terlalu mahal dan mengatakan kalau harga yang diberikan oleh pedagang A lebih murah, maka pedagang B sering mengatakan berita yang negatif kepada si calon pembeli mengenai barang yang dijual oleh pedagang A.

Penulis menilai pertentangan ini tentu dapat membuat si calon pembeli akan terpengaruh pikirannya mengenai persaingan yang ada


(41)

disana, dan kemungkinan yang terburuk adalah si calon pembeli tidak akan mau datang lagi ke Pajak Buah Berastagi.

4.5. Sisi Kehidupan Pedagang di Pajak Buah Berastagi

Disini penulis akan menceritakan sedikit kisah pengalaman hidup dari sepasang suami-istri pedagang buah di Pajak Buah Berastagi, bernama Erni br Ginting dan Alwien Sembiring Pelawi. Kisah ini dimulai dari salah seorang informan bernama Erni br Ginting.

Beliau memiliki pekerjaan sebagai salah seorang pedagang buah di Pajak Buah Berastagi. Erni memulai pekerjaannya tersebut pada waktu dia masih berumur lima belas tahun dan masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama kelas XII di salah satu sekolah negeri di kota Berastagi sekitar tahun 90-an.

Setiap pulang sekolah Erni melakukan aktivitas berjualannya sehari-hari sampai pukul 20.00 WIB. Barang-barang yang dijual Erni adalah bermacam buah-buahan khas Karo, seperti Jeruk, Markisa, Mangga, dan Kuini.Sampai akhirnya Erni masuk di salah satu Sekolah Menengah Atas di sekolah negeri di kota Berastagi, beliau masih tetap berjualan di Pajak Buah Berastagi.

Posisi tempat Erni berjualan disana pada saat itu adalah di bagian luar, sampai pada tahun 2007 beliau menyelesaikan pendidikannya di bangku SMA. Sebelumnya pada tahun 2001 Erni yang masih lajang berpacaran dengan Alwien Sembiring Pelawi dan akhirnya mereka menikah pada tahun 2002.

Alwien sendiri akhirnya mengikuti jejak istrinya dengan ikut berjualan buah di Pajak Buah Berastagi yang dimulai pada tahun 2003. Tempat berjualan Alwien adalah di bagian dalam atau di bagian losd atau bale-bale.Setelah beberapa tahun


(42)

kemudian, Erni merasa kalau berjualan di bagian luar kondisi buah-buahan yang dijualnya lebih beresiko terkena abu jalan raya dan tidak terlalu bersih, akhirnya beliau memutuskan untuk ikut suaminya mengambil tempat bersebelahan di bagian losd atau bale-bale milik suaminya berjualan di Pajak Buah Berastagi.

Menurut keterangan pasangan suami-istri ini, pada bulan Juni tahun 2003 para pedagang yang ada di Pajak Buah Berastagi sempat bentrok dengan petugas Satuan Pamong Praja. Hal ini disebabkan pada saat itu pihak pemerintah setempat berencana untuk melakukan renovasi seluruh bangunan yang ada di bagian dalam Pajak Buah tersebut.

Sayangnya banyak pedagang yang ada disana mengaku tidak mendapat pemberitahuan terlebih dahulu mengenai rencana pemerintah yang akan melakukan renovasi itu.Pihak Satuan Pamong Praja ini pun tetap melaksanakan pembongkaran terhadap semua losd atau bale-bale yang ada disana, dan hal itu mendapat penolakan para pedagang disana.

Perkelahian pun tak terelakkan. Akhirnya pihak pemerintah turun ke lokasi perkara dan memutuskan bahwa kegiatan renovasi akan tetap dilaksanakan dan selama itu para pedagang yang lahannya terkena dampak renovasi akan diberikan lahan berjualan sementara. Tempat itu berada di Open Stage Berastagi, yaitu di bagian parkiran kendaraannya.

Setelah kedua belah pihak yakni pemerintah dengan para pedagang sepakat akhirnya para pedagang pun berjualan di Tempat Penjualan Sementara (TPS) yang sudah disediakan. Sementara pihak pemerintah melakukan renovasi terhadap bagian dalam dari Pajak Buah Berastagi. Lalu pada Mei 2004 renovasi pun selesai


(43)

dan para pedagang dipersilahkan untuk menempati losd atau bale-balenya kembali disana.

Pada tahun 2010 hasil pertanian di Karo mengalami keadaan yang buruk dikarenakan abu vulkanik dari aktivitas gunung Sinabung. Hal ini cukup mempengaruhi banyak aspek, termasuk kepada pendapatan yang diterima oleh Alwien Sembiring Pelawi dan Erni br Ginting.

Bahkan sampai saat ini ancaman abu vulkanik masih terus mengancam pertanian disana. Saat ini keluarga Alwien Sembiring Pelawi dengan Erni br Ginting telah dikaruniai tiga orang anak. Anak yang pertama duduk di kelas VI Sekolah Dasar, anak yang kedua duduk di kelas II Sekolah Dasar, sedangkan anak yang ketiga masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak.Sampai saat ini mereka masih berjualan di bagian dalam Pajak Buah Berastagi.


(44)

BAB V PENUTUP

5.1. Aturan-aturan Hukum Lokal dan Aturan-aturan Hukum Pemerintah yang Berlaku di Pajak Roga Berastagi dan Pajak Buah Berastagi

I. Aturan-aturan Hukum Lokal

 Biasanya para pedagang di Pajak Buah Berastagi akan memberikan potongan harga yang lebih kepada calon pembeli yang berasal dari satu suku dengan si pedagang. Hal ini sering terjadi dalam proses tawar-menawar;

 Para petani yang hendak menjual barang dagangannya di Pajak Roga Berastagi biasanya adalah para petani yang memiliki jumlah hasil panen yang berkisar antara 100kg – 600kg. Dalam bahasa dagang jumlah berat dari kebanyakan barang-barang yang dijual di Pajak Roga ini masuk dalam kategori partai menengah;

 Lahan yang sekarang menjadi tempat Pajak Roga Berastagi statusnya adalah lahan sewaan, dimana pihak Pemda menyewanya selama 25 tahun dimulai dari tahun 2013. Sementara itu, biaya-biaya pengutipan yang ada disana, ada yang berasal dari Pemda (dinas pasar, dinas kebersihan, dan dinas perhubungan), ada juga yang berasal dari pihak Tuan tanah dan Pemuda setempat;


(45)

 Biaya sewa kios (ukuran 3 x 3 meter) di Pajak Roga Berastagi sebesar Rp 3.000,00 per hari yang dibayarkan kepada pihak tuan tanah;

 Biaya sewa lapak di Pajak Roga Berastagi sebesar Rp 3.000,00 per hari yang dibayarkan kepada pihak tuan tanah;  Biaya keamanan (jaga malam) di Pajak Roga Berastagi

sebesar Rp 2.000,00 per hari yang dibayarkan kepada Pemuda Setempat;

 Biaya listrik sebesar Rp 2.000,00 per hari di Pajak Roga Berastagi yang dibayarkan kepada Tuan tanah;

 Biaya jaga malam barang sebesar Rp 5.000,00 per keranjang per malam yang dibayarkan kepada Pemuda Setempat;  Tukang Sorong di Pajak Roga Berastagi menetapkan harga

Rp 5.000,00 untuk satu keranjang yang akan disorong dari satu tempat ke tempat yang lain, di lingkungan Pajak Roga Berastagi;

 Perkoper yang baru saja membeli buah atau sayur dari petani yang datang ke Pajak Roga Berastagi biasanya akan menyortir kembali buah atau sayur tersebut, dan mengelompokkan atau memasukkannya kembali ke dalam kategorinya masing-masing. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar barang-barang yang akan dijual oleh perkoper ini nantinya bisa memberikan kepuasan bagi langganannya yang


(46)

sudah biasa membeli sayur atau buah-buahan dari si perkoper;

 Aktivitas pemilik kios atau lapak di Pajak Buah Berastagi dapat terlihat mulai dari pajak itu dibuka, yaitu mulai dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 22.00 WIB;

 Ibu Aldi br Sembiring sebagai salah seorang informan penulis mengakui bahwa interaksinya dengan calon pembeli dari mancanegara, dirinya harus mampu menggunakan bahasa asing, minimal bahasa Inggris;

 Penjaga keamanan di Pajak Buah Berastagi dikelola oleh para Pemuda Setempat di sekitar pajak itu. Mereka menetapkan biaya keamanan berdasarkan dari jenis lapak yang pedagang tempati. Pedagang yang berada di sekitar luar atau pinggiran Pajak Buah Berastagi dikenai biaya Rp 20.000,00 per minggu, sedangkan pedagang yang berada di dalamnya dikenai biaya Rp 15.000,00 per minggu;

 Bp. Alwien Sembiring Pelawi sebagai salah seorang informan penulis yang berjualan di Pajak Buah Berastagi mengatakan bahwa dalam penetapan harga barang-barang disana tidak ada pasaran harga yang harus diikuti oleh para pedagang disana dan juga pihak pemerintah tidak ikut campur tangan soal penetapan harga ini.


(47)

II. Aturan-aturan dari Pemerintah

 Adanya petugas kebersihan dari dinas kebersihan setempat yang bertugas setiap hari di Pajak Buah Berastagi. Para pedagang disitu juga akan dikenakan biaya kebersihan Rp 10.000,00 per minggu;

 Untuk pengunjung di Pajak Buah Berastagi yang datang membawa mobil dikenakan biaya parkir Rp 4.000,00 untuk sekali parkir. Sedangkan untuk pengunjung yang datang membawa sepeda motor dikenakan biaya parkir Rp 2.000,00 untuk sekali parkir;

 Setiap pengunjung dan pedagang di Pajak Buah Berastagi yang hendak menggunakan fasilitas toilet (kamar mandi) disana, akan dikenakan biaya Rp 1.000,00 untuk sekali masuk;

 Biaya pengutipan cukai di Pajak Roga Berastagi sebesar Rp 2.000,00 per hari yang dikutip oleh petugas perpas (dinas pasar);

 Biaya sewa kios (ukuran 3 x 3 meter) di Pajak Roga Berastagi sebesar Rp 2.000.000,00 per tahun, yang dibayarkan kepada pihak perpas (dinas pasar);

 Biaya sewa lapak di Pajak Roga Berastagi sebesar Rp 600.000,00 per tahun, yang dibayarkan kepada perpas (dinas pasar);


(48)

 Biaya kebersihan di Pajak Roga Berastagi sebesar Rp 2.000,00 per hari, yang dibayarkan kepada dinas kebersihan;  Biaya parkir kendaraan di Pajak Roga Berastagi sebesar Rp

2.000,00 untuk mobil kecil dan Rp 5.000,00 untuk mobil besar, yang dibayarkan kepada dinas perhubungan;

 Dinas Pasar Pajak Buah Berastagi menetapkan biaya retribusi pajak sebesar Rp 18.000,00 per bulan untuk losd atau bale-bale yang berada di bagian dalam, sedangkan untuk kios yang berada di bagian luar dikenai biaya retribusi pajak Rp 27.000,00 per bulannya. Pembayaran dilakukan kepada dinas pasar;

 Untuk pelataran, pihak dinas pasar menetapkan harga Rp 1.000,00 per meter. Pengutipan biaya pelataran ini dilakukan setiap hari. Para pedagang di Pajak Buah Berastagi dilarang untuk mengubah ukuran lapak tempat mereka berjualan.

5.2 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat terlihat bahwa berbagai aturan hukum dalam transaksi sebagai bidang sosial semi-otonom yang diperankan oleh aktor-aktor yang terlibat (petani, agen pemasok, perkoper, para pedagang, pemuda setempat, dan petugas kebersihan) di Pajak Buah Berastagi menggunakan dua aturan hukum dalam transaksi penjualan di sana.

Aturan hukum yang digunakan oleh aktor-aktor yang terlibat yaitu berupa aturan-aturan dan norma-norma yang hanya dipahami dan disepakati bersama


(49)

diantara mereka yang terlibat, sedangkan aturan hukum lainnya yang digunakan ialah aturan hukum yang berasal dari pemerintah yakni berupa Peraturan Daerah Kabupaten Karo Nomor 04 Tahun 2012 tentang Retribusi Pasar.

Aturan-aturan inilah yang menyebabkan kegiatan transaksi jual-beli di Pajak Buah Berastagi dapat eksis atau bertahan hingga saat ini. Berbagai aturan ini dimulai dari agen yang memasok buah dan sayur-sayuran dari Pajak Roga Berastagi hingga sampai ke lapak atau kios para pedagang buah dan sayuran di Pajak Buah Berastagi.

Selain itu ada juga agen pemasok yang mendatangkan berbagai hasil kerajinan tangan dan souvenir dari luar daerah, seperti gantungan kunci, dan kaos oblong dari pulau Jawa yang selanjutnya dipasarkan di Pajak Buah Berastagi. Aturan-aturan lain yang juga disepakati bersama oleh aktor-aktor yang terlibat adalah aturan yang ditetapkan oleh penjaga keamanan kepada masing-masing pedagang disana, dimana biaya jaga malam dikenai biaya Rp 20.000,00 seminggu sekali untuk kios dan Rp 15.000,00 untuk losd atau bale-bale.

Penjaga keamanan ini dikelola oleh pemuda setempat yang tinggal di sekitar daerah Pajak Buah. Selain itu ada juga aturan yang ditetapkan oleh petugas kebersihan kepada para pedagang di sana, dimana biaya kebersihan dikenai biaya Rp 10.000,00 seminggu sekali untuk semua tempat berjualan di Pajak Buah Berastagi.

Aturan yang terakhir adalah aturan yang ditetapkan oleh dinas pasar terhadap para pedagang di sana, dimana biaya retribusi pajak dikenai biaya Rp 27.000,00 sebulan sekali untuk kios dan Rp 18.000,00 sebulan sekali untuk losd atau bale-bale.


(50)

Berbagai aturan diatas dianggap sebagai aturan hukum bagi aktor-aktor yang terlibat, yakni berupa aturan-aturan dan norma-norma yang hanya dapat dipahami dan disepakati bersama diantara aktor-aktor yang terlibat. Sedangkan mengenai punishment (hukuman) bagi para pedagang yang melanggar aturan-aturan tersebut akan diberikan sanksi yang tegas, yaitu tidak diperbolehkan berjualan di sana (Pajak Buah Berastagi dan Pajak Roga Berastagi).

Hukuman tersebut berlaku apabila ada salah seorang pedagang yang tidak mau mengikuti aturan-aturan mengenai penetapan harga atau biaya-biaya pengutipan di sana. Berdasarkan hal ini maka penulis menyimpulkan bahwa adanya lebih dari satu aturan hukum di dalam transaksi penjualan di Pajak Buah Berastagi.

Aturan-aturan itu ialah aturan yang diperankan oleh aktor-aktor yang terlibat dan aturan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah. Hal ini tentunya akan menimbulkan pluralisme hukum atau kemajemukan hukum dan yang menimbulkan self regulation atau pengaturan sendiri di Pajak Buah Berastagi.

Adanya konsep strong legal pluralism juga menggambarkan suatu kenyataan bahwa sistem hukum yang paling kuat atau dominan adalah norma-norma yang muncul dari kepentingan-kepentingan pribadi maupun kelompok yang berhadapan dengan kondisi sosial masyarakat yang terus berubah.


(51)

5.3. Saran

Adapun yang menjadi saran di dalam berbagai aturan dalam transaksi di Pajak Buah Berastagi ini, yaitu :

a) Sebaiknya setiap aktor yang terlibat di Pajak Buah Berastagi tetap menjaga komunikasi yang baik setiap harinya demi menjaga tali persaudaraan diantara sesama pedagang. Salah satu caranya adalah dengan lebih memberikan banyak kegiatan yang membangun dan memotivasi sesama pedagang di dalam Serikat Tolong Menolong Tarum Ijuk.

b) Sebaiknya pihak pemerintah melalui dinas pasar lebih memperhatikan kondisi kios yang ditempati para pedagang di Pajak Buah Berastagi terutama kios-kios yang sudah rusak dan membutuhkan renovasi segera.

c) Menurut informasi yang penulis dapatkan dari salah satu pedagang disana, sudah seharusnya pihak pemerintah ikut merenovasi bagian luar (kios-kios) yang ada di Pajak Buah Berastagi. Karena ada aturan pemerintah yang menyebutkan bahwa paling lama tiga puluh tahun bangunan yang ada di pasar tradisional harus direnovasi. Tetapi sudah tiga puluh tahun sejak tahun 1984 pemerintah setempat belum pernah merenovasi bagian luar (kios-kios) di Pajak tersebut bahkan sampai hari ini. Karena itu sebaiknya pemerintah setempat segera melakukan renovasi terhadap bangunan kios yang ada di Pajak Buah Berastagi. d) Untuk buah-buahan yang dijual para pedagang disana sebaiknya lebih


(52)

dijualagar tidak meletakkannya di bagian stelling atau lapak tempat buah-buahan yang masih segar akan dijual karena hal itu justru akan membuat calon pembeli ataupun pengunjung yang datang akan mengurungkan niatnya untuk membeli buah yang ada disana.

e) Sebaiknya pemerintah daerah melalui dinas pasar & pariwisata agar melibatkan semua aktor di Pajak Buah Berastagi dalam mengambil suatu keputusan agar kedepannya konflik seperti renovasi sepihak dari Pemda dapat dihindarkan.


(53)

GLOSARIUM

Agen Pemasok : Adalah orang-orang yang bekerja sebagai pembeli yang kebanyakan berasal dari luar daerah Karo (seperti Aceh, Medan, dan Siantar)yang juga membeli barang-barang hasil panen dari petani yang datang ke Pajak Roga Berastagi. Biasanya para agen pemasok ini memiliki kendaraannya masing-masing untuk membawa

hasil pembeliannya dari Pajak Roga menuju ke daerah asalnya untuk kemudian dijualnya disana.

Anak Beru : Adalah kelompok kerabat yang menerima gadis.

Aron : Adalah kelompok kerja yang merupakan sistem gotong- royong ketika mengelola tanah persawahan.

Bale-bale : Adalah bangunan tetap dalam bentuk petak yang tidak berdinding keliling, tidak berpintu, dan mempunyai atap yang dipergunakan untuk berjualan.

Ersada Ole Bagi

Singerintak : Adalah nilai gotong-royong masyarakat Karo yang artinya bersatu aba-aba seperti orang yang menarik tekang.

Ijuk : Adalah kumpulan dari rambut-rambut keras, yang biasa digunakan untuk membuat sapu dan atap. Pada zaman dahulu, ijuk digunakan sebagai atap dari rumah yang berfungsi melindungi orang-orang yang ada di bawahnya dari hujan dan sinar matahari.

Kalimbubu : Adalah marga ibu atau marga istri dan saudaranya yang merupakan pihak kerabat pemberi gadis.

Kategori BS : Adalah sebutan dalam kualitas buah Jeruk, dimana ukuran buah, rasa, dan warna kulitnya adalah yang paling rendah atau buruk.

Kios : Adalah sebuah bangunan tetap dalam bentuk petak yang berdinding keliling dan berpintu, yang dipergunakan untuk berjualan.

Kuta : Adalah sebutan kampung dalam bahasa Karo. Losd : Adalah sebuah bangunan tetap di dalam pasar yang

sifatnya terbuka dan tanpa dinding keliling yang digunakan untuk berjualan.


(54)

Mehamat : Tradisi masyarakat Karo yang mengharuskan untuk bertindak dan bersikap sopan.

Mejuah-juah : Artinya sehat sejahtera, aman, dan damai.

Pajak : Adalah istilah khas masyarakat Karo untuk menyebutkan pasar (tempat berbelanja).

Pemena : Adalah kepercayaan yang meyakini adanya tiga jenis alam yang memiliki makhluk tersendiri. Mereka juga

mempercayai roh nenek moyang dan roh orang mati. Perkoper : Adalah orang-orang yang bekerja sebagai pembeli dari

petani-petani yang membawa hasil panen tanamannya ke Pajak Roga Berastagi.

Sangap : Artinya mendapat rezeki dan kemakmuran.

Sangkep Nggeluh : Adalah tiga unsur kekerabatan yang menjadi sumber sikap perilaku seseorang dalam kehidupan masyarakat Karo. Senina : Adalah kelompok kerabat semarga.

Tarum : Adalah sebutan atap dalam bahasa Karo.

Tekang : Adalah tiang agung pada bangunan tradisional masyarakat Karo. Tiang ini ditarik oleh laki-laki dan perempuan, baik tua maupun muda.

Tuah : Artinya menerima berkat dari Tuhan Yang Maha Esa, memiliki keturunan, banyak kawan, kecerdasan dan kelestarian sumber daya alam untuk generasi mendatang. Tukang Sorong : Adalah orang-orang yang pekerjaannya menyorong atau membawakan barang dagangan yang dimiliki oleh petani atau perkoper, ataupun yang dimiliki agen pemasok.


(55)

BAB II

GAMBARAN UMUM PAJAK BUAH BERASTAGI

2.1. Sejarah Pajak Buah Berastagi

Pajak Buah Berastagi mulai berdiri sejak tahun 1970 saat namanya masih menjadi Pajak Tarum Ijuk. Nama itu diambil dari bentuk atap yang ada di pajak tersebut dimana pada saat itu dibuat dari bahan ijuk yang diikat dan dikumpulkan sehingga dapat menjadi atap dan melindungi orang-orang yang ada di bawahnya. Sedangkan peresmian dari tempat ini dilakukan empat belas tahun setelahnya, yaitu pada tanggal 18 Mei 1984 oleh Bupati Karo pada saat itu Drs. Rukun Sembiring.

Foto 6. Sumber : Foto Leonard Ginting, 23 Januari 2015. Tanda peresmian berdirinya Pajak Buah Berastagi yang diabadikan dalam

sebuah batu yang terletak dekat pintu masuk.

Kata “pajak” adalah istilah khas masyarakat Karo untuk menyebutkan pasar. Bangunan yang mempunyai luas lima ribu meter persegi ini selalu ramai


(56)

menjadi Pajak Buah Berastagi atau saat namanya masih Pajak Tarum Ijuk, pajak ini tidak memiliki tempat yang cukup luas seperti sekarang ini. Menurut keterangan informan yang penulis dapatkan, lokasi Pajak Tarum Ijuk pada saat itu berada di tempat pengisian bahan bakar minyak (SPBU) yang sekarang ini letaknya berada di samping Pajak Buah Berastagi.

2.2. Lahirnya Pajak Buah Berastagi

Pajak Buah Berastagi lahir sebagai salah satu daerah dan tujuan objek wisata di Kabupaten Karo dan di Sumatera Utara karena memiliki lokasi yang nyaman, sejuk, dan strategis sebagai pilihan bagi wisatawan dalam negeri maupun mancanegara untuk melakukan kegiatan liburan di akhir pekan.

Selain faktor tersebut hal lain yang juga berpengaruh terhadap lahirnya Pajak Buah Berastagi adalah dikarenakan kondisi wilayah disana yang merupakan dataran tinggi yang subur sehingga memungkinkan banyak tanaman yang bisa tumbuh disana.

Hal inilah yang juga membuat mayoritas penduduk yang berada di Karo untuk memilih bermata-pencaharian sebagai petani. Setelah itu para petani kemudian berpikir untuk membuat sebuah tempat yang akan dijadikan sebagai arena bagi para petani disana yang mau menjual hasil tanamannya setelah tanamannya bisa dipanen.

Maka dari itu dibuatlah sebuah pasar (pajak) kecil-kecilan yang berbentuk persegi panjang yang saat itu berada persis di depan Tugu Perjuangan, Berastagi. Pajak itu berbentuk persegi panjang dan menghadap ke arah persimpangan jalan menuju kota Medan. Pajak itu diberi nama Pajak Tarum Ijuk.


(57)

2.3. Masyarakat Karo

Disini penulis akan menggambarkan tentang nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh sebagian besar pedagang yang berada di Pajak Buah Berastagi, dimana berasal dari suku Karo8. Tidak ada batasan suku maupun etnis yang berlaku di Pajak Buah Berastagi. Ibu Azis br. Ginting sebagai salah seorang informan penulis mengatakan bahwa di Pajak Buah Berastagi juga pernah ada pedagang yang berasal dari etnis Cina atau Tionghoa.

Kebetulan pedagang itu adalah tetangga ibu Azis disana (pajak). Pedagang tersebut sudah sepuluh tahun berjualan disana, dimulai tahun 2010 dan omsetnya cukup memuaskan karena menjual berbagai macam barang mulai dari pakaian sampai aksesoris kecil.

Salah satu filosofi yang dianut masyarakat Karo dalam kaitannya dengan urusan berdagang, yaitu ula perajang-ajang kalak. Artinya adalah jangan menyerobot mana yang bukan kepunyaan kita. Hal ini dapat diterapkan dalam kehidupan berdagang maupun bermasyarakat dimana kita harus bisa menghormati hak dan kewajiban yang dimiliki oleh pedagang dan pembeli.

Lain lagi dengan istilah Karo, ula mengga. Ungkapan ini mengingatkan kita agar jangan merasa iri terhadap benda atau hal kepunyaan orang lain karena itu adalah salah satu sifat buruk yang harus dihindari. Masyarakat Karo mendiami wilayah Kabupaten Karo di kota Kabanjahe. Orang Karo memiliki pedoman sikap perilaku dalam kehidupan sehari-hari, yang disebut dengan :


(58)

 Merga Silima

Terdiri atas lima marga besar, yakni Karo-karo, Ginting, Sembiring, Tarigan, dan Perangin-angin. Merga adalah organisasi kekerabatan suku Karo. Merga diperhitungkan dari garis keturunan ayah melalui satu nenek moyang laki-laki. Merga tersebut sangat dijunjung tinggi dan merupakan penentu kekerabatan, keturunan, dan jodoh.

 Tutur Siwaluh

Merupakan delapan tutur yang menjadi pedoman bagi masyarakat Karo untuk berkomunikasi antar sesama dari lima marga besar. Tutur Siwaluh menata bagaimana cara bersikap, bertutur, menyapa, memanggil, dan sopan santun secara keseluruhan.

 Rakut Sitelu

Adalah tiga unsur kekerabatan yang saling berkaitan, yakni

Kalimbubu, Senina, dan Anak Beru. Tiga unsur kekerabatan yang

menjadi sumber sikap perilaku seseorang dalam kehidupan masyarakat Karo disebut Sangkep Nggeluh. Kalimbubu adalah merga ibu atau merga istri dan saudaranya yang merupakan pihak kerabat pemberi gadis. Senina adalah kelompok kerabat semarga. Anak Beru adalah kelompok kerabat yang menerima gadis.

Harapan dan idaman yang ingin diwujudkan masyarakat Karo adalah pencapaian tiga hal pokok, yaitu tuah, sangap, dan mejuah-juah. Tuah berarti menerima berkat dari Tuhan Yang Maha Esa, memiliki keturunan, banyak kawan, kecerdasan, dan kelestarian sumber daya alam untuk generasi mendatang. Sangap


(59)

berarti mendapat rezeki dan kemakmuran. Sementara mejuah-juah artinya sehat sejahtera, aman, dan damai.

Salah satu ciri khas masyarakat Karo adalah sifat kekeluargaan. Hal ini terlihat dalam acara ertutur (pertautan hubungan seseorang dengan orang lain) yang dilanjutkan dengan pertanyaan “sudah makan atau belum?”. Apabila orang yang ditanyakan belum makan, maka tuan rumah wajib mengajaknya makan, atau jika belum berumah-tangga maka akan dibawa ke rumah orang tua untuk makan bersama.

Jenjang keturunan keluarga pun menentukan tinggi rendahnya tutur kata seseorang, yaitu :

 Tutur Meganjang (tingkat tutur tinggi), orang yang mempunyai panggilan dari ayah ke atas.

 Tutur Sintengah (tingkat tutur menengah), orang yang mempunyai hubungan panggilan setingkat senina (saudara) atau setimpal.

 Tutur Meteruh (tingkat tutur paling rendah), orang yang mempunyai panggilan tingkat anak ke bawah.

Tradisi orang Karo mengharuskan untuk bertindak atau bersikap sopan, yang disebut mehamat. Sebelum agama Islam dan Kristen datang ke Tanah Karo, mereka menganut kepercayaan Pemena. Pemena mengenal adanya Dewa Dibata, yang terdiri atas; (1) Batara Guru sebagai pencipta alam semesta, (2) Benua Holing sebagai dewa yang berkuasa di muka bumi, dan (3) Paduka ni Aji sebagai dewa yang berkuasa di benua bawah. Kepercayaan Pemena meyakini adanya tiga jenis alam yang memiliki makhluk tersendiri. Mereka juga mempercayai roh nenek moyang dan roh orang mati sada wari (suatu hari).


(60)

Suku Karo pun mengenal istilah serayaan atau royong. Nilai gotong-royong masyarakat Karo berbunyi ersada ole bagi singerintak. Artinya bersatu aba-aba seperti orang yang menarik tekang. Tekang adalah tiang agung pada bangunan tradisional rumah adat Karo. Tekang ditarik oleh laki-laki dan perempuan, baik tua atau muda.

Kampung pada masyarakat Karo biasa disebut kuta. Rumah tradisional masyarakat Karo terdiri atas dua macam, yaitu siwaluh jabu (rumah biasa) dan

rumah adat siwaluh jabu (rumah adat). Biasanya penghuni yang menempati

rumah siwaluh jabu tidak terikat oleh merga dan peraturan adat.

Masyarakat Karo umumnya bekerja sebagai petani dengan menanam padi dan sayur-sayuran. Dikenal ungkapan tradisional bagi aron ku juma, artinya mereka berganti-ganti mengerjakan tanah yang dimiliki anggota aron. Aron ialah kelompok kerja yang merupakan sistem gotong-royong ketika mengelola tanah persawahan.

2.4. Keadaan di Pajak Buah Berastagi

Keadaan Pajak Buah Berastagi cukup ramai diminati dan dikunjungi oleh para wisatawan, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Pajak ini terletak di lokasi yang strategis karena terletak di empat persimpangan yang dapat dilalui berbagai jenis angkutan umum dari berbagai wilayah di kota dan desa-desa yang berdekatan dengan Berastagi, seperti kota Kabanjahe, desa Merdeka, desa Jumaraja, desa Tongkeh, dan lain-lain.

Jarak dari Kabanjahe menuju Berastagi adalah sepuluh kilometer, jarak dari desa Jumaraja ke Berastagi adalah sekitar tiga kilometer, dan jarak dari


(61)

desaTongkeh ke Berastagi adalah dua kilometer. Sedangkan satu lagi adalah jalan menuju kota Medan dari persimpangan yang ada disana atau tepatnya di Tugu Perjuangan Berastagi yang dapat ditempuh sejauh enam puluh kilometer.

2.4.1. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang mendukung penjualan di Pajak Buah Berastagi adalah :

a) Adanya fasilitas tempat untuk berjualan berupa lapak yang berjumlah 270 unit, dimana 180 unit kios berukuran 3 x 3 meter dan losd atau bale-bale berjumlah 90 unit (84 unit ukuran 2 x 2 meter & 6 unit ukuran 2 x 3 meter).

b) Adanya sarana penerangan lampu-lampu jalan guna mendukung kegiatan yang ada disana hingga malam hari. Hal ini diperlukan agar pada saat malam hari semua kegiatan yang berlangsung disana mendapat pasokan cahaya yang cukup.

c) Adanya petugas kebersihan dari dinas kebersihan setempat yang bertugas setiap hari. Para pedagang disitu juga akan dikenakan biaya kebersihan Rp 10.000,00per minggu. d) Kawasan parkir yang cukup leluasa untuk para pengunjung

yang membawa kendaraannya, baik roda dua maupun roda empat. Lokasi parkir ini ditempatkan di pinggir jalan mengelilingi Pajak Buah Berastagi. Untuk pengunjung yang membawa mobil biaya parkir yang dikenakan sebesar


(1)

KATA PENGANTAR

Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Untuk memenuhi persyaratan tersebut penulis telah menyusun sebuah skripsi dengan judul Berbagai Aturan Dalam Transaksi di Pajak Buah Berastagi.Ketertarikan penulis dalam mengkaji penelitian ini dilatarbelakangi oleh kondisi Pajak Buah Berastagi sebagai salah satu daerah dan tujuan objek wisata di Kabupaten Tanah Karo yang banyak menjual berbagai hasil tanaman sayur dan buah-buahan dari desa-desa yang ada di sekitarnya.

Pemasokan sayur-mayur dan buah-buahan tersebut dilakukan melalui mekanisme pasar yang teratur. Dimulai dari proses pemanenan yang dilakukan oleh petani (yang punya ladang) sampai barang yang akan dijual ke Pajak. Penulis telah berusaha menyusun skripsi ini dengan semampunya namun penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna mengingat masih terbatasnya kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang penulis miliki. Untuk itu penulis akan menerima dengan terbuka segala kritik dan saran dari semua kalangan demi untuk perbaikan di hari esok.

Medan, Oktober 2015 Penulis


(2)

x

DAFTAR ISI

HalamanPersetujuan ... i

HalamanPengesahan ... ii

Pernyataan Originalitas ... iii

Abstrak ... iv

Ucapan Terimakasih ... v

Riwayat Hidup Penulis ... viii

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi ... x

Daftar Tabel ... xii

Daftar Foto Penelitian ... xiii

Lampiran ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Tinjauan Pustaka ... 6

1.3. Rumusan Masalah ... 11

1.4. Lokasi Penelitian ... 12

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 14

1.6. Pengalaman Penelitian ... 17

BAB II. GAMBARAN UMUM PAJAK BUAH BERASTAGI 2.1. Sejarah Pajak Buah Berastagi ... 25

2.2. Lahirnya Pajak Buah Berastagi ... 26

2.3. Masyarakat Karo ... 27

2.4. Keadaan di Pajak Buah Berastagi ... 30

2.4.1. Sarana dan Prasarana... 31

2.4.2. Letak dan Batas-batas Wilayah ... 33

2.4.3. Kawasan Serupa Selain Pajak Buah Berastagi... 35

2.5. Pajak Roga Berastagi ... 38

BAB III. AKTOR AKTOR YANG TERLIBAT DALAM TRANSAKSI 3.1. Konsep Aktor ... 42

3.2. Aktivitas Aktor-aktor yang Terlibat ... 43

3.2.1. Aktor-aktor yang Mendistribusikan Barang Dagangannya ke Pajak Roga Simpang Ujung Aji ... 44

3.2.2. Aktor-aktor yang Khusus Menyalurkan Barang Dagangannyake Pajak Buah Berastagi ... 48

3.2.3 Pemilik Kios atau Lapak ... 54

3.2.4. Penjaga Keamanan dan Petugas Kebersihan... 55

3.3. Transaksi Penjualan ... 56

3.3.1. Penjualan Buah-buahan ... 56

3.3.2. Penjualan Secara Borongan... 60

3.3.3. Penjualan Secara Eceran ... 61

3.4. Jaringan dalam Pedagang di Pajak Buah Berastagi ... 62


(3)

BAB IV. ATURAN ATURAN DALAM PENJUALAN

4.1. Aturan yang Ditetapkan oleh Pemerintah Daerah kepada

Para Pedagangyang Memegang Hak Sewa Kios Lapak ... 64

4.2. Aturan yang Ditetapkan Oleh Penjaga Keamanan dan Petugas Kebersihan Kepada Para Pedagang ... 66

4.3. Hubungan diantara Aktor-aktor yang Terlibat ... 67

4.3.1. Hubungan Antara Pemerintah Daerah dengan Para Pedagang ... 67

4.3.2. Hubungan Antara Para Pedagang dengan Penjaga Keamanan dan Petugas Kebersihan ... 69

4.3.3. Hak dan Kewajiban Aktor-aktor yang Terlibat ... 69

4.4. Interaksi di Pajak Buah Berastagi ... 72

4.4.1. Kerjasama ... 73

4.4.2. Persaingan ... 76

4.4.3. Pertentangan ... 78

4.5. Sisi Kehidupan Pedagang di Pajak Buah Berastagi ... 79

BAB V. PENUTUP 5.1. Aturan-aturan Hukum Lokal dan Aturan-aturan Hukum Pe merintah yang Berlaku di Pajak Roga Berastagi dan Pajak Buah Berastagi ... 82

5.2. Kesimpulan ... 86

5.3. Saran ... 89

GLOSARIUM ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 93 Lampiran


(4)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbedaan Pajak Roga dengan Pajak Buah Berastagi ... 36

Tabel 2. Biaya-biaya Pengutipan yang Ada di Pajak Roga ... 41

Tabel 3. Desa-desa yang Memasok Hasil Pertanian ke Pajak Roga ... 45

Tabel 4. Nama-nama Barang yang Dijual Bp. Alwien Sembiring ... 58

Tabel 5. Nama-nama Buah yang Dijual Ibu Aldi br. Sembiring ... 59


(5)

DAFTAR FOTO PENELITIAN

Foto 1. Salah Satu Sisi Pajak Buah Berastagi ... 13

Foto 2. Peta Objek Wisata di Karo ... 16

Foto 3. Berbagai Jenis Buah-buahan Ibu Aldi br Sembiring ... 19

Foto 4.Berbagai Macam Aksesoris di Pajak Buah Berastagi... 24

Foto 5. Pintu Masuk Utama Pajak Roga Berastagi ... 24

Foto 6. Tanda Peresmian Pajak Buah Berastagi ... 25

Foto 7. Sisi Dalam Pajak Buah Berastagi ... 32

Foto 8. Bale-bale ... 33

Foto 9. Peta Wilayah Pajak Buah Berastagi ... 36

Foto 10. Jalan Menuju Pajak Roga Berastagi ... 37

Foto 11. Ibu Aldi br Sembiring ... 37

Foto 12. Jesica br Pinem ... 38

Foto 13. Aktivitas di Pajak Roga Berastagi ... 41

Foto 14. Salah Satu Sisi Pajak Roga Berastagi ... 46

Foto 15. Agen Pemasok ... 50

Foto 16. Tukang Sorong ... 51

Foto 17. Buah Pepino ... 57


(6)

xiv

LAMPIRAN

Interview Guide Daftar Informan Surat Penelitian