Kesimpulan Berbagai Aturan dalamTransaksi di Pajak Buah Berastagi

87  Biaya kebersihan di Pajak Roga Berastagi sebesar Rp 2.000,00 per hari, yang dibayarkan kepada dinas kebersihan;  Biaya parkir kendaraan di Pajak Roga Berastagi sebesar Rp 2.000,00 untuk mobil kecil dan Rp 5.000,00 untuk mobil besar, yang dibayarkan kepada dinas perhubungan;  Dinas Pasar Pajak Buah Berastagi menetapkan biaya retribusi pajak sebesar Rp 18.000,00 per bulan untuk losd atau bale- bale yang berada di bagian dalam, sedangkan untuk kios yang berada di bagian luar dikenai biaya retribusi pajak Rp 27.000,00 per bulannya. Pembayaran dilakukan kepada dinas pasar;  Untuk pelataran, pihak dinas pasar menetapkan harga Rp 1.000,00 per meter. Pengutipan biaya pelataran ini dilakukan setiap hari. Para pedagang di Pajak Buah Berastagi dilarang untuk mengubah ukuran lapak tempat mereka berjualan.

5.2 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat terlihat bahwa berbagai aturan hukum dalam transaksi sebagai bidang sosial semi-otonom yang diperankan oleh aktor- aktor yang terlibat petani, agen pemasok, perkoper, para pedagang, pemuda setempat, dan petugas kebersihan di Pajak Buah Berastagi menggunakan dua aturan hukum dalam transaksi penjualan di sana. Aturan hukum yang digunakan oleh aktor-aktor yang terlibat yaitu berupa aturan-aturan dan norma-norma yang hanya dipahami dan disepakati bersama Universitas Sumatera Utara 88 diantara mereka yang terlibat, sedangkan aturan hukum lainnya yang digunakan ialah aturan hukum yang berasal dari pemerintah yakni berupa Peraturan Daerah Kabupaten Karo Nomor 04 Tahun 2012 tentang Retribusi Pasar. Aturan-aturan inilah yang menyebabkan kegiatan transaksi jual-beli di Pajak Buah Berastagi dapat eksis atau bertahan hingga saat ini. Berbagai aturan ini dimulai dari agen yang memasok buah dan sayur-sayuran dari Pajak Roga Berastagi hingga sampai ke lapak atau kios para pedagang buah dan sayuran di Pajak Buah Berastagi. Selain itu ada juga agen pemasok yang mendatangkan berbagai hasil kerajinan tangan dan souvenir dari luar daerah, seperti gantungan kunci, dan kaos oblong dari pulau Jawa yang selanjutnya dipasarkan di Pajak Buah Berastagi. Aturan-aturan lain yang juga disepakati bersama oleh aktor-aktor yang terlibat adalah aturan yang ditetapkan oleh penjaga keamanan kepada masing-masing pedagang disana, dimana biaya jaga malam dikenai biaya Rp 20.000,00 seminggu sekali untuk kios dan Rp 15.000,00 untuk losd atau bale-bale. Penjaga keamanan ini dikelola oleh pemuda setempat yang tinggal di sekitar daerah Pajak Buah. Selain itu ada juga aturan yang ditetapkan oleh petugas kebersihan kepada para pedagang di sana, dimana biaya kebersihan dikenai biaya Rp 10.000,00 seminggu sekali untuk semua tempat berjualan di Pajak Buah Berastagi. Aturan yang terakhir adalah aturan yang ditetapkan oleh dinas pasar terhadap para pedagang di sana, dimana biaya retribusi pajak dikenai biaya Rp 27.000,00 sebulan sekali untuk kios dan Rp 18.000,00 sebulan sekali untuk losd atau bale-bale. Universitas Sumatera Utara 89 Berbagai aturan diatas dianggap sebagai aturan hukum bagi aktor-aktor yang terlibat, yakni berupa aturan-aturan dan norma-norma yang hanya dapat dipahami dan disepakati bersama diantara aktor-aktor yang terlibat. Sedangkan mengenai punishment hukuman bagi para pedagang yang melanggar aturan- aturan tersebut akan diberikan sanksi yang tegas, yaitu tidak diperbolehkan berjualan di sana Pajak Buah Berastagi dan Pajak Roga Berastagi. Hukuman tersebut berlaku apabila ada salah seorang pedagang yang tidak mau mengikuti aturan-aturan mengenai penetapan harga atau biaya-biaya pengutipan di sana. Berdasarkan hal ini maka penulis menyimpulkan bahwa adanya lebih dari satu aturan hukum di dalam transaksi penjualan di Pajak Buah Berastagi. Aturan-aturan itu ialah aturan yang diperankan oleh aktor-aktor yang terlibat dan aturan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah. Hal ini tentunya akan menimbulkan pluralisme hukum atau kemajemukan hukum dan yang menimbulkan self regulation atau pengaturan sendiri di Pajak Buah Berastagi. Adanya konsep strong legal pluralism juga menggambarkan suatu kenyataan bahwa sistem hukum yang paling kuat atau dominan adalah norma- norma yang muncul dari kepentingan-kepentingan pribadi maupun kelompok yang berhadapan dengan kondisi sosial masyarakat yang terus berubah. Universitas Sumatera Utara 90

5.3. Saran