Jaringan dalam Pedagang di Pajak Roga Berastagi dan Pajak Buah Berastagi

63 Berbeda lagi apabila memasuki hari libur akhir pekan dimana buah-buahan yang dijualnya bisa mencapai 30 kg – 40 kg.

3.4. Jaringan dalam Pedagang di Pajak Roga Berastagi dan Pajak Buah Berastagi

Jaringan sosial merupakan pengelompokan hubungan-hubungan sosial diantaranya paling sedikit tiga orang yang memiliki identitas tertentu. Orang- orang yang tercakup di dalam jaringan sosial itu disebut sebagai suatu kesatuan sosial tertentu diantara mereka. Jaringan ini terbentuk dari hubungan-hubungan sosial yang berkenaan dengan berbagai aspek kehidupan manusia, misalnya jaringan sosial perekonomian, keagamaan, kekerabatan, maupun pertemanan Suparlan, 1992:85. Jaringan yang terbentuk di Pajak Roga Berastagi adalah jaringan yang timbul antara perkoper di Pajak Roga dengan agen pemasok dan pedagang yang ada di Pajak Buah Berastagi. Jaringan ini terbentuk karena adanya usaha dari perkoper untuk membangun rasa percaya kepada setiap agen pemasok dan para pedagang yang hendak membeli barang dari si perkoper. Salah satu caranya adalah perkoper akan meyusun ulang sayur atau buah- buahan yang sudah dibelinya dari petani, lalu memasukkannya kembali ke dalam keranjang masing-masing kategori dari sayur atau buah-buahan tersebut. Dengan begitu barang-barang yang hendak dijual oleh perkoper tidak mengecewakan langganannya karena kualitas maupun kuantitasnya sudah dapat dijamin, tergantung permintaan dari si pembeli tersebut. Universitas Sumatera Utara 64 Ibu Aldi br Sembiring sebagai salah seorang narasumber dan pedagang disana mengatakan, jaringan yang muncul diantara para pedagang di Pajak Buah Berastagi ini berawal dari adanya keinginan yang timbul untuk meningkatkan hubungan persaudaraan diantara para pedagang yang ada disana. Jaringan ini bernama Serikat Tolong Menolong Tarum Ijuk. STM Tarum Ijuk adalah perkumpulan dari para pedagang di Pajak Buah Berastagi dimana dana yang terkumpul dari perserikatan itu digunakan jika ada salah seorang anggota yang sedang berduka-cita atau kemalangan. Dana yang terkumpul itu akan diberikan dalam bentuk sumbangan. Selain itu untuk anggota yang akan menikah, juga akan diberikan sumbangan. Salah satu tujuan dari STM Tarum Ijuk yaitu meningkatkan persaudaraan diantara para pedagang yang ada di Pajak Buah Berastagi. Selain itu diharapkan dengan adanya jaringan ini dapat mengurangi hal-hal negatif yang mungkin sering muncul dalam kegiatan pasar seperti persaingan dan pertentangan. Adanya serikat ini juga diharapkan akan dapat menjadi solusi pemecahan setiap masalah yang timbul di lingkungan Pajak Buah Berastagi serta adanya self regulation pengaturan sendiri diantara aktor-aktor yang terlibat dalam membangun jaringan yang ada di lingkungan mereka. Universitas Sumatera Utara 65 BAB IV ATURAN ATURAN DALAM PENJUALAN 4.1. Aturan yang Ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kepada Para Pedagang yang Memegang Hak Sewa Kios Lapak Pemerintah Daerah melalui Dinas Pasar UPT Pasar Pajak Buah Berastagi telah memberikan aturan berupa penetapan harga kepada para pedagang yang ingin berjualan di Pajak Buah Berastagi. Menurut keterangan yang penulis dapatkan dari Unit Pelaksana Teknis Pusat Pasar Pajak Buah Berastagi, tidak ada yang namanya pemilik kios atau lapak, tetapi yang ada yaitu Hak Pemegang Sewa yang dimiliki oleh masing-masing pedagang yang ada di Pajak Buah Berastagi. Jadi pada awalnyaPemerintah daerah setempat melalui dinas pasar telah membangun Pajak Buah Berastagi dimana di bagian luarnya pinggir jalan terdapat 180 unit kios dan pada bagian dalamnya terdapat 90 unit losd atau bale- bale. Kemudian Pemda menjual masing-masing kios dan bale-bale tersebut kepada orang-orang yang ingin berjualan ataupun hendak ingin menyewakannya lagi kepada orang lain di tempat tersebut. Penetapan harga masing-masing lahan yang ada disana menjadi kewenangan sepenuhnya dari Pemda. Setelah orang tersebut membayar harga tanah yang ingin mereka tempati di Pajak Buah Berastagi kita sebut orang tersebut adalah pemilik pertama, barulah mereka dapat memulai usaha mereka untuk berjualan di tempat tersebut dengan ketentuan pengutipan pajak bangunan dan biaya lainnya yang harus dibayar setiap bulannya. Universitas Sumatera Utara 66 Jika si Pemilik pertama ini hendak menyewakan lahan yang sudah dibelinya dari Pemda untuk disewakan lagi kepada orang lain maka hal tersebut sudah menjadi urusan antara pihak Pemilik pertama dengan orang yang akan menyewanya. Dengan kata lain Pemda sudah tidak memiliki kewenangan lagi dalam menetapkan harga sewa kepada pihak yang ingin menyewa lahan kepada si Pemilik pertama. Dari hasil pengamatan dan wawancara yang penulis dapatkan selama menjalani penelitian disana, ternyata banyak dari kios-kios ataupun lapak atau bale-bale yang ada disana, dimana pemiliknya menyewakan lagi lahan yang sudah dibelinya dari Pemda kepada orang-orang yang ingin berjualan di Pajak Buah Berastagi. Hal ini lebih banyak terjadi pada lahan yang berbentuk kios yang berada di bagian luar pinggir jalan.Kebetulan pada saat penulis berada disana, ada satu kios yang tutup dimana pada bagian luarnya ada plang yang tertulis bahwa kios tersebut hendak dijual oleh pemiliknya. Kios tersebut berada persis disamping kanan dari kios salah satu informan penulis yakni Ibu Aldi br. Sembiring. Sebuah harga yang fantastis dimana tertulis harga Rp 1.200.000.000,00 untuk dapat memiliki sebuah lahan di salah satu bagian dari Pajak Buah Berastagi. Saat ini status kepemilikan kios-kios ataupun losd atau bale-bale yang ada disana sudah tidak ada lagi yang dimiliki oleh Pemda. Dengan kata lain penulis dapat menyimpulkan semua lahan yang ada disana sudah dibeli oleh masyarakat, namun siapapun pihak yang menempati lahan tersebut tetap harus membayar pajak bangunan dan biaya pengutipan lainnya selama berjualan disana. Universitas Sumatera Utara 67

4.2. Aturan yang Ditetapkan oleh Penjaga Keamanan dan Petugas Kebersihan kepada Para Pedagang