Analisis Multikompenen dengan Spektrofotometri Ultraviolet

b. Monokromotor: digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis. Alatnya berupa prisma untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian. c. Kuvet sel: digunakan sebagai wadah sampel untuk menaruh cairan ke dalam berkas cahaya spektrofotometer. Kuvet itu haruslah meneruskan energi radiasi dalam daerah spektrum yang diinginkan. Pada pengukuran di daerah sinar tampak, kuvet dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah ultraviolet kita harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Kuvet tampak dan ultraviolet yang khas mempunyai ketebalan 1 cm, namun tersedia kuvet dengan ketebalan yang sangat beraneka, mulai dari ketebalan kurang dari 1 mm sampai 10 cm bahkan lebih. d. Detektor: Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang.

2.5 Analisis Multikompenen dengan Spektrofotometri Ultraviolet

Analisis kuantitatif campuran dua komponen merupakan teknik pengembangan analisis kuantitaif komponen tunggal. Prinsip pelaksanaanya adalah mencari absorban atau beda absorban di tiap-tiap komponnen yang memberikan korelasi yang linier terhadap konsentrasi, sehingga akan dapat dihitung masing-masing kadar campuran zat tersebut secara serentak atau salah satu komponen komponen dalam campurannya dengan komponen lainnya Mulja dan Suharman, 1995. Universitas Sumatera Utara Menurut Day dan Underwood 1998 ada beberapa kemungkinan yang terjadi pada spektrum absorban dua kompenen sebagai berikut: a. Kemungkinan I dan II Gambar 2.4 Spektrum absorban senyawa X dan Y Kemungkinan II Gambar 2.5 Spektrum absorban senyawa X dan Y, spektrum X bertumpang tindih pada spektrum Y Pada Gambar 2.4 diatas menunjukkan terjadi kemungkinan spektrum tidak tumpang tindih pada dua panjang gelombang yang digunakan. X dan Y semata- mata diukur masing-masing pada panjang gelombang λ 1 dan λ 2. Terjadi tumpang tindih satu cara dari Gambar 2.5 dimana Y tidak mengganggu pengukuran X pada λ 1, tetapi X memang menyerap cukup banyak bersama-sama Y pada λ 2. Konsentrasi X ditetapkan langsung dari absorban larutan pada λ 1, kemudian absorban yang dsumbangkan oleh larutan X pada λ 2 dihitung dari absortivitas molar X pada λ 2 yang telah diketahui sebelumnya. Sumbangan imi dikurangkan Universitas Sumatera Utara dari absorban terukur larutan pada λ 2 sehingga akan diperoleh absorban yang disebabkan oleh Y, kemudian konsentrasi Y dapat diukur dengan cara yang umum. b. Kemungkinan III Gambar 2.6 Spektrum absorban senyawa X dan Y saling tumpang tindih Pada Gambar 2.6 spektrum X dan Y saling tumpang tindih secara keseluruhan. Pada absorbansi maksimum dari komponen X pada λ 1, komponen Y memiliki absorbansi tersendiri. Begitu juga komponen Y pada λ 2 , komponen X memiliki absorbansi sendiri. Sebuah Spektrofotometer tidak dapat menganalisa suatu contoh. Ia menjadi suatu alat berguna hanya setelah contoh telah dikerjakan sedemikian rupa sehingga pengukuran dapat ditafsirkan dalam istilah-istilah yang tidak berarti rangkap. Akan tetapi dalam banyak hal, adalah tidak perlu bahwa setiap komponen sendiri-sendiri dari suatu contoh kompleks dipisahkan dari semua yang lain. Misalkan suatu larutan mengandung dua zat penyerap X dan Y. kerumitan keadaan tergantung pada spektrum absorpsi X dan Y Underwood , 1998. Menurut Andrianto 2009 pada penetapan kadar campuran multikomponen sulit dilakukan, sehingga untuk mengatasi hal itu diperkenalkan analisis multikomponen menggunakan prinsip persamaan regresi berganda Universitas Sumatera Utara melalui perhitungan matriks dengan metode pengamatan beberapa panjang gelombang berganda. Panjang gelombang dipilih berdasarkan spektrum tersebut mulai memberikan serapan sampai hampir tidak memberikan serapan, dimana konsentrasi larutan yang dipakai serapannnya memenuhi hukum Lambert dan Beer yaitu 0,2-0,8. Penentuan panjang gelombang dengan memilih lima panjang gelombang secara variabel bebas. Pada metode ini tidak diperlukan proses pemisahan komponen zat aktif karena kadar komponen kedua zat dapat ditetapkan secara bersama-sama Andrianto, 2009.

2.6 Validasi Metode Analisis

Dokumen yang terkait

Penetapan Kadar Campuran Deksametason dan Deksklorfeniramin Maleat Dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet Dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

1 5 106

Penetapan Kadar Betametason dan Deksklorfeniramin Maleat Dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet Dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

0 0 16

Penetapan Kadar Betametason dan Deksklorfeniramin Maleat Dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet Dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

1 2 2

Penetapan Kadar Betametason dan Deksklorfeniramin Maleat Dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet Dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

2 4 5

Penetapan Kadar Betametason dan Deksklorfeniramin Maleat Dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet Dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

0 0 12

Penetapan Kadar Betametason dan Deksklorfeniramin Maleat Dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet Dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

0 2 2

Penetapan Kadar Betametason dan Deksklorfeniramin Maleat Dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet Dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

0 0 35

Penetapan Kadar Campuran Deksametason dan Deksklorfeniramin Maleat Dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet Dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

2 3 17

Penetapan Kadar Campuran Deksametason dan Deksklorfeniramin Maleat Dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet Dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

0 0 2

Penetapan Kadar Campuran Deksametason dan Deksklorfeniramin Maleat Dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet Dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

0 0 4