Kelarutan : Mudah larut dalam air, larut dalam etanol dan dalam
kloroform, sukar larut dalam benzen dan dalam eter Deksklorfeniramin maleat digunakan sebagai antihistamin. Efek samping
yang ditimbulkan deksklorfeniramin maleat antara lain fertigo, tinitus, lelah, penat, inkoordinasi, kabur, diplopia, euforia, gelisah, tremor, mulut kering,
disuria, palpitasi, hipotensi, sakit kepala, rasa berat dan lemah pada tangan. Deksklorfeniramin maleat setelah pemberian oral atau parenteral, antihistamin
AH1 diabsorpsi secara baik. Efeknya timbul 15-30 menit setelah pemberian oral dan maksimal 1-2 jam. Lama kerja antihistamin AH1 setelah pemberian dosis
tunggal kira-kira 4-6 jam. Kadar tertinggi terdapat pada paru-paru, sedangkan pada limpa, ginjal, otak, otot dan kulit kadarnya lebih rendah Tan dan Rahardja,
2007.
2.3 Metode Umum Pemeriksaan Analisis Campuran Deksklorfeniramin maleat dan Betametason
Beberapa penelitian telah melakukan pemeriksaan analisis campuran deksklorfeniramin maleat dan betametason dengan metode umum dapat dilihat
pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Pemeriksaan Analisis Campuran Deksklorfeniramin maleat dan
Betametason
Berdasarkan Tabel 2.1 diatas penetapan kadar campuran deksklorfeniramin maleat dan betametason dengan KCKT dilakukan oleh
Senyawa Metode
Pelarut Fase gerak Rujukan
Deksklorfeniramin maleat dan
betametason Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi Dapar metanol pH 7,2
45:55 Mustarichie,
dkk., 2014 Deksklorfeniramin
maleat dan betametason
Spektrofotometri derivatif dengan teknik zero crossing
pada panjang gelombang deksklorfeniramin maleat
249 nm dan betametason 239 nm.
Metanol p.a Aisyah 2015
Universitas Sumatera Utara
Mustarichie, dkk., 2014. Penggunaan KCKT relatif lebih mahal dan memerlukan tahap pemisahan sehingga memerlukan waktu yang lebih lama.
Aisyah, 2015 menggunakan spektrofotometri derivatif untuk penetapan kadar campuran dan deksklorfeniramin maleat dan betametason dengan pelarut metanol
p.a. penggunaan spektrofotometri derivatif metode zero crossing memerlukan pemilihan panjang gelombang kritis untuk pengukuran. Pemilihan ini
menyebabkan penurunan sensitivitas dan presisi pada campuran biner Nurhidayati, 2007.
2.4 Spektrofotometri
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau serapan suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer merupakan
penggabungan dari dua fungsi alat yang terdiri dari spektrometer yang menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer sebagai alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi Gandjar dan Rohman, 2007. Pada spektrofotometer, panjang
gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prima. Suatu spektrofotometer tersusun dari spektrum
tampak yang kontinu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan
pembanding Khopkar, 1985.
Jika suatu molekul sederhana dikenakan radiasi ultraviolet maka molekul tersebut akan menyerap radiasi ultraviolet. Interaksi antara molekul dengan radiasi
ultraviolet ini akan meningkatkan energi dari tingkat dasar ke tingkat tereksitasi.
Universitas Sumatera Utara
Apabila pada molekul yang sederhana tadi hanya terjadi transisi elektronik pada satu macam gugus yang terdapat pada molekul, maka hanya akan terjadi satu
absorpsi yang merupakan garis spektrum. Terjadinya dua atau lebih pita spektrum diberikan oleh molekul dengan struktur yang lebih kompleks karena terjadi
beberapa transisi sehingga mempunyai lebih dari satu panjang gelombang Gandjar dan Rohman, 2007.
2.4.1 Hukum Lambert-Beer
Menurut Gandjar dan Rohman 2007 Hukum Lambert, serapan berbanding lurus terhadap ketebalan sel yang disinari. Sedangkan menurut Beer,
serapan berbanding lurus dengan konsentrasi. Kedua pernyataan ini dapat dijadikan satu dalam Hukum Lambert-Beer, sehingga diperoleh bahwa serapan
berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan sel, yang dapat ditulis dengan persamaan :
A = a.b.c gLiter Keterangan: A = absorbansi
a = absorptivitas b = tebal kuvet cm
c = konsentrasi Absorptivitas a merupakan suatu konstanta yang tidak tergantung pada
konsentrasi, tebal kuvet dan intensitas radiasi yang mengenai larutan sampel. Menurut Denney dan Sinclair 1991 hukum Lambert-Beer terdapat
beberapa pembatasan yaitu: a.
Larutan yang menyerap cahaya adalah campuran yang homogen. b.
Menggunakan sinar monokromatis. c.
Rendahnya konsentrasi dari senyawa yang menyerap cahaya.
Universitas Sumatera Utara
Parameter kekuatan energi radiasi yang diabsorpsi oleh molekul adalah absorbansi A yang dalam batas konsentrasi tertentu nilainya sebanding dengan
banyaknya molekul yang mengabsorpsi radiasi. Senyawa yang tidak mengabsorpsi radiasi ultraviolet-sinar tampak dapat juga ditentukan dengan
spektrofotometri ultraviolet-sinar tampak Gandjar dan Rohman, 2007.
2.4.2 Kegunaan Spektrofotometri Ultraviolet
Kegunaan spektrofotometri ultraviolet dalam analisis kualitatif sangat terbatas karena rentang daerah radiasi yang relatif sempit hanya dapat
mengakomodasi sedikit sekali puncak absorpsi maksimum dan minimum karena itu identifikasi senyawa yang tidak diketahui tidak memungkinkan untuk
dilakukan Satiadarma, dkk., 2004. Pada analisis kuantitatif dengan cara penetapan kadar, larutan standar obat
yang akan dianalisis disiapkan, serapan sampel dan standar dapat ditentukan Cairns, 2008. Konsentrasi sampel dalam senyawa dihitung dengan rumus
sebagai berikut: Ct
Cs At
As = Keterangan: As = Absorbansi baku pembanding
At = Absorbansi zat dalam sampel Cs = Konsentrasi baku pembanding
Ct = Konsentrasi zat dalam sampel Metode spektrofotometri memiliki beberapa keuntungan antara lain
kepekaan yang tinggi, ketelitian yang baik, mudah dilakukan, cepat pengerjaannya dan dapat digunakan untuk menentukan senyawa campuran Munson, 1984.
Universitas Sumatera Utara
Penentuan kadar senyawa organik yang mempunyai struktur kromofor atau mengandung gugus kromofor, serta mengabsorpsi radiasi ultraviolet
penggunaanya cukup luas Satiadarma, dkk., 2004.
2.4.3 Komponen Spektrofotometer
Spektrofotometer yang sesuai untuk pengukuran di daerah spektrum ultraviolet–visibel terdiri atas suatu sistem optik dengan kemampuan
menghasilkan sinar monokromatis dalam jangkauan panjang gelombang 200 –
800 nm Cairns, 2004. Diagram spektrofotometer Ultraviolet-Visible dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Diagram spektrofotometer ultraviolet – visible
Menurut Day dan Underwood 1998, unsur-unsur terpenting suatu spektrofotometer adalah sebagai berikut:
a. Sumber-sumber lampu: lampu deuterium digunakan untuk daerah
Ultraviolet pada panjang gelombang dari 190-350 nm, sementara lampu halogen kuarsa atau lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel pada
panjang gelombang antara 350- 900 nm.
Universitas Sumatera Utara
b. Monokromotor: digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang
monokromatis. Alatnya berupa prisma untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian.
c. Kuvet sel: digunakan sebagai wadah sampel untuk menaruh cairan ke
dalam berkas cahaya spektrofotometer. Kuvet itu haruslah meneruskan energi radiasi dalam daerah spektrum yang diinginkan. Pada pengukuran
di daerah sinar tampak, kuvet dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah ultraviolet kita harus menggunakan sel kuarsa karena gelas
tidak tembus cahaya pada daerah ini. Kuvet tampak dan ultraviolet yang khas mempunyai ketebalan 1 cm, namun tersedia kuvet dengan ketebalan
yang sangat beraneka, mulai dari ketebalan kurang dari 1 mm sampai 10 cm bahkan lebih.
d. Detektor: Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap
cahaya pada berbagai panjang gelombang.
2.5 Analisis Multikompenen dengan Spektrofotometri Ultraviolet