Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum Deksklorfeniramin maleat Pembuatan larutan standar betametason

konsentrasi 1000 μgmL, larutan ini disebut larutan induk baku I LIB I. Dari larutan ini dipipet 12,5 mL, dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 mL, diencerkan dengan metanol p.a sampai garis tanda, lalu dikocok sampai homogen sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 5 00 μgmL LIB II Ditjen POM.,

1995. 3.6.2 Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum

3.6.2.1 Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum Betametason

Dipipet 0,55 mL Larutan Induk Baku II LIB II betametason konsentrasi = 500 μgmL, dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 mL, diencerkan dengan metanol p.a hingga garis tanda, lalu dikocok sampai homogen sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 11,0 μgmL, kemudian diukur serapan pada panjang gelombang 200 – 400 nm. Kurva serapan maksimum betametason dapat dilihat pada Gambar 4.1 halaman 26.

3.6.2.2 Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum Deksklorfeniramin maleat

Dipipet 1,05 mL Larutan Induk Baku II LIB II deksklorfeniramin maleat konsentrasi = 500 μgmL, dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 mL, diencerkan dengan metanol p.a hingga garis tanda, lalu dikocok sampai homogen sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 21 μgmL, kemudian diukur serapan pada panjang gelombang 200 – 400 nm. Kurva serapan maksimum desklorfeniramin maleat dapat dilihat pada Gambar 4.2 halaman 26. Universitas Sumatera Utara 3.6.3 Pembuatan Larutan Standar 3.6.3.1 Pembuatan larutan standar deksklorfeniramin maleat Dipipet Larutan Induk Baku II deksklorfeniramin maleat konsentrasi = 500 μgmL sebanyak 0,5 mL; 0,8 mL; 1,05 mL; 1,3 mL; 1,55 mL; 1,75 mL; 2 mL. Masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 mL, diencerkan dengan metanol p.a hingga garis tanda. Lalu dikocok sampai homogen sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 10,0; 16,0; 21,0; 26,0; 31,0; 35,0; dan 40,0 μgmL. Kemudian diukur pada panjang gelombang 200–400 nm.

3.6.3.2 Pembuatan larutan standar betametason

Dipipet Larutan Induk Baku II betametason konsentrasi = 500 μgmL sebanyak 0,25 mL; 0,4 mL; 0,55 mL; 0,7 mL; dan 0,85 mL; 1 mL; dan 1,15 mL. Masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 mL, diencerkan dengan metanol p.a hingga garis tanda. Lalu dikocok sampai homogen sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 5,0; 8,0; 11,0; 14,0; 17,0; 20,0; 23,0 μgmL. Kemudian diukur pada panjang gelombang 200 – 400 nm.

3.6.4 Panjang Gelombang

Dari seri kadar yang telah diperoleh pada penetapan rentang kadar deksklorfeniramin maleat dan betametason, masing-masing diambil satu seri kadar yaitu konsentrasi tengah dan dilakukan pengukuran absorbansi kedua larutan pada rentang panjang gelombang 200 - 400 nm, sehingga dapat diketahui masing-masing absorbansi larutan pada berbagai panjang gelombang. Dibuat spektrum serapan antara panjang gelombang lawan absorbansi. Menentukan 5 panjang gelombang pada daerah tumpang tindih dari kedua spektrum serapan yang diperoleh. Panjang gelombang yang diperoleh digunakan Universitas Sumatera Utara untuk mengukur absorbansi larutan baku desklorfeniramin maleat dan betametason.

3.6.5 Penentuan harga serapan

Larutan baku deksklorfeniramin maleat dan betametason yang telah dibuat, diukur absorbansinya pada multi panjang gelombang yang telah ditentukan. Harga serapan kedua senyawa ditentukan dengan menggunakan metode regresi linear yang dioperasikan pada data konsentrasi dan absorbansi masing-masing senyawa pada setiap panjang gelombang pengukuran. Dari persamaan regresi yang diperoleh, y = aX + b , y adalah harga serapan A, b adalah koefisien regresi yang menunjukkan harga serapan a, X adalah kadar mg100 mL, sedangkan a adalah konstanta.

3.6.6 Penetuan Kadar Baku Campuran Deksklorfeniramin maleat dan Betametason

Ditimbang masing-masing 10 mg deksklorfeniramin maleat dan betametason, masing-masing dimasukkan ke labu tentukur 10 mL, dilarutkan dengan pelarut metanol p.a sampai garis tanda. Kemudian dipipet 0,4 mL dari larutan deksklorfeniramin maleat dan 0,2 mL dari larutan betametason, campur larutan kedalam labu tentukur 10 mL, dan diencerkan dengan pelarut metanol p.a. Dari larutan tersebut dipipet 2 mL dimasukkan ke labu tentukur 10 mL diencerkan dengan pelarut metanol p.a. Diukur serapan dengan panjang gelombang 200-400 nm. Dilakukan sebanyak enam kali pengulangan.

3.6.7 Perhitungan Kadar Deksklorfeniramin maleat-Betametason dalam

Campuran Dua puluh tablet merek dagang yang mengandung betametason 0,25 mg dan deksklorfeniramin maleat 2 mg ditimbang lalu digerus dalam lumpang sampai Universitas Sumatera Utara halus dan homogen. Serbuk ditimbang setara dengan 4,5 mg deksklorfeniramin maleat dan dihitung kesetaraan betametason yang terkandung didalamnya, penimbangan dilakukan sebanyak enam kali pengulangan. Dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL dan dicukupkan dengan pelarut metanol p.a sampai garis tanda. Dibantu pelarutannya menggunakan sonikator selama 15 menit, lalu disaring ± 10 mL filtrat pertama dibuang, filtrat selanjutnya ditampung. Kemudian dari larutan filtrat ini, dipipet 4,4 mL, dimasukkan kedalam labu tentukur 10 mL, lalu dicukupkan dengan metanol p.a hingga garis tanda. Kemudian dipipet lagi 2 mL, dan untuk betametason ditambahkan LIB III sebanyak 1,5 mL agar tercapainya konsentrasi 4 μgmL dimasukkan kedalam labu tentukur 10 mL, lalu dicukupkan dengan metanol p.a hingga garis tanda konsentrasi = 4 μgmL untuk betametason dan konsentrasi = 8 μgmL untuk deksklorfeniramin maleat Selanjutnya diukur absorbansinya pada panjang gelombang yang telah ditetapkan. 3.6.8 Perhitungan Kadar Deksklorfeniramin Maleat-Betametason dalam Campuran Perhitungan kadar masing-masing komponen dalam campuran dilakukan atas dasar absorbansi campuran Ac dan serapan tiap komponen pada multi panjang gelombang yang telah diketahui dari hasil pengukuran dengan menggunakan persamaan matriks: [c] = [[a] x [a 1 ]] -1 X [a] x [Ac] Keterangan : [c] : kadar komponen dari campuran [a] : matriks serapan senyawa penyusun campuran [a 1 ] : transp matriks serapan senyawa penyusun campuran [[a] x [a 1 ]] : invers matriks kali transpose matriks serapan senyawa penyusun campuran Universitas Sumatera Utara

3.6.9 Analisis Hasil

Analisis hasil dilakukan untuk mengetahui validitas metode yang digunakan dalam penelitian. Parameter yang diukur:

3.6.9.1 Akurasi

Dokumen yang terkait

Penetapan Kadar Campuran Deksametason dan Deksklorfeniramin Maleat Dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet Dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

1 5 106

Penetapan Kadar Betametason dan Deksklorfeniramin Maleat Dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet Dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

0 0 16

Penetapan Kadar Betametason dan Deksklorfeniramin Maleat Dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet Dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

1 2 2

Penetapan Kadar Betametason dan Deksklorfeniramin Maleat Dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet Dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

2 4 5

Penetapan Kadar Betametason dan Deksklorfeniramin Maleat Dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet Dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

0 0 12

Penetapan Kadar Betametason dan Deksklorfeniramin Maleat Dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet Dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

0 2 2

Penetapan Kadar Betametason dan Deksklorfeniramin Maleat Dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet Dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

0 0 35

Penetapan Kadar Campuran Deksametason dan Deksklorfeniramin Maleat Dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet Dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

2 3 17

Penetapan Kadar Campuran Deksametason dan Deksklorfeniramin Maleat Dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet Dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

0 0 2

Penetapan Kadar Campuran Deksametason dan Deksklorfeniramin Maleat Dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet Dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

0 0 4