82
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan uaraian-uraian yang telah dikemukakan oleh penulis, dimulai dari bab I sampai dengan bab IV, banyak hal yang telah ditemukan
oleh penulis baik masalah teoritis ataupun masalah teknis yang berkaitan dengan judul yang telah diteliti oleh penulis maupun kesimpulan dari hasil
pengolahan data dan wawancara dengan para buruh perempuan pembibitan kelapa sawit PTPN IV Unit Usaha Bah Jambi, mandor pembibitan dan suami
buruh perempuan pembibitan maka diperoleh kesimpulan yaitu : 1.
Buruh perempuan pembibitan PTPN IV Unit Usaha Bah Jambi menjalani kehidupan yang berbeda dengan perempuan pada umumnya. Aktifitas
sehari-hari sebagai buruh di tempat kerja dan sebagai istri atau ibu di rumah menuntut mereka untuk cermat dalam membagi waktu agar kedua
aktifitasnya dapat berjalan dengan lancar. Pekerjaan seperti memupuk, menyiang, dan menyiram tanaman bibit
adalah jenis-jenis pekerjaan yang tiap harinya mereka lakukan ketika
bekerja. Sebagai BHL di Pembibitan berkerja dari pukul 07:00 hingga
pukul 12:00 dan kadang ada yang melanjutkan untuk shift sore dari pukul 13:00 hingga pukul 16:00 untuk mendapatkan penghasilan tambahan.
Sebagai seorang istri yang bertanggung jawab terhadap kondisi rumah tangga, buruh perempuan pembibitan juga harus menyelesaikan
pekerjaan rumah sebelum berangkat bekerja. Sebagai seorang perempuan yang telah berkeluarga, mereka harus mengkombinasikan dengan baik
Universitas Sumatera Utara
83
waktunya untuk rumah dan pekerjaan. Namun prioritas terbesar yang menjadi tanggung jawabnya adalah rumah tangga.
Selain aktifitas utama sebagai istri, ibu dan pencari nafkah dalam rumah tangga, buuh perempuan juga tidak terlepas dari kegiatan sosial maupun
keagamaan. Misalnya seperti pengajian yang dilaksanakan rutin sekali seminggu di lingkungan tempat tinggalnya yang diyaknini dapat
memperkuat keimanan mereka disamping dapat menambah wawasan mereka tentang ilmu keagamaan.
2. Ketidakadilan gender yang dialami oleh buruh harian lepas PTPN IV Unit Usaha Bah Jambi antara lain termanifestasi kedalam beberapa bentuk
yaitu : a. Marginalisasi
Anggapan bahwa perempuan bekerja sebagai pencari nafkah tambahan, maka ketika mereka bekerja diluar rumah sektor publik,
seringkali dinilai dengan anggapan tersebut. Proses marginalisasi lain yang peneliti temukan di lokasi pembibitan adalah sebagian besar
pembagian kerja sangat ditentukan oleh sex jenis kelamin. Jenis pekerjaan yang dilakukan oleh BHL laki-laki cenderung mendapatkan
upah yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh perempuan.
b. Subordinasi buruh perempuan cenderung memilih jenis pekerjaan yang
tidak mengganggu aktifitas rumah tangganya. Mayoritas perempuan sebagai pekerja pada sektor ini menunjukkan bahwa terjadi
Universitas Sumatera Utara
84
subordinasi terhadap perempuan di ruang publik. Perempuan terbatas memilih jenis pekerjaan karena tanggung jawab rumahnya yang tidak
dapat ditinggalkan bahkan dikurangi. Sehingga para buruh memilih jenis pekerjaan di pembibitan sebagai buruh harian lepas yang
notabene merupakan jenis pekerjaan yang kurang memiliki nilai prestise.
c. Beban kerja Ganda peremuan Buruh harian lepas pembibitan lebih banyak
menglokasikan waktunya di ruang domestik daripada di sektor publik. Alokasi waktu yang digunakan di ruang domestik rata-rata berkisar
antara 8 hingga 11 jam sehari, sedangkan alokasi waktu yang digunakan untuk ruang publik hanya berkisar antara 5 hingga 8 jam
perhari. Namun jika diakumulasikan, alokasi waktu yang digunakan bekerja di ruang domestik maupun di ruang publik berkisar antara 14
hingga 16 jam perhari. Akumulasi Alokasi waktu seperti ini tentunya jauh lebih banyak dibandingkan dengan alokasi waktu laki-laki di
sektor publik yang hanya berkisar diantara 9-10 jam perhari. Hal demikian tentunya menyebabkan waktu istirahat yang lebih sedikit
dibandingkan laki-laki. Beratnya beban ganda yang diemban oleh para perempuan diperparah oleh kurangnya kontribusi suami dalam
aktifitas domestik. Kewajiban yang di emban perempuan yang bekerja tentunya
juga sangat besar. Dimana ia harus berada di dalam sektor domestik dan sektor publik secara bersamaan. meskipun merasa kerepotan,
Universitas Sumatera Utara
85
sebagian besar perempuan buruh pembibitan ini ternyata tidak merasa keberatan. Meskipun kadang mereka merasa lelah dan bosan, namun
mereka menganggap apa yang mereka lakukan adalah hal yang baik dan sudah seharusnya dilakukan oleh seorang istri maupun ibu dalam
keluarga. Saat pendapatan suami masih kurang, maka para buruh perempuan mengambil peran untuk menambah penghasilan untuk
memenuhi segala kebutuhan keluarga, meskipun menjadi beban yang berat karena harus menjalani beban ganda.
d. Stereotip Pelebelan yang bernuansa gender juga dialami oleh para buruh
perempuan pembibitan kelapa sawit PTPN IV Unit Usaha Bah Jambi. Lebel seperti pencari nafkah tambahan, sebagai penanggung jawab ranah
domestik hingga lebel yang mengarah kepada sifat atau peringai perempuan seringkali ditimpakan kepada perempuan. Sifat feminisme
perempuan seperti, sifat lemah lembut, irasional, sabar, mudah diatur, penyayang, telaten dan cengeng dijadikan alasan mempertahankan
perbedaan gender yang berlangsung. Selain itu peran publik dan sistem pembagian kerja di masyarakat seringkali didasarkan atas lebel yang
diberikan atas dasar anggapan gender. Di lokasi Pembibitan PTPN IV Bah Jambi ditemui fakta bahwa mayoritas buruh harian lepas adalah
perempuan yang sudah menikah. Keberadaan perempuan sebagai mayoritas pada sektor ini tentunya memiliki alasan atau tidak terjadi
begitu saja. Menurut pihak manajemen PTPN IV Bah Jambi, penggunaan
Universitas Sumatera Utara
86
tenaga kerja perempuan dalam pengerjaan lahan pembibitan dilakukan untuk mendapatkan efektifitas dalam hal produksi.
5.2. Saran