Teori Feminisme Liberal Manifestasi Ketidakadilan Gender Pada Masyarakat Perkebunan (Studi deskriptif pada buruh perempuan pembibitan kelapa sawit PTPN IV unit usaha Bah Jambi)

19 namun di sisi lain mereka merasa takut dan gamang dalam menghadapi resiko kehidupan yang keras. Keenam, kurang terhargainya aktivitas perempuan di sektor publik karena dianggap hanya sebagai tugas sampingan. Ini menyebabkan perempuan tidak optimal dalam proses aktualisasi dirinya.

2.3 Teori Feminisme Liberal

Argumen utama feminisme liberal adalah klaim kesetaraan gender. Teori kelompok ini Feminisme liberal termasuk yang paling moderat diantara teori-teori feminisme lainnya. Pengikut teori ini mengkehendaki agar perempuan diintegrasikan secara total ke dalam semua peran, termasuk bekerja di sektor publik. Dengan demikian, tidak ada lagi suatu kelompok kelamin yang lebih dominan. Karena itu feminisme liberal berkeyakinan bahwa 1 semua manusia mempunyai ciri esensial tertentu-kapasitas sebagai agen moral dan nalar dan aktualisasi diri; 2 pelaksanaan kapasitas ini dapat dijamin melalui pengakuan legal atas hak-hak universal; 3 ketimpangan antara laki-laki dan perempuan adalah diciptakan secara sosial socially constructed, dan tidak ada dasarnya dalam alam; dan 4 perubahan sosial untuk kesetaraan dapat dicapai dengan mengajak publik yang rasional dan dengan menggunakan negara Ritzer Goodman, 2003 : 421 Penjelasan feminisme liberal kontemporer tentang ketimpangan adalah divisi seksual tenaga kerja yang membagi produksi dari segi gender dan ruang sphere yang disebut dengan ruang publik dan ruang privat; perempuan diberi tanggung jawab utama untuk ruang privat, sedangkan lak-laki diberi akses istimewa ke ruang publik yang oleh feminis liberal dipandang sebagai lokus Universitas Sumatera Utara 20 dari imbalan kehidupan sosial yang sesungguhnya yakni; status, kebebasan dan peluang untuk tumbuh berkembang. Fakta bahwa perempuan telah mendapatkan akses ke ruang publik tentu saja merupakan salah satu kemenangan gerakan perempuan dan kemenangan feminisme liberal dan sosiologi feminis. Dua ruang ini secara konstan berinteraksi di dalam kehidupan perempuan lebih banyak ketimbang laki-laki dan kedua ruang itu masih dibentuk oleh ideologi patriakhi dan seksisme Davis,1997 dalam Ritzer Goodman 2003: 422. Di lain pihak, perempuan menemukan pengalaman mereka dalam dunia publik pendidikan, kerja, politik meski masih dibatasi oleh diskriminasi, marginalisasi dan pelecehan. Di lain pihak di ruang privat, mereka mendapati diri mereka dalam “ikatan waktu” saat mereka kembali dari kerja ke rumah untuk “shift kedua”, kerja merawat anak dan rumah, sebuah ide yang dicangkokkan oleh ideologi keibuan mothering Hays,1996, Hochschild,1989,1997 dalam Ritzer Goodman 2003: 422. Tekanan pada kerja perempuan ini terjadi dengan cara interaksi yang kompleks dan salah satu ciri teori feminisme kontemporer adalah upayanya untuk memahami interaksi-interaksi tersebut. kemampuan perempuan untuk bersaing dalam karir dan provesi dirintangi oleh tuntutan dari ruang privat waldfogel,1997 dalam Ritzer Goodman 2003: 422. Tuntutan dari ruang publik untuk “face time” dan komitmen total yang pada dasarnya bersifat patriakhi menambah tekanan komitmen rumah dengan menyurutkan sumber waktu dan energi perempuan, yang pada gilirannya, meningkatkan tuntutan agar mereka menangani krisi rumah Hochschild,1997 dalam Ritzer Goodman 2003: 423. Kaitan ideologis perempuan dengan aktifitas ruang Universitas Sumatera Utara 21 privat seperti perawatan, manajemen emosi, pemeliharaan rutinitas dan ketertiban, menjadikan perempuan diharapkan melakukan aktivitas tersebut di ruang publik yang seringkali berbentuk pekerjaan berupah rendah dimana keahlian “keperempuanan’ ini diakomodasi dan dipasarkan Adkins,1995 dalam Ritzer Goodman 2002: 423. Agenda perubahan feminis liberal konsisten dengan analisisnya tentang basis klaim kesetaraan dan penyebab ketimpangan. Menurut kaum feminisme liberal, tatanan gender ideal adalah kebebasan individu untuk memilih gaya hidup yang paling cocok untuk dirinya sendiri dan pilihan itu harus diterima dan dihormati oleh istri atau suami. Kaum feminis melihat cita-cita ini sebagai cita-cita kultural utama di amerika. Karena itu feminisme liberal konsisten dengan etos amerika yang dominan dalam menerima prinsip dasar dan kelembagaannya, orientasi reformisnya dan seruannya terhadap nilai-nilai individualisme, pilihan, kebebasan, dan kesamaan peluang. Dari penjelasan diatas maka penggunaan feminis liberal sesuai dengan penelitian ini karena,feminism liberal bersikeras bahwa laki-laki dan perempuan harus diperlakukan sama sebagai seseorang yang setara, sebagai manusia yang sama berharganya untuk dicintai dan feminis liberal memberikan kesempatan untuk kaum perempuan untuk terlibat langsung dalam dunia politik.

2.4. Ketidakadilan Gender

Dokumen yang terkait

Budaya Politik Masyarakat Perkebunan (Studi Kasus PTPN IV Bah Jambi)

0 26 103

Buruh Nyerep Perempuan di Perkebunan Kelapa Sawit (Studi kasus pada buruh nyerep di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV Kabupaten Simalungun)

0 30 91

Buruh Nyerep Perempuan di Perkebunan Kelapa Sawit (Studi kasus pada buruh nyerep di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV Kabupaten Simalungun)

0 0 10

Buruh Nyerep Perempuan di Perkebunan Kelapa Sawit (Studi kasus pada buruh nyerep di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV Kabupaten Simalungun)

0 1 8

Buruh Nyerep Perempuan di Perkebunan Kelapa Sawit (Studi kasus pada buruh nyerep di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV Kabupaten Simalungun)

0 1 10

Buruh Nyerep Perempuan di Perkebunan Kelapa Sawit (Studi kasus pada buruh nyerep di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV Kabupaten Simalungun)

0 1 2

Buruh Nyerep Perempuan di Perkebunan Kelapa Sawit (Studi kasus pada buruh nyerep di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV Kabupaten Simalungun)

0 1 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep gender - Manifestasi Ketidakadilan Gender Pada Masyarakat Perkebunan (Studi deskriptif pada buruh perempuan pembibitan kelapa sawit PTPN IV unit usaha Bah Jambi)

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Manifestasi Ketidakadilan Gender Pada Masyarakat Perkebunan (Studi deskriptif pada buruh perempuan pembibitan kelapa sawit PTPN IV unit usaha Bah Jambi)

0 0 12

Manifestasi Ketidakadilan Gender Pada Masyarakat Perkebunan (Studi deskriptif pada buruh perempuan pembibitan kelapa sawit PTPN IV unit usaha Bah Jambi)

0 0 12