Gender dan Marginalisasi Perempuan Gender dan Subordinasi Pekerjaan Perempuan Gender dan Stereotip atas pekerjaan perempuan

22

2.4.1. Gender dan Marginalisasi Perempuan

Bentuk ketidakadilan gender yang berupa proses marginalisasi perempuan adalah proses pemiskinanpeminggiran yang menyebabkan kemiskinan terhadap jenis kelamin tertenntu dalam hal ini perempuan yang disebabkan oleh perbedaan gender Narwoko Suyanto 2010:341. Sebagai contoh, pekerjaan khusus perempuan seperti : guru kanak-kanak dan pekerja pabrik mengakibatkan perempuan diupah dengan rendah.

2.4.2. Gender dan Subordinasi Pekerjaan Perempuan

Subordinasi adalah anggapan bahwa perempuan tidak penting terlibat dalam pengambilan keputusan politik. Perempuan tersubordinasi oleh faktor-faktor yang dikonstruksikan secara sosial. Anggapan sementara perempuan itu irasional dan emosional sehingga perempuan tidak cocok untuk memimpin dan tidak penting. Perempuan diidentikkan dengan jenis- jenis pekerjaan tertentu Handayani Sugiarti 2008: 16. Bentuk subordinasi akibat perbedaan gender berbeda menurut tempat dan waktu. Pada masyarakat jawa misalnya, dulu ada anggapan bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena pada akhirnya akan ke dapur juga. Bahkan pada keluarga yang memiliki keuangan yang terbatas, maka pendidikan akan diprioritaskan untuk anak laki-laki.

2.4.3. Gender dan Stereotip atas pekerjaan perempuan

Stereotip adalah pelebelan terhadap suatu kelompok tertentu yang selalu berakibat merugikan pihak lain dan menimbulkan ketidakadilan. Stereotip gender telah memberikan pelebelan negatif terhadap perempuan. hal ini disebabkan oleh pelebelan yang sudah melekat pada laki-laki adalah manusia yang kuat, rasional, jantan, berani, dan perkasa. Universitas Sumatera Utara 23 Sedangkan perempuan adalah mahluk yang lembut, cantik, emosional dan keibuan. Dengan munculnya pelebelan seperti diatas tentu saja akan muncul banyak stereotip yang dikonstruksi secara sosial sebagai hubungan sosial tentang perbedaan laki-laki dan perempuan. Oleh karena sifat lemah lembut dan keibuannya perempuan sering diidentikkan dengan pekerjaan- pekerjaan di rumah sektor domestik. Akibat adanya stereotip pelebelan ini banyak tindakan-tindakan yang seolah-olah sudah merupakan kodrat.

2.4.4. Gender dan Beban Kerja lebih berat

Dokumen yang terkait

Budaya Politik Masyarakat Perkebunan (Studi Kasus PTPN IV Bah Jambi)

0 26 103

Buruh Nyerep Perempuan di Perkebunan Kelapa Sawit (Studi kasus pada buruh nyerep di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV Kabupaten Simalungun)

0 30 91

Buruh Nyerep Perempuan di Perkebunan Kelapa Sawit (Studi kasus pada buruh nyerep di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV Kabupaten Simalungun)

0 0 10

Buruh Nyerep Perempuan di Perkebunan Kelapa Sawit (Studi kasus pada buruh nyerep di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV Kabupaten Simalungun)

0 1 8

Buruh Nyerep Perempuan di Perkebunan Kelapa Sawit (Studi kasus pada buruh nyerep di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV Kabupaten Simalungun)

0 1 10

Buruh Nyerep Perempuan di Perkebunan Kelapa Sawit (Studi kasus pada buruh nyerep di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV Kabupaten Simalungun)

0 1 2

Buruh Nyerep Perempuan di Perkebunan Kelapa Sawit (Studi kasus pada buruh nyerep di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV Kabupaten Simalungun)

0 1 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep gender - Manifestasi Ketidakadilan Gender Pada Masyarakat Perkebunan (Studi deskriptif pada buruh perempuan pembibitan kelapa sawit PTPN IV unit usaha Bah Jambi)

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Manifestasi Ketidakadilan Gender Pada Masyarakat Perkebunan (Studi deskriptif pada buruh perempuan pembibitan kelapa sawit PTPN IV unit usaha Bah Jambi)

0 0 12

Manifestasi Ketidakadilan Gender Pada Masyarakat Perkebunan (Studi deskriptif pada buruh perempuan pembibitan kelapa sawit PTPN IV unit usaha Bah Jambi)

0 0 12