51
4.1.5 Interaksi Sosial Masyarakat Perkebunan di Bah Jambi
Masyarakat perkebunan adalah kumpulan individu atau kelompok sosial yang berdomisili di daerah perkebunan. Berdasarkan hasil observasi
peneliti, masyarakat Perkebunan Bah Jambi adalah masyarakat yang heterogen karena terdiri dari berbagai komunitas seperti suku, agama dan
latar belakang yang berbeda-beda dan beragam. Namun mayoritas suku yang berdomisili disini adalah suku jawa. Hal ini tidak terlepas dari sejarah
terbentuknya perkebuanan pada masa kolonialisme Belanda yang menggunakan tenaga kerja dari Jawa untuk mengerjakan lahan di Sumatera.
Pada umumnya penduduk Jawa yang ada di perkebunan PTPN IV Unit Usaha Bah Jambi adalah keturunan dari para buruh kontrak yang dibawa
Belanda pada masa lalu. Sehingga masyarakat Jawa di perkebunan telah terasimilasi secara sosial-budaya dengan penduduk asli seperti suku
Simalungun, Batak dan Melayu. Masyarakat Nagori Bah Jambi yang sangat heterogen sangat kental
dengan sifat pluralisme dan rasa saling menghargai diantara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Hal tersebut terlihat dari kegiatan gotong-
royong yang masih terlaksana diantara para penduduk seperti rewang kegiatan gotong royong dalam pestahajatan salah satu anggota komunitas,
kerja bakti dan lain-lain. Stratifikasi sosial adalah pembedaan masyarakat kedalam kelas
secara bertingkat hirarkis. Pelapisan di dalam masyarakat terjadi kerena adanya perbedaan tanggung jawab dan peran diantara anggota masyarakat
yang satu dengan yang lainnya. Stratifikasi sosial di masyarakat di PTPN IV
Universitas Sumatera Utara
52
Unit Usaha Bah Jambi dikelompokkan dalam 3 lapisan besar yaitu, karyawan pimpinan, karyawan pelaksana dan buruh harian lepas. Dalam
struktur organisasi jelas nampak perbedaan seperti kesenjangan antara karyawan pimpinan dengan karyawan pelaksana dan buruh harian lepas
yang diakibatkan oleh perbedaan komponen dan nilai nominal upah serta fsilitas pada berbagai level pekerja mulai dari BHL hingga karyawan
pimpinan. Kesenjangan berdasarkan struktur pekerjaan terpelihara oleh pola pemukiman karyawan pimpinan dengan karyawan pelaksana dan BHL yang
berjarak berjauhan sehingga saat interaksi yang terjadi hanya sebatas dalam linkungan kerja saja yang sifatnya sangat formal. Untuk interaksi yang
terjadi diluar linkungan kerja antara karyawan pimpinan dengan karyawan pelaksana maupun BHL sangat jarang terjadi. Selain pemukiman yang
berjarak berjauhan, tipe rumah pemukiman antara karyawan pimpinan dengan karyawan pelaksana memiliki tipe yang berbeda. Karyawan
pimpinan mendapatkan fasilitas berupa rumah permanen dengan ukuran yang lebih besar dengan rumah di pemukiman karyawan pelaksana. Hal
tersebut adalah simbol sosial yang menunjukkan perbedaan strata diantara keduanya. Sedangkan untuk karyawan BHL tidak diberikan fasilitas
pemukiman sehingga pada umumnya mereka tinggal didaerah sekitar perkebunan.
Stratifikasi yang sangat jelas dilingkungan perkebunan PTPN IV bah jambi terpelihara oleh adanya beberapa piranti seperti komponen upah dan
pola pemukiman yang diterapkan. Pembentukan Stratifikasi yang terjadi memiliki berfungsi positif terhadap pemudahan proses penawasan terhadap
Universitas Sumatera Utara
53
para pekerja. Dimana para karyawan pimpinan merupakan instrumen yang penting dalam pengawasan karyawan pelaksana yang dilanjutkan kepada
BHL sebagai eksekuto di lapangan dan merupakan ujung tombak dalai pencapaian target perusahaan. Mereka ditempatkan sebagai panutan utama
bagi komunitas karyawan pimpinan dan BHL sehingga perlu dilakukan sebuah perlakuan yang berbeda.
4.2 Profil Informan 1. Rani
Perempuan yang sering disapa Mama Rani ini merupakan informan pertama yang peneliti wawancarai setelah ia selesai melakukan pemupukan
untuk bibit kelapa sawit. Mama Rani yang berperawakan agak gemuk pada saat itu menggunakan baju lengan panjang tebal berwarna biru putih dengan
kerudung dan topi di kepalanya. Informan pada saat ini berusia 37 tahun dan memiliki 3 orang putra ini memberikan saya kesempatan untuk melakukan
wawancara pada saat jam istirahatnya jam wolon. Sambil menikmati makan siangnya di bawah pohon rindang mama
Rina menjelaskan bahwa dia sudah bekerja selama 1 tahun di pembibitan kelapa sawit unit bah jambi. Mama Rani yang merupakan warga Nagori
Moho berangkat setiap hari bekerja untuk mendapatkan penghasilan tambahan untuk keluarga. Selanjutnya informan mengatakan bahwa ia
sangat terbatas dalam hal memilih jenis pekerjaan karena status pendidikannya yang hanya sampai SMP dan statusnya sebagai istri dan ibu
mengharuskannya untuk mencari pekerjaan yang tidak mengganggu pekerjaan rumah tangganya. Pekerjaan sebagai BHL di pembibitan
Universitas Sumatera Utara