Perbedaan sintaksis yang penting di antara melakukan dan terjadi adalah bahwa melakukan memerlukan dua argumen referensial, sedangkan terjadi hanya memerlukan satu
argumen saja. Hubungan implikasi terdapat pada eksponen terjadi dan merasakan, misalnya jika X merasakan sesuatu, maka sesuatu terjadi pada X.
2.2.2 Sintaksis Universal
Konsep dasar selanjutnya adalah sintaksis universal yang dikembangkan oleh Wierzbicka pada akhir tahun 1980-an. Sintaksis universal terdiri atas kombinasi leksikon butir
makna asali yang membentuk proposisi sederhana sesuai dengan perangkat morfosintaksis bahasa yang bersangkutan. Misalnya, INGIN memiliki kaidah universal tertentu dalam
konteks: saya ingin melakukan sesuatu. Selanjutnya, unit dasar sintaksis universal ini dapat disamakan dengan klausa yang dibentuk oleh substantif, predikat, dan elemen- elemen lain.
Kombinasi elemen tersebut akan membentuk kalimat kanonis Indrawati, 2006: 148. Kalimat kanonis adalah kalimat sederhana berbentuk parafrase yang dibentuk oleh kombinasi elemen-
elemen makna asali. Kalimat kanonis ini dikatakan sebagai konteks tempat leksikon asali diperkirakan muncul secara universal Goddard 1996:27-34; Wierzbicka 1996d: 30-44;
Sutjiati Beratha 2000a:5 dan 2000b:247. Pola kombinasi yang berbeda dalam sintaksis universal mengimplikasikan gagasan
pilihan valensi. Contohnya, elemen MENGATAKAN, di samping memerlukan “subjek” dan “komplemen” wajib seperti ‘seseorang mengatakan sesuatu’, juga “pesapa” seperti
‘seseorang mengatakan sesuatu pada seseorang’, atau “topik” seperti ‘seseorang mengatakan sesuatu tentang sesuatu’ atau “pesapa dan topik” seperti ‘seseorang mengatakan sesuatu
pada seseorang tentang sesuatu’ Mulyadi dan Siregar, 2006: 71. Hubungan ketiga konsep dasar tersebut dapat diringkas dalam skema di bawah ini.
Gambar 1. Hubungan Makna Asali, Polisemi, dan Sintaksis Universal
Sumber : Mulyadi dan Siregar 2006
Sebuah butir leksikon memiliki minimal dua makna asali. Kemudian makna asali tersebut membentuk polisemi, yang dapat mengekspresikan dua makna asali yang berbeda.
Selanjutnya, makna asali yang berpolisemi tersebut membentuk sintaksis universal, yaitu kalimat sederhana yang berbentuk parafrase. Berdasarkan kalimat parafrase tersebut, dapat
diketahui makna sebuah butir leksikon tersebut.
3. METODE PENELITIAN 3.1
Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data lisan dan data tulis. Data lisan sebesar 60 dan data tulis sebesar 40. Data diperoleh dari sumber data. Data lisan
diperoleh dari beberapa informan. Jumlah informan sebanyak 5 orang. Dari 5 orang informan tersebut ada satu orang yang dipilih sebagai informan kunci. Data lisan
diperoleh dari beberapa informan yang dipilih berdasarkan beberapa kriteria, antara lain: 1. Penutur asli bahasa Karo
2. Usia informan rata-rata 25-40 tahun. 3. Dapat berbahasa Indonesia Mahsun 1995: 106.
Data tulis diperoleh dari bahan bacaan, seperti buku dan aplikasi internet dan kamus bahasa Karo-Indonesia yang disusun oleh Achmad Samin Siregar yang dikumpulkan dengan
teknik catat. Data juga bersumber dari intuisi kebahasaan penulis.
3.1.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Makna Asali
Polisemi Sintaksis Universal
Makna Asali Makna