Kerangka Teori Struktur Semantis

ditemukan jaringan hubungan yang sama. Yang bisa diharapkan ialah ditemukannya perangkat ‘makna asali’ yang berhubungan.

2.2 Kerangka Teori

Kajian semantik Bahasa Karo ini menggunakan teori Metabahasa Semantik Alami MSA. Teori MSA dikembangkan oleh Anna Wierzbicka merupakan teori analisis makna yang menyatukan tradisi filsafat dan logika dalam kajian makna dengan ancangan tipologi untuk kajian bahasa. Asumsi teori ini berkaitan dengan prinsip semiotis yang menyatakan bahwa: A sign cannot be reduced to or analysed into any combination to things which are not themselves sign, consequently, it is imposible to reduce meanings to any combination of things which are not themselves meanings Wierzbicka 1996b:10; Goddard 1994:1; Sutjiati Beratha 1997b:61. Sebuah tanda tidak dapat dianalisis ke dalam bentuk yang bukan merupakan tanda itu sendiri. Selanjutnya, tidak mungkin menganalisis makna pada kombinasi bentuk yang bukan merupakan makna bentuk itu sendiri. Berdasarkan prinsip di atas, analisis makna akan tuntas. Makna kompleks apapun dapat dijelaskan tanpa harus berputar-putar dan tanpa residu. Pemilihan teori MSA sebagai salah satu teori untuk mengkaji MM didasarkan atas beberapa petimbangan, yaitu 1 teori ini dapat mengeksplikasi semua makna, 2 pendukung teori ini yakin pada prinsip bahwa kondisi alamiah sebuah bahasa adalah mempertahankan satu bentuk untuk satu makna dan sebaliknya prinsip ini tidak hanya dapat diterapkan pada konstruksi gramatikal, tetapi juga pada kata, dan 3 eksplikasi makna dalam teori MSA dibingkai dalam sebuah metabahasa yang bersumber dari bahasa alamiah. Dalam teori MSA, ada sejumlah konsep teoretis yang penting untuk dikemukakan, yaitu makna asali semantic primitivesemantic prime, polisemi takkomposisi non-compositional polysemy, dan sintaksis universal universal syntax. Wierzbicka 1996: 3-11 mengatakan bahwa ada 55 elemen makna asali yang dapat digunakan untuk memparafrase makna sebuah butir leksikon, antara lain SESUATU, SESEORANG, MENGETAHUI, INGIN, TERJADI, BAIK, BESAR, MUNGKIN, SEBAB, dan SETELAH dalam Mulyadi, 2000: 43. Jumlah ini telah berkembang lagi, dan Goddard mencatat terdapat 65 makna asali, seperti terlihat berikut ini: Tabel 1. Perangkat Makna Asali KOMPONEN ELEMEN MAKNA ASALI Substantif I AKU, YOU KAMU, SOMEONE SESEORANG, PEOPLEPERSON ORANG, SOMETHINGTHING SESUATUHAL, BODY TUBUHBADAN. Substantif Relasional KIND JENIS, PART BAGIAN. Pewatas THIS INI, THE SAME SAME, OTHERELSE LAIN. Penjumlah ONE SATU, TWO DUA, MUCHMANY BANYAK, SOME BEBERAPA, ALL SEMUA. Evaluator GOOD BAIK, BAD BURUK. Deskriptor BIG BESAR, SMALL KECIL. Predikat Mental THINK PIKIR, KNOW TAHU, WANT INGIN, FEEL RASA, SEE LIHAT, HEAR DENGAR. Ujaran SAY UJAR, WORDS KATA, TRUE BENAR. Tindakan, peristiwa, gerakan, perkenaan DO BERBUATLAKU, HAPPEN TERJADI, MOVE GERAK, TOUCH SENTUH. Keberadaan dan milik BE SOMEWHERE SESUATU TEMPAT, THERE ISEXIST ADA, HAVE PUNYA, BE SOMEONESOMETHING MENJADI SESEORANGSESUATU. Hidup dan Mati LIVE HIDUP, DEAD MATI Waktu WHENTIME BILAWAKTU, NOW SEKARANG, BEFORE SEBELUM, AFTER SETELAH, A LONG TIME LAMA, A SHORT TIME SINGKATSEKEJAP, FOR SOME TIME SEBENTARBEBERAPA SAAT, MOMENT SAAT. Ruang DI MANATEMPAT, DI SINI, DI ATAS, DI BAWAH, JAUH, DEKAT, SEBELAH, DALAM Konsep Logis NOT TIDAK, MAYBE MUNGKIN, CAN DAOAT, BECAUSE KARENA, IF JIKA, Augmentor intensifer VERY SANGAT, MORE LEBIHLAGI. Kesamaan LIKEAS SEPERTI Sumber : Goddard dalam Mulyadi 2009: 58 Konsep dasar lain dalam MSA adalah polisemi. Polisemi adalah leksikon tunggal yang dapat mengekspresikan dua makna asali yang berbeda. Ini terjadi karena adanya hubungan komposisi antara satu eksponen dengan eksponen yang lainnya karena memiliki kerangka gramatikal yang berbeda Subiyanto, 2008: 272. Ada dua hubungan nonkomposisi, yaitu hubungan yang ‘menyerupai pengartian’ dan ‘hubungan implikasi’ Indrawati, 2006: 148. Hubungan yang menyerupai pengartian tampak pada melakukanterjadi dan melakukan padaterjadi. 1 X melakukan sesuatu pada Y Sesuatu terjadi pada Y 2 Jika X merasakan sesuatu pada Y Sesuatu trjadi pada Y Jika X merasakan sesuatu Sesuatu terjadi pada X Perbedaan sintaksis yang penting antara melakukan dan terjadi adalah bahwa melakukan membutuhkan dua argumen referensial, sedangkan terjadi hanya membutuhan satu argumen. Hubungan implikasi terdapat pada eksponen terjadi dan merasakan, misalnya jika X merasakan sesuatu, maka sesuatu terjadi pada X.

2.2.1 Polisemi Takkomposisi