PENDAHULUAN MAKIAN DALAM BAHASA KARO

1. PENDAHULUAN

Makian adalah salah satu ungkapan verbal yang mengandung makna emotif dan digunakan untuk menghina, menjelek-jelekkan, atau memberi hujatan dengan perkataan kotor atau kasar dalam situasi dan kondisi tertentu, seperti dalam keadaan marah, kesal, dan jengkel. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008 disebutkan bahwa makian adalah kata keji yang diucapkan untuk memarahi. Makian juga ditemukan dalam kegiatan tutur masyarakat Karo. Makian yang ditemukan dalam Bahasa Karo selanjutnya disebut BK berbeda dengan makian yang terdapat dalam bahasa daerah lain. Makian dalam BK tidak hanya mengungkapkan kemarahan dan kebencian tetapi juga menunjukkan rasa keakraban atau kedekatan hubungan terhadap orang yang dimaki. Namun, kajian ini hanya membahas makian yang bermakna semantis, yaitu makian yang disebabkan kemarahan, kebencian, dan kejengkelan terhadap seseorang, seperti biang ‘anjing’, babahmu ena ‘mulutmu itu’, bengkala ko ‘monyet kau’.S Makian dalam BK tidaklah sama dengan makian dalam BI karena tidak bernilai rasa buruk dan orang yang dimaki sama sekali tidak tersinggung. Misalnya, monyet ‘bengkala’ merupakan makian dalam BK, namun dalam BI ‘monyet’ adalah hewan yang berbulu banyak dan berekor panjang. Seseorang yang dimaksi dengan kata bengkala dianggap sebagai orang yang berprilaku seperti monyet. Dengan demikian, budaya yang berbeda mempengaruhi jenis makian yang terdapat dalam sebuah budaya. Penelitian sejenis ini pernah dilakukan oleh Siska Napitupulu, mahasiswa Universitas Sumatera Utara, Fakultas Ilmu Budaya, dalam skripsinya yang berjudul Makian dalam Bahasa Batak Toba: Kajian Metabahasa Semantik Alami. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa referen makian dalam bahasa Batak Toba terdiri atas tujuh referen, yakni nama hewan, bagian tubuh, keadaan fisik seseorang, keadaan mental seseorang, profesi, kekerabatan, dan makhluk halus. Dan beberapa struktur semantis makian dalam bahasa Batak Toba memperlihatkan persamaan dan perbedaan. Persamaan struktur semantisnya adalah X mengatakan sesuatu pada Y karena X merasakan sesuatu yang buruk terhadap Y. Namun struktur semantis setiap makian dalam BBT memiliki pola struktur semantis yang berbeda berdasarkan referennya. Selain itu, Dianita Indrawati dalam penelitiannya yang berjudul Makian dalam Bahasa Mandura: Kajian Metabahasa Semantik Alami mengatakan bahwa makian dalam Bahasa Madura memiliki referensi, seperti bagian tubuh manusia, istilah kekerabatan, binatang, mahluk halus, profesi, sesuatu yang buruk, keadaan mental, keadaan fisik seseorang, dan aktivitas sosial yang memiliki makna asali antara lain seseorang, sesuatu, badan, bagian, buruk, terjadi, memikirkan, merasakan, mengetahui, melakukan, dan lain-lain. Mengingat minimnya penelitian dalam Bahasa Karo, maka penulis mencoba untuk menganalisa struktur semantis dan kategorisasi makian yang terdapat dalam Bahasa Karo menggunakan kajian Metabahasa Semantik Alami MSA dengan menggunakan metode simak dan cakap. 2. KONSEP DAN KERANGKA TEORI 2.1 Konsep