Hubungan antara hasil belajar sosiologi dengan sikap siswa terhadap lingkungan sosial: studi penelitian di SMA PBRI 56 Ciputat

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan IPS

Disusun Oleh:

SUTARSIH 1050 15000 656

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2010 M/1430 H


(2)

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan (positif) antara hasil belajar sosiologi dengan sikap siswa terhadap lingkungan sosial. Penelitian ini dilaksanakan di SMA PGRI 56 Ciputat selama bulan Januari 2009 dan penelitian ini dilakukan terhadap 30 orang siswa kelas XI IPS.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan teknik korelasional. Untuk skor hasil belajar Sosiologi diperoleh dari hasil ujian semester 1 dan untuk skor sikap siswa terhadap lingkungan sosial diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner dengan penskoran 1-4 disusun menurut skala Likert. Sebelum instrument penelitian digunakan dalam penelitian terlebih dahulu di uji cobakan. Jumlah pernyataan pada waktu uji coba sebanyak 30 butir dan pada waktu penelitian jumlahnya sebanyak 20 butir. Teknik analisis data yang digunakan analisis satu variabel dan uji korelasi. Dari hasil penelitian dengan uji hipotesis diperoleh rxy=0,571.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan cukup signifikan atau searah (positif) antara hasil belajar sosiologi dengan sikap siswa terhadap lingkungan sosial dan variansi hasil belajar sosiologi dapat memberi kontribusi kepada sikap siswa terhadap lingkungan sosial sebesar 33 %.


(3)

This study aimed to determine whether there was a significant (positive) between the results of the sociology of learning with students' attitude towards the social environment. This research was conducted at the high school during the month of Ciputat PGRI 56 January 2009, and the research was conducted on 30 students of grade XI IPS.

The research method used is survey method with correlation techniques. To score the results obtained from studying sociology first semester exam results and to score students' attitude towards the social environment resulting from the spread of the questionnaire by scoring 1-4 were prepared according to the Likert scale. Before the research instrument used in prior studies was tested. The number of questions during the trial as many as 30 points and at the time of research in number as many as 20 points. Data analysis techniques used in the analysis and correlation test one variable. From the results of research by testing hypotheses rxy = 0.571.

The conclusion of this study is that there is a significant relationship or the direction (positive) between the results of the sociology of learning with students 'attitude towards social and environmental variance, the results of the sociology of learning can contribute to students' attitude towards the social environment of 33%.

Keywords: Sociology learning outcomes, student attitudes, social environment.


(4)

panutan kita semua yakni Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabat serta kita sebagai ummatnya.

Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Meskipun skripsi ini jauh dari kesempurnaan, ini merupakan hasil usaha maksimal yang dapat penulis lakukan. Penulis sepenuhnya menyadari, bahwa penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dukungan yang penuh ketulusan, baik secara moril maupun materil dari semua pihak.

Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MM, Selaku Dosen Pembimbing. Berkat jasa beliau, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Drs. H. Nurochim, MM, Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.


(5)

dan dukungan serta do’a yang tulus untuk penulis.

9. Bapak Sholeh Amrullah, yang telah banyak memberi bimbingan spiritual, dukungan dan do’a yang tulus serta yang telah mengajari arti kehidupan kepada penulis.

10. Sahabat-sahabatku, Ello, Lilis, Wije, Diah, Nungse, Hilda, Pipit, Dede, Zeki, Arfah, Viva, Yeyen.

11. Teman-temanku anak-anak IPS angkatan 2005, yang telah memberikan pengalaman yang berharga untuk penulis.

12.Keluarga besar IMM Cabang Ciputat, immawan & Immawati, serta kawan-kawanku seperjuangan, Yuna, Sita, Ningsih, Toto, Ifin, Rijal, Indra, Amir, Hasbi dan yang lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan banyak inspirasi dan pengalaman yang sangat berharga untuk penulis.

13. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuan dan do’anya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya, tiada untaian kata yang terindah kecuali rasa syukur atas segala Rahmat, Karunia dan Ridho-Nya Allah SWT. Dan penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini, dan dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Besar harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat khusunya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Amin.

Jakarta, 18 April 2010

Penulis


(6)

DAFTAR ISI……… iii

DAFTAR GAMBAR………... vi

DAFTAR TABEL……… vii

DAFTAR LAMPIRAN……… viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Identifikasi Masalah………. 8

C. Pembatasan Masalah………. 9

D. Perumusan Masalah………... 9

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian……… 10

BAB II PENYUSUNAN KERANGKA TEORITIK DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. A. Konsep Tentang Belajar dan Hasil Belajar………... 11

1. Hakikat Belajar……… 11

2. Hakikat Hasil belajar……….. 13

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar... 15

4. Teori-Teori Belajar... 18

a. Behaviorisme……….. 18

b. Kognitivisme... 19

c. Teori Belajar Psikologi Sosial... 21

d. Teori Belajar Gagne... 21


(7)

3. Fungsi dan Sumber Sikap... 27

4. Sikap Sosial dan Individual... 28

5. Hubungan Sikap dan Pendapat... 29

6. Pengukuran (Skala) Sikap... 29

D. Konsep Tentang Lingkungan Sosial……….. 30

1. Keluarga……….. 31

2. Sekolah……….... 32

3. Masyarakat……….. 33

E. Kerangka Berpikir………. 34

F. Hipotesis Penelitian………... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian……….. 37

B. Metode Penelitian……… 37

C. Populasi dan Sampel……… 38

D. Teknik Pengumpulan Data………... 38

E. Variabel Penelitian……… 40

F. Instrumen Penelitian……… 40

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data………... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMA PGRI 56 Ciputat……… 46

1. Sejarah Berdirinya SMA PGRI 56 Ciputat……… 46

2. Visi, Misi dan Tujuan SMA PGRI 56 Ciputat………….. 47

3. Tujuan Sekolah……… 47

4. Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan………. 48


(8)

1. Analisis Data melalui teknik korelasi Product Moment... 71 2. Analisis Hasil Wawancara……….. 72 D. Interpretasi Data……….. 74

BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan………. 76

B.Saran………. 77

DAFTAR PUSTAKA... 78 LAMPIRAN


(9)

Gambar. 4.1 Bagan Struktur Organisai SMA PGRI 56 CIPUTAT……… 53

Gambar. 4.2 Histogram Hasil Belajar Sosiologi siswa……… 56


(10)

Tabel. 4.1 Daftar Nama Guru SMA PGRI 56 Ciputat………... 48 Tabel. 4.2 Keadaan Siswa SMA PGRI 56 Ciputat Tahun

Ajaran 2009/2010…... 50 Tabel. 4.3 Sarana Prasarana SMA PGRI 56 Ciputat

Tahun Ajaran2009/2010... 51 Tabel. 4.4 Rangkuman Skor Hasil Belajar Sosiologi Siswa dan

Sikap siswa terhadap lingkungan Sosial di SMA PGRI

56 Ciputat……… 54 Tabel. 4.5 Distribusi frekuensi hasil belajar sosiologi siswa

SMA PGRI 56 Ciputat……… 55 Tabel. 4.6 Distribusi frekuensi sikap siswa terhadap lingkungan sosial di

SMA PGRI 56 Ciputat……….. 56 Tabel. 4.7 Peranan keluarga sangat penting……… 58 Tabel. 4.8 Peranan keluarga tidak penting……….. 58 Tabel. 4.9 Tidak merasa malu sedikitpun ketika bolos sekolah………….. 59 Tabel. 4.10 Bebas bertindak sesuka hati……… 59 Tabel. 4.11 Patuh dan selalu mendengarkan nasihat orang tua……… 60 Tabel. 4.12 Tidak pernah mendengarkan nasehat siapapun termasuk orang

tua sendiri………... 61 Tabel.4.13 Lingkungan sekolah sangat kumuh……… 61 Tabel.4.14 Merasa malu ketika datang terlambat apalagi bolos sekolah…. 62 Tabel.4.15 Setelah belajar sosiologi akhirnya memahami

cara bermasyarakatyang baik……….. 63 Tabel.4.16 Telah belajar Sosiologi tapi tidak memahami

cara bermasyarakat yang baik……… 63 Tabel.4. 17 Lingkungan sekolah sangat bersih………. 64 Tabel.4. 18 Menolak ketika diajak teman untuk bolos sekolah……… 65 Tabel.4. 19 Merasa gengsi ketika tidak mengikuti teman

yang bolos sekolah ……… 65 Tabel.4. 20 Hidup bermasyarakat harus saling menghormati dan

saling tolong- menolong ………... 66 Tabel.4. 21 Hidup bermasyarakat tidak harus saling tolong-menolong

dan saling menghormati………..67 Tabel.4. 22 Komunikasi yang baik belum tentu hidup masyarakat


(11)

Lampiran 3 Uji Coba Validitas butir pertanyaan angket “Correlations”

Lampiran 4 Uji Reliabilitas

Lampiran 5 Hasil uji coba validitas

Lampiran 6 Instrument Kisi-kisi Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Sosial

Lampiran 7 Nilai rapor siswa semester 1

Lampiran 8 Perhitungan untuk variabel X dan Variabel Y

Lampiran 9 Data skor Hasil Belajar Sosiologi (variabel X) dan Skor Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Sosial di SMA PGRI 56 Ciputat (variabel Y)

Lampiran 10 Uji korelasi antara variabel X dengan Variabel Y

Lampiran 11 Tabel Statistik Nilai–Nilai r Product Moment

Lampiran 12 Hasil berita wawancara dengan kepala sekolah SMA PGRI 56 ciputat

Lampiran 13 Hasil berita wawancara dengan guru mata pelajaran Sosiologi

Lampiran 14 Hasil berita wawancara dengan siswa-siswi kelas XI IPS SMA PGRI 56 ciputat

Lampiran 15 Hasil berita wawancara dengan siswa-siswi kelas XI IPS SMA PGRI 56 ciputat

Lampiran 16 Hasil berita wawancara dengan siswa-siswi kelas XI IPS SMA PGRI 56 ciputat

Lampiran 17 Hasil berita wawancara dengan orang tua siswa-siswi kelas XI IPS SMA PGRI 56 Ciputat

Lampiran 18 Hasil berita wawancara dengan orang tua siswa-siswi kelas XI IPS SMA PGRI 56 Ciputat

Lampiran 19 Hasil berita wawancara dengan orang tua siswa-siswi kelas XI IPS SMA PGRI 56 ciputat

Lampiran 20 Wawancara bersama Kepala Sekolah SMA PGRI 56 Ciputat


(12)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A.Gambaran Umum SMA PGRI 56 Ciputat 1. Sejarah berdirinya SMA PGRI 56 Ciputat

SMA PGRI 56 Ciputat merupakan salah satu lembaga pendidikan perjuangan bangsa yang dinaungi oleh Organisasi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). SMA PGRI Ciputat sangat konsisten dengan tujuannya, yaitu: menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dan terjangkau oleh semua lapisan masyrakat.

Sekolah Menengah Atas (SMA) PGRI 56 Ciputat terletak di jalan Pendidikan no.30 Ciputat kota Tangerang Selatan 15411, Tlp. 0217409808, E-mail. Smapgri56.ciputat@yahoo.co.id. Sekolah ini didirikan pada tahun 1982 yang berdasarkan Surat Keputusan akreditasi lama /SK No. 086/102.Kep/E.84/16 Maret 1984, dan akreditasi baru yaitu /SK No. Ma. 002937/28.00.Ma.0003.06/ 27 Juni 2006, yang berdiri diatas lahan tanah seluas 1777 m2, yang dipergunakan untuk bangunan seluas 877 m2, halaman seluas 300 m2, dan untuk lapangan olahraga seluas 600 m2. Lahan tanah yang dipergunakan oleh SMA PGRI 56 Ciputat ini milik tentara ABRI 203 yang diwakafkan untuk pendidikan. SMA PGRI 56 Ciputat dikepalai oleh Drs. Asep Setiadi, M.Pd dan Novia Roza, M.Pd sebagai wakil kepala sekolah.

2. Visi, Misi dan Tujuan SMA PGRI 56 Ciputat a. Visi

Menjadikan SMA PGRI 56 Ciputat sebagai pusat pengembangan Pendidikan, kebanggaan masyarakat yang menghasilkan kader-kader


(13)

1) Menyelenggarkan pendidikan umum yang bersifat nasional 2) Menghasilkan tamatan yang kompeten, terampil, dan bermutu 3) Menghasilkan tamatan yang berguna bagi dirinya, bangsa, dan negara

4)Menjadikan lembaga pendidikan kebanggaan masyarakat Ciputat dan sekitarnya

5) Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi kepada

pengembangan potensi siswa dalam membentuk manusia seutuhnya.

3. Tujuan Sekolah

a. Tujuan jangka panjang: berisi tujuan jangka panjang sekolah (5 tahun kedepan)

b. Tujuan jangka pendek: berisi serangkaian tujuan jangka pendek yang mewujudkan dalam tahunan seperti:

1) Membentuk pokja/Tim kecil sebagai pionir dalam mengimplementasikan budaya profesional

2) Menjaring calon siswa yang berkualitas

3) Menganalisa dan mensinkronkan kurikulum dengan tuntutan Standar Kompetensi Nasional dan Internasional

4) Meningkatkan kompetensi guru melalui sertifikasi kompetensi 5) Menjalin kerjasama dengan lembaga/PP instansi terkait, dan

masyarakat dalam rangka perkembanngan IPTEK

6) Meningkatkan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler unggulan yang sesuai dengan minat siswa

7) Meningkatkan upaya pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana serta program pendidikan untuk mendukung KBM dan hasil belajar siswa.1

       1


(14)

4. Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan a. Guru

Dalam proses belajar mengajar, sangat dibutuhkan tenaga yang profesional agar tercipta generasi yang berkompeten dan mempunyai skill yang memadai.

Kondisi guru-guru di SMA PGRI 56 Ciputat, apabila dilihat pada standar kompetensinya, pendidikan tenaga pengajar pada umumnya sesuai dengan bidangnya atau dengan kata lain sesuai dengan disiplin keilmuannya.

Adapun tenaga pengajar yang ada di SMA PGRI 56 Ciputat tahun ajaran 2008/2009, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel. 4.1

Daftar Nama Guru SMA PGRI 56 Ciputat

No Nama L/P Status

Pegawai

Pendidikan Terakhir

Mata Pelajaran

1 Drs. Asep Setiadi,

M.Pd L DPK

S.2. Adm. Manj

Pend. Fisika 2

Novia Roza, M.Pd P DPK S.2. Adm. Manj

Pend B.Inggris 3

Siti Aisyah, M.Pd P PNS S.2. Adm. Manj

Pend. Ekonomi 4 Dra. Ulfiati R P PNS S.1 Pend. B.Indo B. Indo 5 Drs. Tatang

Gunawan L GTT S.1. MIPA Matematika 6 Drs. Junaedi L GTT S.2. PDU Ekonomi


(15)

Sumber : Dokumen Tata Usaha 10 Drs.Tatang

Setiawan L GTT S.1. Biologi Biologi 11 M. Zaenudin ZM,

S.pd L GTT S.1 Tata Niaga Penjaskes 12 Dra. Tinelfia P GTT S.1. Kimia Fisika 13 Tatan. ZM, S.Ag,

M.pd L GTT

S.2. Adm. Manj

Pend Geografi 14 Komariah S.Pd P GTT S.1. B.Indo B.Indonesia 15 Buyung Tarmizi L GTT S.1. Pend. IPS Sejarah 16 Abdul Rochim,

S.Pd L GTT S.1. Biologi Biologi 17 Yunita N, S.Hum P GTT S.1. Hum Sosiologi 18 Cucu PAlam, S.Pd L GTT S.1. Kesenian Senibudaya 19 Heru Sutanto,

S.Pd L GTT S.1. MIPA Geografi 20 Budiyanto S.Pd L GTT S.1. P.IPS Sejarah

21 Yusep K.S, SE L GTT S.1. Manajemen TI K 22 Drs. Hartono L GTT S.1. MIPA Fisika 23 Eko Sulistiyo L GTT S.1. Manajemen TIK 24 Even Apriansyah L GTT SB 25 Eka R.,S.Pd P GTT S1. Pend. Mtk Matematika 26 Agus S, S.Pd.I L GTT S.1. PAI PAI

27

Rindu Harahap L GTT Agama

Kristen

b. Siswa

Siswa merupakan salah satu komponen sekolah yang sangat penting dan berhak mendapatkan pendidikan, pengajaran, bimbingan dan pelatihan. Siswa di SMA PGRI 56 Ciputat Berjumlah 270 orang dengan jumlah


(16)

rombel sebanyak tujuh, hal ini membuktikan antusias masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke SMA PGRI 56 Ciputat ini cukup tinggi.

Adapun jumlah siswa di SMA PGRI 56 Ciputat tahun 2009/2010, yaitu sebagai berikut:

Tabel. 4.2

Keadaan Siswa SMA PGRI 56 Ciputat Tahun Ajaran 2009/2010

Sumber : Dokumen Tata Usaha

No Program Kelas X Kelas XI Kelas XII Jumlah

RB Siswa RB Siswa RB Siswa RB Siswa

L P L P L P L P

1 Umum 2 40 38 2 40 38 2 IPA 2 25 32 1 17 28 3 42 60 3 IPS 1 27 8 1 32 13 2 69 21

Jumlah 2 40 38 3 52 40 2 49 41 7 151 119

c. Karyawan

Selain tenaga pendidik dan peserta didik, komponen penting lainnya untuk mendukung proses pelaksanaan KBM adalah karyawan. Karyawan di SMA PGRI 56 Ciputat berjumlah 7 orang. Yang terdiri dari 1 orang satpam, 1 orang kebersihan, 1 orang penjaga perpustakaan, 4 orang petugas Tata Usaha (TU).

d. Sarana dan Prasarana Sekolah

Sarana dan prasarana merupakan hal yang penting untuk menunjang dalam porses pelaksanaan pembelajaran. Untuk mendukung kegiatan belajar mengajar di SMA PGRI 56 Ciputat tersedianya


(17)

fasilitas-Tabel 4.3

Keadaan Sarana Prasarana SMA PGRI 56 Ciputat Tahun Ajaran 2009/2010

Jenis ruang Jumlah Kondisi

Lab. Komputer 1 baik

Lab. Bahasa 1 baik

Lab. Multimedia 1 baik Laboratorium IPA 1 baik Lapangan Olahraga 1 baik Ruang Perpustakaan 1 baik Ruang Belajar/Kelas 10 baik Ruang Kepala Sekolah 1 baik

Ruang Guru 1 baik

Ruang BP/ BK 1 baik

Ruang TU 1 baik

Kamar Mandi/ WC Guru 1 baik Kamar Mandi / WC Siswa 1 baik

Gudang 1 baik

Rumah Ibadah 1 baik

Sumber: Dokumen Tata Usaha

5. Kegiatan Ekstra Kurikuler

Untuk mendukung hasil kegiatan belajar mengajar dan pengembangkan bakat serta kreatifitas siswa, maka berbagai kegiatan ekstra kurikuler diadakan disekolah ini. Diantaranya yaitu Pramuka, PMR, UKS, ROHIS, Tari Saman, dan futsal putra/putri. Yang kesemuanya ini tujuannya adalah untuk menyalurkan minat, bakat dan kreatifitas siswa dan siswi SMA PGRI 56 Ciputat.


(18)

6. Pelaksanaan Pembelajaran Sosiologi

Kurikulum untuk pelajaran Sosiologi yang dpakai adalah kurikulum 2006 atau dikenal dengan istilah KTSP dan waktu belajarnya selama empat jam pelajaran dalam satu minggu. Dalam penyampaian materi pelajaran sosiologi guru menggunakan berbagai metode yang disesuaikan dengan materi yang dipelajari, walaupun tidak sesempurna yang diinginkan. Diantaranya metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dan penugasan. Seluruh metode tersebut digunakan secara bervariasi dan terpadu. Selain itu kegiatan belajar tidak selalu dilaksanakan didalam ruang kelas melainkan juga diluar kelas baik, di lingkungan sekolah maupun dilingkungan masyarakat dengan cara guru meberi tugas kelompok yang langsung terjun kemasyarakat. Hal ini disesuaikan dengan materi yang dipelajari, dengan tujuan agar siswa mampu untuk memahami dan menghayati terhadap apa yang telah mereka pelajari. Sehingga mereka benar-benar faham dan mengerti, serta mampu memperaktikannya dengan nyata dalam kehidupannya masing-masing.2


(19)

7. Struktur Organisasi

Gambar. 4.1

Bagan Struktur Organisasi SMA PGRI 56 CIPUTAT

Wakil Kepala Sekolah

Novia Roza, M. Pd

Kepala Sekolah

Drs, Asep Setiadi, M.Pd

Bendahara

Dra. Novia Roza, M.

Tata Usaha

Drs. Duduh

Wk. Kurikulum

Tatan ZM, S.Pd, M.Pd

Wk. Kesiswaan

Sidup Usman,S.Pd

Wk. Sarana

Drs. Junaedi,M,Pd

Wk. Humas

Drs.Siti Aisyah

Siswa Dewan Guru


(20)

B. Deskripsi Data

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu hasil belajar sosiologi siswa sebagai variable X dan sikap siswa terhadap lingkungan sosial sebagai variable Y. Data yang dideskripsikan sebagai variable X merupakan data hasil belajar yang diperoleh dari nilai raport sebanyak 30 orang siswa. Sedangkan data yang dideskripsikan sebagai variable Y merupakan data yang diperoleh dari hasil pengisian angket yang telah penulis sebarkkan kepada 30 orang siswa, dengan jumlah butir soal 20 item dan masing-masing item mempunyai skor tertentu yang kemudian ditotalkan pada msing-masing siswa, dan hasilnya akan penulis deskripsikan dalam bentuk tabel distribusi.

Tabel 4.4

Rangkuman Skor Hasil Belajar Sosiologi Siswa dan sikap siswa terhadap lingkungan Sosial di SMA PGRI 56 Ciputat

No Parameter X Y

1 Skor terendah 50 56 2 Skor tertinggi 80 72 3 Rentang (Range) 30 16 4 Banyak Kelas (K) 6 6 5 Panjang Kelas (P) 6 3 6 Rerata (Mean) 65,7 64,2 7 Median (Me) 65,7 64,9 8 Modus (Mo) 64,9 66,3 9 Standar Deviasi (SD) 8,25 5,88 10 Variants/Simpangan (S) 68,2 34,62

1. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sosiologi.


(21)

Untuk menggambarkan distribusi frekuensi hasil belajar siswa, maka nilai/skor diambil dari nilai raport, sebagaimana terlihat dalam table berikut:

Tabel. 4.5

Distribusi frekuensi hasil belajar sosiologi siswa SMA PGRI 56 Ciputat

Interval Fi X Fi.X Batas

Bawah

Batas

Atas FKb Fka

50 - 55 5 52,5 262,5 49,5 55,5 5 30 56 - 61 3 58,5 175,5 55,5 61,5 8 25 62 - 67 10 64,5 645 61,5 67,5 18 22 68 - 73 6 70,5 423 67,5 73,5 24 12 74 - 79 5 76,5 382,5 73,5 79,5 29 6 80 - 85 1 82,5 82,5 79,5 85,5 30 1

∑ 30 1971

Jika nilai siswa pada mata pelajaran sosiologi semester 1 yang diambil dari nilai raport dikategorikan sebagai berikut: 50-55 adalah rendah/cukup, 62-73 adalah sedang/baik, dan 74-85 adalah tinggi/sangat baik, maka dapat disimpulkan bahwa nilai siswa pada mata pelajaran sosiologi semester 1 yang diambil dari nilai raport termasuk kategori sedang/baik. Hal ini juga dapat dibuktikan bahwa kebanyakan siswa memiliki hasil belajar pada kategori sedang yaitu 22 orang dari 30 orang siswa dari keseluruhan siswa yang diteliti.


(22)

0 2 4 6 8 10 12

50 ‐55 56 ‐61 62 ‐67 68 ‐73 74 ‐79 80 ‐85

Gambar 4.2

Histogram Hasil Belajar Sosiologi Siswa

2. Hasil penelitian tentang sikap siswa terhadap lingkungan sosial

Tabel distribusi frekuensi dari nilai/skor sikap siswa dibuat dengan cara mengelompokkan data table distribusi.

Tabel.4.6

Distribusi frekuensi sikap siswa terhadap lingkungan sosial di SMA PGRI 56 Ciputat

Interval Fi X Fi.X

Batas Bawah

Batas

Atas FKb Fka

56 - 58 5 57 285 55,5 58,5 5 30 59 - 61 4 90 240 58,5 61,5 9 25 62 - 64 5 63 315 61,5 64,5 14 21 65 - 67 8 66 528 64,5 67,5 22 16 68 - 70 6 69 414 67,5 70,5 28 8 71 - 73 2 72 144 70,5 73,5 30 2

∑ 30 1926

Jika sikap siswa terhadap lingkungan sosial berdasarkan angket dikategorikan sebagai berikut: 56-61 adalah rendah/cukup, 62-67 adalah


(23)

mem resp

miliki jawab ponden 16 o

ban skor ha rang dari 30

asil angket 0 orang jum

pada kateg mlah respond

gori sedang den keseluru

g dengan ju uhannya. umlah 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 56 ‐ Sa adal yang dipe deng

P = F N

Keter F = F N = N

P = A

Ha prose angka

His

alah satu tek lah dengan g telah dip eroleh diola

gan menggu

F x 100 N

rangan: Frekuensi ya

Number of c

Angka prese

asil angket k s data-data a dalam pres

togram sik

knik pengum mengguna pilih secar ah dalam be

unakan rum

%

ang sedang

cases (jumla entase

kemudian d instrument sentase yan

‐58 59 ‐6

Gamb kap siswa te

mpulan data akan angke

a acak seb entuk tabel mus: dicari prese ah frekuensi dimasukkan pengumpul ng dapat dili

61 62 ‐64

bar 4.3 erhadap lin

a yang digu et yang dis

bagai samp distribusi

entasenya i/banyaknya

ke dalam ta lan data (an ihat pada tab

65 ‐67

ngkungan s unakan dala ebarkan ke pel. Kemu yang dileng a individu) abulasi, yan gket) menja ble-tabel be

68 ‐70 71 ‐73

sosial am penelitia epada respo udian data gkapi perse an ini onden yang enatse ng merupaka adi table-tab erikut: an bel


(24)

Tabel.4.7

Peranan keluarga sangat penting

Keterangan Frekuensi Presentase

Sangat setuju 25 83%

Setuju 5 17%

Tidak setuju 0 0%

Sangat tidak setuju 0 0%

Total 30 100%

Butir pertanyaan ini adalah butir pertanyaan favorabel atau butir pertanyaan yang mengharapkan responden menjawab sangat setuju atau setuju karena artinya siswa menyetujui bahwa peranan keluarga sangat penting.

Pada pertanyaan no 1 dapat diketahui sebanyak 25 siswa atau 83% menjawab sangat setuju, 5 siswa atau 17% menjawab setuju, dan dari 30 siswa tidak ada yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa menganggap bahwa peranan keluarga sangat penting.

Tabel.4.8

Peranan keluarga bagi saya tidak penting

Keterangan Frekuensi Presentase

Sangat setuju 0 0 %

Setuju 0 0 %

Tidak setuju 9 30%

Sangat tidak setuju 21 70%

Total 30 100%


(25)

Pada pertanyaan no 2 dapat diketahui sebanyak 21 siswa atau 70% menjawab sangat tidak setuju, 9 siswa atau 30% menjawab tidak setuju, dan dari 30 siswa tidak ada yang menjawab setuju dan sangat setuju. Ini menunjukkan sebagian besar siswa menyatakan peranan keluarga penting.

Tabel.4.9

Tidak merasa malu sedikitpun ketika bolos sekolah

Keterangan Frekuensi Presentase (%)

Sangat setuju 3 10

Setuju 1 3

Tidak setuju 15 50

Sangat tidak setuju 11 37

Total 30 100

Butir pertanyaan ini adalah butir pertanyaan unfavorabel atau butir pertanyaan yang mengharapkan responden menjawab sangat tidak setuju atau tidak setuju karena artinya siswa tidak merasa malu sedikitpun ketika bolos sekolah.

Pada pertanyaan ini dapat diketahui sebanyak 11 siswa atau 37% menjawab sangat tidak setuju, 15 siswa atau 50%, menjawab tidak setuju, dan 1 siswa menjawab setuju dan 3 siswa sangat setuju. Ini menunjukkan sebagian besar siswa merasa malu ketika bolos sekolah.

Tabel.4.10

Bebas bertindak sesuka hati

Keterangan Frekuensi Presentase (%)

Sangat setuju 1 3,3

Setuju 4 13,3

Tidak setuju 16 53,3 Sangat tidak setuju 9 30


(26)

Butir pertanyaan ini adalah butir pertanyaan unfavorabel atau butir pertanyaan yang mengharapkan responden menjawab sangat tidak setuju atau tidak setuju karena artinya siswa menyatakan tidak setuju bertindak sesuka hati.

Pada pertanyaan ini dapat diketahui sebanyak 9 siswa atau 30% menjawab sangat tidak setuju, 16 siswa atau 53,3% menjawab tidak setuju, 4 siswa menjawab setuju dan 1 siswa menjawab sangat setuju. Ini menunjukkan sebagian besar siswa menyatakan tidak setuju bertindak sesuka hati.

Tabel.4.11

Patuh dan selalu mendengarkan nasihat orang tua

Keterangan Frekuensi Presentase (%)

Sangat setuju 3 10

Setuju 23 77

Tidak setuju 3 10

Sangat tidak setuju 1 3

Total 30 100

Butir pertanyaan ini adalah butir pertanyaan favorabel atau butir pertanyaan yang mengharapkan responden menjawab sangat setuju atau setuju karena artinya siswa menyetujui saya termasuk anak penurut dan selalu mendengarkan nasihat orang tua saya.

Pada pertanyaan no 5 dapat diketahui sebanyak 3 siswa atau 10% menjawab sangat setuju, 23 siswa atau 77% menjawab setuju, 3 siswa menjawab tidak setuju dan 1 siswa menjawab sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa menyatakan setuju bahwa dia adalah penurut dan selalu mendengarkan nsihat orang tua.


(27)

Tabel.4.12

Tidak pernah mendengarkan nasehat siapapun termasuk orang tua sendiri

Keterangan Frekuensi Presentase (%)

Sangat setuju 1 3

Setuju 1 3

Tidak setuju 15 50

Sangat tidak setuju 13 43,3

Total 30 100

Butir pertanyaan ini adalah butir pertanyaan unfavorabel atau butir pertanyaan yang mengharapkan responden menjawab sangat tidak setuju atau tidak setuju karena artinya siswa tidak pernah mendengarkan nasihat siapapun termasuk orang tua sendiri.

Pada pertanyaan ini dapat diketahui sebanyak 13 siswa atau 43,3% menjawab sangat tidak setuju, 15 siswa atau 50% menjawab tidak setuju, 1 siswa menjawab setuju dan 1 siswa menjawab sangat setuju. Ini menunjukkan sebagian besar siswa menyatakan tidak setuju bahwa siswa tidak pernah mendengarkan nasihat siapapun termasuk orang tua sendiri.

Tabel.4.13

Lingkungan sekolah sangat kumuh

Keterangan Frekuensi Presentase (%)

Sangat setuju 2 7

Setuju 5 17

Tidak setuju 16 53

Sangat tidak setuju 7 23

Total 30 100

Butir pertanyaan ini adalah butir pertanyaan unfavorabel atau butir pertanyaan yang mengharapkan responden menjawab sangat tidak setuju atau tidak setuju karena artinya siswa menganggap lingkungan belajar


(28)

(sekolah) sangat kumuh sehingga tidak mendukung untuk kegiatan belajar mengajar.

Pada pertanyaan ini dapat diketahui sebanyak 7 siswa atau 23% menjawab sangat tidak setuju, 16 siswa atau 53% menjawab tidak setuju, 5 siswa menjawab seuju dan 2 siswa yang menjawab sangat setuju. Ini menunjukkan sebagian besar siswa tidak setuju bahwa lingkungan belajar (sekolah) kumuh sehingga tidak mendukung untuk kegiatan belajar-mengajar..

Tabel.4.14

Merasa malu ketika datang terlambat apalagi bolos sekolah

Keterangan Frekuensi Presentase (%)

Sangat setuju 11 37

Setuju 18 60

Tidak setuju 0 0

Sangat tidak setuju 1 3

Total 30 100

Butir pertanyaan ini adalah butir pertanyaan favorabel atau butir pertanyaan yang mengharapkan responden menjawab sangat setuju atau setuju karena artinya siswa merasa malau ketika datang kesekolah terlambat apalagi bolos sekolah.

Pada pertanyaan no 8 dapat diketahui sebanyak 11 siswa atau 37% menjawab sangat setuju, 18 siswa atau 60% menjawab setuju, dan dari 30 siswa tidak ada yang menjawab tidak setuju dan 1 siswa yang menjawab sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa merasa malu ketika datang kesekolah terlambat apalagi bolos sekolah.


(29)

Tabel.4.15

Belajar sosiologi bisa memahami cara bermasyarakat yang baik.

Keterangan Frekuensi Presentase (%)

Sangat setuju 10 33

Setuju 18 60

Tidak setuju 2 7

Sangat tidak setuju 0 0

Total 30 100

Butir pertanyaan ini adalah butir pertanyaan favorabel atau butir pertanyaan yang mengharapkan responden menjawab sangat setuju atau setuju karena artinya siswa menyetujui bahwa setelah belajar sosiologi akhirnya dapat memahami cara bermasyarakat yang baik.

Pada pertanyaan no 9 dapat diketahui sebanyak 10 siswa atau 33% menjawab sangat setuju, 18 siswa atau 60% menjawab setuju, 2 siswa atau 7 % menjawab tidak setuju dan dari 30 siswa tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa menyetujui bahwa setelah belajar sosiologi dapat memahami cara bermasyarakat yang baik.

Tabel.4.16

Telah belajar sosiologi tapi tidak memahami cara bermasyarakat yang baik

Keterangan Frekuensi Presentase (%)

Sangat setuju 3 10

Setuju 7 23

Tidak setuju 17 57

Sangat tidak setuju 3 10

Total 30 100

Butir pertanyaan ini adalah butir pertanyaan unfavorabel atau butir pertanyaan yang mengharapkan responden menjawab sangat tidak setuju


(30)

atau tidak setuju karena artinya siswa menganggap walaupun telah belajar sosiologi tapi siswa tidak memahami cara bermasyarakat yang baik..

Pada pertanyaan ini dapat diketahui sebanyak 3 siswa atau 10% menjawab sangat tidak setuju, 17 siswa atau 57% menjawab tidak setuju, 7 siswa atau 23% menjawab setuju dan 3 siswa atau 10% yang menjawab sangat setuju. Ini menunjukkan sebagian besar siswa tidak setuju telah belajar sosiologi tapi siswa tidak memahami cara bermasyarakat yang baik.

Tabel.4.17

Lingkungan sekolah saya sangat bersih

Keterangan Frekuensi Presentase (%)

Sangat setuju 10 33

Setuju 16 53,3

Tidak setuju 3 10

Sangat tidak setuju 1 3

Total 30 100

Butir pertanyaan ini adalah butir pertanyaan favorabel atau butir pertanyaan yang mengharapkan responden menjawab sangat setuju atau setuju karena artinya siswa menyetujui bahwa lingkungan sekolah saya sangat bersih, sehingga mendukung untuk kegiatan belajar

Pada pertanyaan no 11 dapat diketahui sebanyak 10 siswa atau 33% menjawab sangat setuju, 16 siswa atau 53,3% menjawab setuju, 3 siswa menjawab tidak setuju dan 1 siswa yang menjawab sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa menganggap bahwa lingkungan sekolah saya sangat bersih sehingga mendukung untuk kegiatan belajar.


(31)

Tabel.4.18

Menolak ketika diajak teman untuk bolos sekolah

Keterangan Frekuensi Presentase (%)

Sangat setuju 11 37

Setuju 16 53

Tidak setuju 1 3

Sangat tidak setuju 2 7

Total 30 100

Butir pertanyaan ini adalah butir pertanyaan favorabel atau butir pertanyaan yang mengharapkan responden menjawab sangat setuju atau setuju karena artinya siswa setuju walaupun teman memaksa mengajak untuk bolos, tapi sya tetap menolaknya.

Pada pertanyaan no 12 dapat diketahui sebanyak 11 siswa atau 37% menjawab sangat setuju, 16 siswa atau 53% menjawab setuju, 1 siswa menjawab tidak setuju dan 2 siswa yang menjawab sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa menganggap bahwa Walaupun teman saya memaksa mengajak saya untuk bolos, tapi saya tetap menolaknya.

Tabel.4.19

Merasa gengsi ketika tidak mengikuti teman yang bolos sekolah

Keterangan Frekuensi Presentase (%)

Sangat setuju 1 3

Setuju 0 0

Tidak setuju 19 63,3 Sangat tidak setuju 10 33

Total 30 100

Butir pertanyaan ini adalah butir pertanyaan unfavorabel atau butir pertanyaan yang mengharapkan responden menjawab sangat tidak setuju


(32)

atau tidak setuju karena artinya siswa merasa gengsi ketika diajak oleh teman untuk bolos sekolah, maka akhirnya mengikutinya.

Pada pertanyaan no 13 dapat diketahui sebanyak 10 siswa atau 33% menjawab sangat tidak setuju, 19 siswa atau 63,3% menjawab sangat tidak setuju, dan dari 30 siswa tidak ada yang menjawab setuju dan 1 siswa yang menjawab sangat setuju. Ini menunjukkan sebagian besar siswa tidak setuju merasa gengsi ketika tidak mengikuti teman yang bolos sekolah.

Tabel.4.20

Hidup bermasyarakat harus saling menghormati dan saling tolong-menolong

Keterangan Frekuensi Presentase (%)

Sangat setuju 26 87

Setuju 3 10

Tidak setuju 1 3

Sangat tidak setuju 0 0

Total 30 100%

Butir pertanyaan ini adalah butir pertanyaan favorabel atau butir pertanyaan yang mengharapkan responden menjawab sangat setuju atau setuju karena artinya siswa menyetujui bahwa hidup bermasyarakat harus saling menghormati dan saling tolong-menolong karena kita makhluk sosial.

Pada pertanyaan no 14 dapat diketahui sebanyak 26 siswa atau 87% menjawab sangat setuju, 3 siswa atau 10% menjawab setuju,1 siswa atau 3% menjawab tidak setuju dan dari 30 siswa tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa


(33)

Tabel.4.21

Hidup bermasyarakat tidak harus saling tolong-menolong dan saling menghormati

Keterangan Frekuensi Presentase (%)

Sangat setuju 2 7

Setuju 1 3

Tidak setuju 14 47

Sangat tidak setuju 13 43

Total 30 100

Butir pertanyaan ini adalah butir pertanyaan unfavorabel atau butir pertanyaan yang mengharapkan responden menjawab sangat tidak setuju atau tidak setuju karena artinya siswa menganggap hidup bermasyarakat tidak harus saling menghormati dan saling tolong-menolong karena hidup ini tidak butuh bantuan oang lain.

Pada pertanyaan no 15 dapat diketahui sebanyak 13 siswa atau 43% menjawab sangat tidak setuju, 14 siswa atau 47% menjawab tidak setuju, 1 siswa atau 3 % menjawab setuju dan 2 siswa atau 7% yang menjawab sangat setuju. Ini menunjukkan sebagian besar siswa tidak setuju bahwa hidup bermasyarakat tidak harus saling tolong-menolong dan saling menghormati karena hidup ini tidak butuh bantuan orang lain.

Tabel.4.22

Walaupun sudah terjalin komunikasi yang baik belum tentu hidup masyarakat harmonis

Keterangan Frekuensi Presentase (%)

Sangat setuju 2 7

Setuju 21 70

Tidak setuju 6 20

Sangat tidak setuju 1 3


(34)

Butir pertanyaan ini adalah butir pertanyaan unfavorabel atau butir pertanyaan yang mengharapkan responden menjawab sangat tidak setuju atau tidak setuju karena artinya siswa menganggap peranan keluarga tidak penting.

Pada pertanyaan 16 dapat diketahui sebanyak 1 siswa atau 3% menjawab sangat tidak setuju, 6 siswa atau 20% menjawab sangat tidak setuju, 21 siswa atau 70% menjawab setuju dan 2 siswa atau 7% yang menjawab sangat setuju. Ini menunjukkan sebagian besar siswa menyatakan setuju walaupun sudah terjalin komunikasi yang baik belum tentu hidup masyarakat harmonis.

Tabel.4.23

Malas untuk membantu orang lain

Keterangan Frekuensi Presentase (%)

Sangat setuju 1 3

Setuju 3 10

Tidak setuju 19 63,3 Sangat tidak setuju 7 23

Total 30 100

Butir pertanyaan ini adalah butir pertanyaan unfavorabel atau butir pertanyaan yang mengharapkan responden menjawab sangat tidak setuju atau tidak setuju karena artinya siswa malas untuk membantu orang lain karena orang lain pun tidak peduli dengan saya.

Pada pertanyaan no 17 dapat diketahui sebanyak 7 siswa atau 23% menjawab sangat tidak setuju, 19 siswa atau 63,3% menjawab tidak setuju, dan 1 siswa yang menjawab sangat setuju. Ini menunjukkan sebagian besar


(35)

Tabel.4.24

selalu berhati-hati ketika bertingkah laku terhadap orang lain

Keterangan Frekuensi Presentase (%)

Sangat setuju 11 37

Setuju 18 60

Tidak setuju 1 3

Sangat tidak setuju 0 0

Total 30 100

Butir pertanyaan ini adalah butir pertanyaan favorabel atau butir pertanyaan yang mengharapkan responden menjawab sangat setuju atau setuju karena artinya siswa setuju bahwa saya selalu berhati-hati ketika bertingkah laku terhadap orang lain

Pada pertanyaan no 18 dapat diketahui sebanyak 11 siswa atau 37% menjawab sangat setuju, 18 siswa atau 60% menjawab setuju, 1 siswa atau 3% menjawab tidak setuju dan dari 30 siswa tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa setuju selalu berhati-hati ketika bertingkah laku terhadap orang lain.

Tabel.4.25

Bertingkah laku sesuka hati sendiri

Keterangan Frekuensi Presentase

Sangat setuju 2 7

Setuju 7 23

Tidak setuju 15 50

Sangat tidak setuju 6 20

Total 30 100%

Butir pertanyaan ini adalah butir pertanyaan unfavorabel atau butir pertanyaan yang mengharapkan responden menjawab sangat tidak setuju atau tidak setuju karena artinya siswa bertingkah laku sesuka hati sendiri.


(36)

Pada pertanyaan 19 dapat diketahui sebanyak 6 siswa atau 20% menjawab sangat tidak setuju, 15 siswa atau 50% menjawab tidak setuju, 7 siswa atau 23% dan 2 siswa atau 7% menjawab sangat setuju. Ini menunjukkan sebagian besar siswa menyatakan tidak setuju siswa bertingkah laku sesuka hati sendiri.

Tabel.4.26

Tawuran termasuk gaya hidup modern

Keterangan Frekuensi Presentase

Sangat setuju 2 7

Setuju 1 3

Tidak setuju 13 43

Sangat tidak setuju 14 47

Total 30 100%

Butir pertanyaan ini adalah butir pertanyaan unfavorabel atau butir pertanyaan yang mengharapkan responden menjawab sangat tidak setuju atau tidak setuju karena artinya siswa menganggap tawuran wajar terjadi dikalangan remaja karena twuran itu adalah bagian dari gaya hidup modern.

Pada pertanyaan 20 dapat diketahui sebanyak 14 siswa atau 47% menjawab sangat tidak setuju, 13 siswa atau 43% menjawab tidak setuju,1 siswa atau 3% menjawab setuju dan 2 siswa atau 7% yang menjawab sangat setuju. Ini menunjukkan sebagian besar siswa menyatakan sangat tidak setuju Tawuran wajar terjadi di usia remaja karena menurut saya tawuran termasuk gaya hidup modern.


(37)

C. Analisis Data

1.Analisis Data melalui teknik korelasi Product Moment.

Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara hasil belajar sosiologi dengan sikap siswa terhadap lingkungan sosial di SMA PGRI 56 Ciputat, maka penulis mencari hubungan antara kedua variabel yang berbeda tersebut (variabel X dan variabel Y). Adapun teknik yang penulis gunakan yaitu korelasi product moment.

{

}{

}

− = 2 2 2 2 ) ( . . ) ( . ) ).( ( ) .( Y Y N X X N Y X XY N rxy

{

30.(133253) (1978)

}{

.30.(125044 (1932) )

}

) 1932 )( 1978 ( 128143 . 30 2 2 − − − = rxy ) 3732624 3751320 )( 3912484 3997590 ( 3821496 3844290 − − − = rxy ) 18696 )( 85106 ( 22794 = rxy 1591141776 22794 = rxy 11852 , 39889 22794 = rxy

rxy=0,5714340363        rxy=0,571 

Setelah dilakukan penghitungan secara keseluruhan, hasil yang didapatkan adalah antara hasil belajar sosiologi siswa dengan sikap siswa terhadap lingkungan sosial (keluarga, sekolah dan masyarakat) di SMA PGRI 56 Ciputat diperoleh angka korelasi ”r” product moment 0,571.


(38)

2. Analisis Hasil Wawancara

Setelah ditemukan hasil penghitungan korelasi antara hasil belajar sosiologi dengan sikap siswa terhadap lingkungan masyarakat yang menunjukkan terdapat hubungan yang sedang atau cukup antara kedua variabel tersebut. Ini artinya ternyata ada hubungan antara hasil belajar sosiologi dengan sikap siswa terhadap lingkungan sosial. Walaupun hubungan tersebut tidak terlalu kuat hubungannya.

Menurut Bapak Kepala Sekolah SMA PGRI 56 Ciputat, Pak Asep Setiadi, M.Pd, bahwa terdapat hubungan antara hasil belajar sosiologi dengan sikap siswa terhadap lingkungan sosial. Hal ini bisa dilihat dari kebiasaan anak sehari-hari, baik di sekolah (ketika berada didalam kelas) maupun dilingkungan masyarakat. Biasanya anak yang prestasinya baik cenderung sikapnya akan baik pula, begitupun sebaliknya, anak yang prestasinya rendah pada umumnya sikapnya cenderung kurang baik pula. Walaupun tidak setiap anak yang prestasinya jelek selalu jelek pula sikapnya, akan tetapi pada umumnya seperti itu yang terjadi di masyarakat. Selain itu, telah kita ketahui bersama bahwa materi yang dipelajari dalam mata pelajaran sosiologi adalah seputar kehidupan bermasyarakat. Selain itu tugas guru disini tidak hanya untuk menyampaikan materi saja akan tetapi untuk mendidik agar terbentuk manusia-manusia yang cerdas dan bersikap baik, sopan dan beretika.3 Bu Yunita S. Hum4 (Guru Sosiologi) mengatakan bahwa terdapat hubungan yang erat antara hasil belajar sosiologi dengan sikap siswa. Karena hal ini bisa dilihat dari prestasi mereka dan keperibadian masing-masing anak ketika sedang dikelas dan cara mereka bergaul dengan temannya, serta cara mereka bersikap. Selain itu dalam pembelajaran sosiologi mereka mempelajari materi sosialisasi, interaksi, perilaku menyimpang yang sering terjadi dilingkungan sosial,


(39)

Kemudian peneliti juga mewawancarai beberapa orang siswa, diantaranya siswa yang nilai Sosiologinya tertinggi, siswa yang memiliki nilai sedang dan siswa yang nilainya terendah. Kesimpulan dari tiap-tiap wawancara tersebut, ternyata anak yang nilai sosiologinya baik mereka cenderung sikapnya baik pula hal ini dilatarbelakangi oleh motivasi dari diri sendiri dan besarnya perhatian orang tua terhadap anak tersebut. Sedangkan mereka yang prestasinya sedang, dilatarbelakangi oleh adanya motivasi dari diri mereka sendiri, dan nilainya yang terndah mereka cenderung malas belajar dan sikapnya acuh tak acuh dan selain itu dilatarbelakangi oleh kurangnya perhatian orang tua sehingga mereka berulah untuk menarik perhataian orang lain, khususnya orang tuanya sendiri.

Untuk mewawancarai orang tua siswa, peneliti mengambil beberapa orang tua siswa sesuai dengan jumlah siswa yang telah diwawancarai peneliti. Pandangan semua orang tua siswa pada umumnya sama. Mereka sangat memperhatikan kebutuhan sehari-hari anaknya terutama pendidikannya. Mereka berusaha mati-matian demi masa depan anak-anaknya walaupun terkadang harus meminjam sana meminjam sini. Dan dari pengakuan beberapa orang tua, mereka juga sangat khawatir dengan faktor lingkungan dan pergaulan anak-anak mereka ketika sedang berada diluar rumah. Oleh karena itu mereka (para orang tua) berharap agar pihak sekolah khususnya para guru selalu membimbing dan membina anak-anaknya disekolah.


(40)

D.Interpretasi Data

1. Memberikan interpretasi terhadap rxy, yaitu:

a. Interpretasi secara sederhana/kasar

Dari perhitungan rxy diatas, ternyata angka korelasi antara variabel X (hasil belajar sosiologi) dengan variabel Y (sikap siswa terhadap lngkungan sosial) tidakk bertanda negatif, berarti diantara kedua variabel tersebut terdapat korelasi positif (korelasi yang berjalan searah).

Dengan memperhatikan besarnya rxy yang dihasilkan yaitu 0,571 yang berada pada rentang 0,571-0,70 berarti korelasi positif antara variabel x dan y itu adalah termasuk korelasi positif yang sedang atau cukup. b. Interpretasi dengan menggunakan table nilai “t” product moment

Untuk mengetahui signifikansi rxy melalui tabel “r” product moment, langkah pertama yang harus ditempuh adalah dengan mencari df (degree of freedom) atau derajat bebasnya terlebih dahulu. Dalam penelitian ini, sampel yang diteliti sebanyak 30 orang, berarti N = 30. Variabel yang diteliti korelasinya adalah sebanyak dua variabel, yaitu variabel x dan variabel y, jadi nr = 2. Dengan demikian dapat diketahui df-nya adalah df = 30 - 2 = 28.

Setelah diketahui df = 28 kemudian berkonsultasi pada tabel nilai “r” product moment pada taraf signifikansi 5 % = 0,361 karena rxy atau ro (0,571) pada taraf signifikansi 5 % lebih besar daripada tabel (0,361), maka hipotesis alternatif (Ha) diterima, sedangkan hipotesis nol (Ho) ditolak yang menunjukkan arti bahwa pada taraf signifikansi 5 % tersebut terdapat hubungan yang cukup signifikansi antara variabel x (hasil belajar sosiologi siswa) dengan variabel y (sikap siswa terhadap lingkungan sosial), begitu juga pada taraf signifkansi


(41)

2. Menghitung koefisien determinasi, dengan rumus:

KD = r2x100 % = (0,571)2x100 % = 0,326041 x 100 % = 32,6041 % (33 %)

Menghitung koefisien determinasi dimaksudkan untuk mengetahui besarnya kontribusi yang diberikan oleh hasil belajar sosiologi terhadap sikap siswa pada lingkungan sosial. Dari perhitungan diatas, maka telah diketahui bahwa hubungan hasil belajar Sosiologi dengan sikap siswa terhadap lingkungan sosial di SMA PGRI 56 Ciputat Tangerang Selatan sebesar 32,60 atau dalam persentase dibulatkan= 33 %. Hal ini menjelaskan atau memberikan kontribusi atau variasi perubahan pada sikap siswa sebesar 33 %. Dan sisanya 67,3959 atau dalam persentase di bulatkan 67 % ditentukan oleh variabel lain.

       


(42)

A.Latar Belakang Masalah

Secara umum, pendidikan merupakan segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Secara khusus, pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di dalam dan luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang.1

Menurut Y.B. Mangunwijaya, “Pendidikan mengantar dan menolong peserta didik untuk mengenali dan mengembangkan potensi-potensi dirinya agar menjadi manusia yang mandiri, dewasa, dan utuh; manusia merdeka sekaligus peduli dan solider dengan sesama manusia lain dalam ikhtiar meraih kemanusaiaan yang semaikn sejati dengan jati diri dan citra diri yang semaikn utuh, harmonis, dan integral”.2

Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan pendidikan tertentu. Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya kearah posistif, baik bagi dirinya maupun lingkungannya.

Pendidikan di Indonesia ditinjau dari landasan sejarahnya, memiliki sejarah yang cukup panjang. Hal ini sesuai dengan pendapat Redja Mudyahardjo, yang mengatakan bahwa, “Pendidikan itu telah ada sejak zaman


(43)

kuno/tradisional yang dimulai dengan zaman pengaruh agama Hindu dan Budha, zaman pengaruh Islam, zaman penjajahan, dan zaman kemerdekaan”.3 Pendidikan bagi anak-anak Indonesia semula terbatas pada pendidikan rendah, akan tetapi kemudian berkembang secara vertikal sehingga anak-anak Indonesia, melalui pendidikan menengah dapat mencapai pendidikan tinggi sekalipun melalui jalan yang sulit dan sempit.4

Dasar pendidikan di negara Indonesia adalah falsafah negara Pancsila.5 Pancasila yang dimaksud adalah Pancasila yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945, yaitu; 1) Ketuhanan yang Maha Esa, 2). Kemanusiaan yang Adil dan beradab, 3). Persatuan Indonesia, 4). Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, 5). Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kelima sila ini merupakan sebuah sistem nilai-nilai dasar yang menjadi sumber hukum dari segala penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, termasuk penyelenggaraan sistem pendidikan nasional. Oleh karena itu pancasila disebut dasar Sistem Pendidikan Nasional Indonesia.6Adapun tujuan pendidikan berdasarkan pasal 3 UU no.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikn Nasional adalah:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”7

Reformasi di bidang pendidikan sangat penting terutama sejak diberlakukannya KTSP tahun 2006 yang secara subtansial sama dengan KBK       

3

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 3 - 4

4

Nasution M.A. Sejarah Pendidikan Indonesia. (Bandung: Jemmars, 1987), h. 1

5 

Redja Mudyahardjo. Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006), h. 422 

6

Redja Mudyahardjo. Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal…..,h.354

7 


(44)

yang ditetapkan tahun 2004. Dalam kurikulum 2006, guru dan pihak sekolah bebas untuk menentukan sendiri materi, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian yang harus dicapai oleh siswa. Dengan demikian pendidikan tak terlepas dari sejumlah permasalahan.

Masalah pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks, karena terkait dengan masalah kuantitas, masalah relevansi, masalah efektivitas dan masalah kualitas. Masalah kuantitas timbul sebagai akibat hubungan antara pertumbuhan sistem pendidikan dan pertumbuhan penduduk.

Sedangkan masalah relevansi timbul dari hubungan antara sistem pendidikan dan pembangunan nasional, dan harapan masyarakat tentang peningkatan output pendidikan. Masalah efektivitas merupakan masalah kemampuan pelaksanaan pendidikan. Sedangkan masalah efisiensi pada hakekatnya juga merupakan masalah pengelolaan pendidikan.

Sehubungan dengan aspek permasalahan di atas pemerintah telah banyak melakukan serangkaian kegiatan secara terus menerus melalui tahapan pembangunan di bidang pendidikan. Semuanya diarahkan pada pencapaian peningkatan mutu pendidikan atau menyangkut aspek kualitas pendidikan. Pada sisi lain, upaya pembaruan pendidikan ini juga berkiblat pada visi dan misi pembangunan pendidikan nasional yang telah dirumuskan sebelumnya, yaitu sebagai berikut. Pertama, meningkatkan pemerataan dan perluasan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang bersamaan dengan peningkatan mutu. Hal ini sesuai dengan UUD 1945 sebagai landasan yuridis pendidikan nasional, Pasal 31 ayat (1) : “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”dan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 5 Ayat (1) : “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”. Kedua, mengembangkan wawasan persaingan dan keunggulan bangsa Indonesia sehingga dapat bersaing


(45)

proses industrialisasi dan mendorong terjadinya perubahan masyarakat Indonesia dalam memasuki era globalisasi di abad ke-21.8

Adapun masalah kualitas adalah masalah bagaimana meningkatkan kemampuan sumber daya manusia. Masalah kualitas pendidikan merupakan masalah yang cukup serius di dalam rangka kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara, dalam konteks hubungan bangsa dengan peradaban dunia. Dalam peningkatan kualitas pendidikan salah satunya adalah penyempurnaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) menjadi tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang telah disinggung diatas tadi. Dalam penerapan KTSP ini, siswa harus mencapai setiap indikator yang terdapat dalam kompetensi dasar melalui pengalaman belajar yang harus dilakukan oleh siswa. Dengan kompetensi yang dimiliki diharapkan siswa menjadi peserta aktif dalam masyarakat.

Dalam KTSP ini, peran guru mengalami pergeseran. Guru tidak hanya sebagai sumber informasi tetapi juga menajdi fasilitator yang membelajarkan peserta didik. Sebagai fasilitator, guru harus menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan membimbing peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan perubahan dalam diri peserta didik, baik dalam pengetahuan (kognitif), sikap (apektif), dan keterampilan (psikomotorik). Seperti yang diungkapkan oleh W. S Winkel tentang belajar yaitu” suatu aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, sikap, pemahaman, serta keterampilan dan perubahan itu bersikap relatif konstan dan berbekas”.9

Guru sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar memiliki tugas yang tidak mudah karena ia merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap pencapaian proses belajar mengajar. Oleh karena itu guru dituntut untuk memiliki sejumlah kemampuan, keterampilan di bidangnya, serta memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas. Banyak sekali bentuk kemampuan,       

8

Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), cet.Ke-3, h. 5

9


(46)

keterampilan, dan keahlian yang harus dimiliki seorang guru yang profesional, karena guru merupakan fasilitator maupun motivator bagi siswa.

Di antara kemampuan, keterampilan dan keahlian yang harus dimiliki oleh sosok guru adalah kemampuan untuk menyusun bahan pelajaran dan keterampilan menyajikan bahan untuk mengkondisikan keaktifan belajar siswa serta mengevaluasi keberhasilan siswa untuk mengetahui pencapaian belajarnya. Karena evalusi atau penilaian merupakan salah satu komponen penting dari kegiatan belajar mengajar untuk mengetahui keberhasilan dalam mencapai tujuan dari kegiatan belajar mengajar tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka pembangunan pendidikan sekarang harus mengalami perubahan. Misalnya penyampaian pelajaran tidaklah cukup dengan mengutarakan secara tulisan saja. Ini berarti bahwa sistem intruksional menghendaki para pengajar berusaha menjadikan keterlibatan mental maupun fisik siswa dalam proses pengajaran. Sehingga pengajaran yang efektif dapat menunjang untuk pencapaian tujuan. Hal ini menuntut pihak pengajar sedapat mungkin mencari pola organisasi pengajaran yang tepat sebagai alternatif yang sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan. Salah satu acuannya adalah analisis materi atau strukturisasi konsep.

Dalam hal ini, sudah barang tentu perubahan-perubahan yang diharapkan terjadi adalah perubahan yang bercorak positif, yaitu perubahan yang semakin mengarah ke taraf kedewasaan. Hal ini kelihatannya sudah jelas dengan sendirinya, namun ternyata perlu dikaji lebih lanjut. Suatu proses belajar juga dapat menghasilkan suatu perubahan dalam sikap atau tingkah laku yang dipandang bercorak negatif. Misalnya seorang anak sekolah SMA yang sering melakukan tawuran di lingkungannya sendiri dan kiranya akan menimbulkan kesulitan dalam hidup bermasyarakat kelak. Oleh karena itu, masyarakat mutlak perlu mendampingi anak dalam belajarnya di berbagai aspek


(47)

mendidik anak dan mengarahkan semua pengalaman belajar, sehingga proses perkembangan berlangsung sebagaimana mestinya.

Demikian pula untuk mendukung terwujudnya suasana belajar mengajar yang aktif dan konstruktif, dalam mata pelajaran Sosiologi diperlukan dukungan dan kerjasama masyarakat. Pembelajaran sosiologi ditujukan untuk memberikan kompetensi kepada peserta didik dalam memahami konsep-konsep sosiologi seperti sosialisasi, kelompok sosial, struktur sosial, lembaga sosial, perubahan sosial, interaksi soial, perilaku menyimpang dan konflik sampai pada terciptanya integrasi sosial.

Dalam kedudukannya sebagai sebuah disiplin ilmu sosial yang sudah relatif lama berkembang di lingkungan akademika, secara teoretis sosiologi memiliki posisi strategis dalam membahas dan mempelajari masalah-masalah sosial-politik dan budaya yang berkembang di masyarakat dan selalu siap dengan pemikiran kritis dan alternatif menjawab tantangan yang ada. Melihat masa depan masyarakat kita, sosiologi dituntut untuk tanggap terhadap isu globalisasi yang di dalamnya mencakup demokratisasi, desentralisasi dan otonomi, penegakan HAM, good governance (tata kelola pemerintahan yang baik), emansipasi, kerukunan hidup beragama, dan masyarakat yang demokratis.

Pembelajaran sosiologi dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan pemahaman fenomena kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran mencakup konsep-konsep dasar, pendekatan, metode, dan teknik analisis dalam pengkajian berbagai fenomena dan permasalahan yang ditemui dalam kehidupan nyata di masyarakat. Mata pelajaran sosiologi diberikan pada tingkat pendidikan dasar sebagai bagian integral dari IPS, sedangkan pada tingkat pendidikan menengah diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri.

Pentingnya peranan sosiologi dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, malah dianggap sebaliknya oleh siswa. Dari apa yang penulis amati dan pengakuan beberapa siswa, mereka menganggap bahwa mata pelajaran IPS yang diantaranya sosiologi merupakan mata pelajaran yang kurang disukai atau diminati. Persepsi-persepsi negatif telah menjadi milik sejumlah siswa SMA,


(48)

ilmu-ilmu sosial itu membosankan karena sajiannya yang bertele-tele dan untuk menguasainya dibutuhkan kemampun untuk menghafal yang luar biasa.

Selama ini Sosiologi dianggap sebagai pelajaran masa lampau yang dalam penyajiannya tidak relevan dengan konteks sosial siswa. Ketidaktahuan peserta didik mengenai kegunaan sosiologi dalam kehidupan sehari-hari dimasyarakat menjadi penyebab mereka lekas bosan dan tidak tertarik pada pelajaran sosiologi, di samping pengajar sosiologi yang monoton dalam mengajar, metode pebelajaran yang kurang bervariasi dan hanya berpegang pada sebatas LKS atau buku-buku paket saja. Sehingga anak didik pun tidak belajar dengan sungguh-sungguh dan tidak memiliki semangat untuk belajar. Sehingga bolos sekolah merupakan salah satu cara untuk melewati kebosanan dalam belajar. Yang pada akhirnya siswa sering melakukan tauran dan kenakalan-kenakalan lainnya, hal ini dikarenakan kesibukan belajarnya berkurang.

Walaupun demikian tidak semua siswa menganggap pelajaran sosiologi membosankan, misalnya ada beberapa anak yang mengaku bahwa setelah mempelajari sosiologi mereka jadi memahami kehidupan masyarakat yang sesungguhnya. Sehingga perilaku mereka tidak menyimpang dari norma-norma yang berlaku di masyarakat dan mereka dibanggakan ditengah-tengah lingkungan masyarakat. Dengan demikian sikap pelajar bervariasi, ada yang positif dan ada yang negatif. Hal ini tergantung dengan pola pikir dan pandangan mereka masing-masing.

Profesionalitas guru dalam pengajaran sosiologi juga sangat berpengaruh dalam mengubah pandangan siswa yang semula menganggap sosiologi sebagai mata pelajaran yang membosankan menjadi mata pelajaran yang menarik dan menyenangkan. Untuk mengubah pandangan tersebut, seorang guru harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang materi-materi yang akan disampaikan serta mampu mengolah materi dengan baik. Seorang guru juga


(49)

Penyajian materi dan pemilihan media yang tepat dalam proses pembelajaran sangat penting dalam menarik minat dan perhatian siswa. Media pembelajaran berfungsi sebagai penunjang dan daya dukung terjadinya keefektifan proses pembelajaran, sehingga dapat mempermudah siswa dalam belajar.

Mengingat bervariasinya sikap siswa di tengah-tengah masyarakat, maka perlu diteliti apakah ada kaitannya dengan hasil belajar sosiologi di sekolah. Dalam upaya untuk mengetahui ada tidaknya hubungan hasil belajar sosiologi dengan sikap siswa, maka peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan judul “HUBUNGAN ANTARA HASIL BELAJAR SOSIOLOGI

DENGAN SIKAP SISWA TERHADAP LINGKUNGAN SOSIAL (Studi

Penelitian di SMA PGRI 56 Ciputat)”

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan judul penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti berusaha mengidentifikasi beberapa masalah yang terkait, meliputi:

1. Sikap negatif siswa yang sering meresahkan lingkungan masyarakatnya 2. Siswa mempunyai inteligensi yang berbeda-beda sehingga mempunyai

kecepatan yang berbeda-beda dalam menangkap pelajaran. Hal ini mempengaruhi kemampuan belajar siswa.

3. Lingkungan sosial siswa yang kurang baik akan membuat kemampuan siswa dalam belajar menjadi kurang baik pula.

4. Ketidakseriusan siswa dalam belajar akan membentuk sikap yang negatif demikian pula sebaliknya.

5. Anak sekolah yang sering melakukan tawuran dilingkungannya sendiri menimbulkan setereotif yang negatif.

6. Hubungan antara hasil belajar sosiologi dengan sikap siswa terhadap lingkungan sosial.


(50)

C. Pembatasan Masalah

Masalah yang timbul dalam identifikasi masalah demikian banyaknya, sehingga pada kesempatan ini sulit untuk diteliti semuanya disebabkan terbatasnya dana dan tenaga peneliti. Oleh karena itu, penelitian ini dibatasi pada masalah apakah ada hubungan antara hasil belajar sosiologi dengan sikap siswa terhadap lingkungan sosial.

D.Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, penulis merumuskan permasalahan ini yakni; “Apakah ada hubungan yang signifikan antara hasil belajar sosiologi dengan sikap siswa terhadap lingkungan sosial di SMA PGRI 56 Ciputat kelas XI IPS tahun ajaran 2009/2010 dan seberapa eratkah hubungan antara keduanya?”

E.Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara hasil belajar Sosiologi dengan sikap siswa terhadap lingkungan sosial di SMA PGRI 56 Ciputat.

2. Kegunaan

Adapun kegunaan hasil penelitian ini adalah:

™Bagi Sekolah, agar menjadi acuan dan bahan evaluasi bagi sekolah ™Bagi guru, diharapkan dapat meningkatkan kinerja guru dalam

mentransfer ilmu pengetahuan terhadap siswa sehingga menjadi guru yang profesional.

™ Bagi siswa, dapat membangun motivasi belajar, melatih keterampilan, bertanggung jawab pada setiap tugasnya, mengembangkan kemampuan


(51)

A. Konsep Tentang Hakikat Belajar dan Hasil Belajar 1. Hakikat Belajar

Meskipun istilah belajar tidak asing lagi bagi kita, namun dipandang perlu untuk mengkaji kembali secara lebih mendalam agar kita dapat menemukan esensial belajar, sekaligus pula mengklarifikasi apakah kegiatan-kegiatan yang selama ini kita sebut belajar, sudah sesuai dengan hakikat belajar sesungguhnya. Pengertian belajar dapat kita temukan dalam berbagai sumber atau literatur. Meskipun ada banyak perbedaan-perbedaan didalam rumusan pengertian belajar tersebut dari masing-masing ahli, namun pada prinsipnya ada kesamaan-kesamaan, diantaranya; Menurut Burton, “Belajar adalah sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannnya sehingga mereka mampu berinteraksi dengan lingkungannnya. Belajar adalah proses perubahan perilaku tersebut dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor.1

Sedangkan menurut James, O. Whittaker, “Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.” Menurut Abdillah, belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu2.

       1

Asep Herry Hernawan, dkk, Belajar dan Pembelajaran SD, (Bandung: UPI Press.2007). Cet.ke 1, h.2

2


(52)

Menurut pendapat Zikri Neni Iska, “Belajar atau yang disebut juga

learning, adalah perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman”.3

Perubahan yang terjadi karena pengalaman ini membedakan dengan perubahan-perubahan lain yang disebabkan oleh kerusakan fisik, baik karena pengaruh obat-obat berbahaya maupun karena kecelakaan atau penyakit tertentu.

”Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adapatsi) dengan lingkungan. Dengan adanya proses belajar inilah manusia bertahan hidup (survived)”.4

Dalam buku Educational Psyichology. Witherington menyatakan bahwa, ”Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”.5

”Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.6

”Belajar merupakan suatu proses dari seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau yang disebut hasil belajar, yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.”7

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai suatu tujuan.

       3


(53)

2. Hakikat Hasil belajar

Hasil adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjuk sesuatu yang dicapai seseorang setelah melakukan usaha. Bila dikaitkan dengan belajar berarti hasil menunjuk sesuatu yang dicapai oleh seseorang yang belajar dalam selang waktu tertentu.

Soedjiarto (1993:49) menyatakan bahwa, “Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan”.8

Hasil belajar merupakan tingkah laku siswa yang diperoleh setelah melalui proses belajar. Hasil Belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, dimana tingkah laku itu dalam bentuk perbuatan yang dapat diamati dan di ukur.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley, membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne, “membagi lima kategori hasil belajar, yakni informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap dan keterampilan motoris”.9

Menurut A.J. Romiszowski, “Hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemerosesan masukan (inputs). Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performance)”.10

Townsend menjelaskan bahwa, ”Hasil belajar mencakup karakteristik personal siswa mengacu pada tujuan pendidikan di sekolah yang terdiri dari empat unsur, yaitu: (1) kemampuan akademik, (2). Perilaku dan       

8

Jurnal pendidikan dan kebudayaan, edisi khusus, Desember 2006, h. 3

  9 

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009). Cet. Ke 13. H. 22 

10

Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT Rieneka Cipta, 1999), Cet. 1, h. 38


(54)

kehadiran, (3).Kemampuan non akademik seperti konsep diri, kemampuan kewarganegaraan, dan kemampuan kerja, dan (4). Pengembangan fisik, susila, emosi, dan spiritual siswa”.11

Hasil belajar merupakan peristiwa yang bersifat internal dalam arti sesuatu yang terjadi pada diri seseorang. Peristiwa tersebut mulai dari adanya perubahan kognitif atau pengalaman untuk kemudian berpengaruh pada perilaku. Dengan demikian, perilaku belajar seseorang didasarkan pada tingkat pengalaman terhadap sesuatu yang dipelajari yang kemudian dapat diketahui melalui test dan pada akhirnya memunculkan hasil belajar dalam bentuk nilai riel atau non riel.

Sedangkan menurut Soedijarto, faktor-faktor yang mempengaruhi mutu belajar adalah sebagai berikut: (1). Latar belakang sosial ekonomi, (2). Lingkungan belajar dirumah, (3). Latar belakang kemampuan kognitif dan kuantitatif, (4). Sikap pelajar terhadap pendidikan, (5). Tingkat partisipasi pelajar, (6). Bentuk tes yang digunakan dan cara guru berperan dalam proses belajar-mengajar.12

Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan, dan sebagainya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengjar. Pencapaian itu didasarkan atas tujuan


(55)

pengajaran yan telah ditetapkan. Hasil itu dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, apektif, maupun psikomotorik.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam,13 diantaranya:

a. Faktor Internal Siswa

Adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang meliputi dua aspek, yakni: 1) aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) yang menyangkut keadaan jasmani individu, yaitu kedaan jasmani, kedaan fungsi-fungsi jasmani tertenu terutama panca indera; 2) aspek psikologis (yang bersifat rohaniah) yang berasal dari dalam diri siswa seperti kecerdasan/ intelegensi, bakat, minat, sikap dan motivasi siswa.

b. Faktor Eksternal Siswa (Faktor dari luar siswa)

Seperti halnya faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri dari atas dua macam, yakni faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial. Faktor sosial adalah hubungan antar manusia yang terjadi dalam berbagai situasi sosial, diantaranya; keluarga, sekolah, teman dan masyarakat pada umumnya. Sedangkan faktor non sosial yaitu lingkungan alam dan fisik seperti keadaan gedung dan letaknya, rumah, ruang belajar, fasilitas belajar, buku-buku sumber dan sebagainya.

Selain itu diantara beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar yang tak kalah pentingnya adalah faktor kurikulum. Dalam sistem pendidikan yang berlaku dewasa ini, peranan kurikulum pendidikan menempati posisi yang paling penting. Karena dalam hal pelaksanaan kegiatan pendidikan tak akan berjalan dengan baik tanpa adanya pedoman atau kurikulum yang baik dan sesuai dengan kebutuhan yang ada pada masyarakat.

       13

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006. Cet.ke 12, h. 132.


(56)

Evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Alat pengukuran hasil belajar dapat berbentuk tes.14 Jadi pada hakikatnya hasil belajar adalah perubahan tingkah laku atau perubahan perilaku siswa setelah terjadinya proses pembelajaran.

Kesimpulannya, berhasil atau tidaknya seseorang dalam pencapaian hasil belajar disebabkan oleh banyak faktor, baik yang berasal dari dalam diri siswa maupun yang berasal dari luar dirinya. Untuk memudahkan pembahasan dapat diklasifikasikan sebagaimana bagan berikut:


(57)

Gambar.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor Eksternal

Dari luar siswa 

Faktor Internal

Dari dalam siswa

Faktor Metode

Metode mengajar Metode belajar

Faktor Lingkungan Aspek Psiologis

Kesehatan Keadaan fungsi-fungsi 

jasmani(telinga 

& mata 

Aspek Psikologis

Intelegensi Bakat Minat motivasi

Lingkungan Non Sosial

Suhu Cuaca Waktu Tempat belajar Alat-alat belajar Kurikulum

Lingkungan Sosial

Keluarga; orang tua, saudara Sekolah; guru, teman, dll Masyarakat; tetangga, teman sepermainan

Faktor-Faktor yang


(58)

4. Teori-Teori Belajar

Teori adalah pendapat yang dikemukakan oleh seorang ahli, dan biasanya berisi tentang konsep dan prinsip. Secara pragmatis teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan pristiwa belajar.15

Beberapa tokoh psikologi belajar memiliki persepsi dan penekanan-penekanan tersendiri tentang hakikat belajar dan proses kearah perubahan sebagai hasil belajar. Berikut ini adalah beberapa kelompok teori yang memberikan pandangan khusus tentang belajar, diantaranya; behaviorisme, kognitivisme, teori belajar psikologi sosial dan teori belajar Gagne16.

a. Behaviorisme

Para penganut behaviorisme meyakini bahwa manusia sangat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di dalam lingkungannya yang memberikan pengalaman-pengalaman tertentu kepadanya. Behaviorisme menekankan pada apa yang dilihat , yaitu tingkah laku, dan kurang memperhatikan apa yang terjadi didalam pikiran karena tidak dapat dilihat. Menurut aliran psikologi ini proses belajar lebih dianggap sebagai suatu proses yang bersifat mekanistik dan otomatik tanpa membicarakan apa yang terjadi selama itu didalam diri siswa yang belajar.

Sebagaimana pada kebanyakan aliran psikoligi belajar lainnya, behaviorisme juga melihat bahwa belajar adalah merupakan perubahan tingkah laku.Ciri yang paling mendasar dari aliran ini adalah bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi adalah berdasarkan paradigma S-R (Stimulus Respon), yaitu suatu proses yang memberikan respons tertentu terhadap sesuatu yang datang dari luar.


(59)

Tokoh aliran behaviorisme adalah Thordike. Ia merupakan orang pertama yang menerangkan hubungan S-R ini. Beberapa macam teori behaviorisme yang terkenal adalah;

1) Classical Conditioning (Pavlov)

Teori ini didasarkan atas reaksi sistem tak terkontrol didalam diri seseorang dan reaksi emosional yang dikontrol oleh sistem urat syaraf otonom serta gerak refleks setelah menerima stimulus dari luar.

Stimulus tidak terkontrol Respon tidak terkontrol (US) (UR)

Stimulus tidak terkontrol atau tidak terkondisi (US) merupakan stimulus yang secara biologis dapat menyebabkan adanya respons dalam dalam bentuk refleks (UR). Disni respons dapat terbentuk tanpa adanya proses belajar.

2) Operant Conditioning (Skiner)

Menurut teori Skiner, setiap kali memperoleh stimulus maka seseorang akan memberikan respons berdasarkan hubungan S-R. Respons yang diberikan ini dapat sesuai ”R”(benar) atau tidak sesuai ”F” (salah) seperti apa yang diharapkan. Respons yang benar perlu diberikan penguatan (reinforcement) agar orang terdorong untuk melakukannya kembali. Karena itu pemberian penguatan terhadap respons dapat diberikan secara kontinue (contineous reinforcement), dan dapat dilakukan secara berselang-seling (intermitten reinforcement).

b. Kognitivisme

Kognitivisme merupakan salah satu teori belajar yang dalam berbagai pembahasan juga sering disebut model kognitif (cognitive model) atau model perseptual (perceptual model). Menurut teori belajar ini tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi atau pemahamannnya tentang situasi yang berhubungan dengan


(60)

tujuan-tujuannya. Karena itu belajar menurut kognitivisme diartikan sebagai perubahan persepsi dan pemahaman. Teori ini menekankan bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dengan konteks perubahan seluruh situasi tersebut.

Karena teori ini lebih menekankan kebermaknaan keseluruhan sesuatu dari pada bagian-bagaian, maka belajar dipandang seabagai proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain. Proses belajar disini mencakup antara lain pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang terbentuk didalam fikiran seseorang berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya.

Kognitivisme memberikan pengaruh dalam pengembangan prinsip-prinsip pembelajaran sebagai berikut;

1) Peserta didik akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu .

2) Penyususnan materi pelajaran harus dari sederhana ke kompleks. Untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas dengan baik peserta didik harus terlebih dahulu telah mengetahui tugas-tugas yang bersifat lebih sederhana dan mudah.

3) Belajar dengan memahami lebih baik daripada dengan hanya menghafal, apalaagi tanpa pengertian. Sesuatu yang baru harus disesuaikan dengan apa yang telah diketahui peserta didik sebelumnya. Karena itu tugas guru adalah menunjukan hubungan anatara apa yang akan dipelajari dengan apa yang telah diketahui sebelumnya.


(61)

c. Teori Belajar Psikologi Sosial

Pandangan psikologi sosial secara mendasar mengungkapkan bahwa belajar pada hakikatnya merupakan suatu proses alami. Semua orang mempunyai keinginan untuk belajar tanpa dapat dibendung oleh orang lain. Hal ini pada dasarnya disebabkan karena setiap orang memiliki rasa ingin tahu, ingin menyerap informasi, ingin mengambil keputusan serta ingin memecahkan masalah.

Menurut teori belajar psikologi sosial proses belajar jarang sekali merupakan proses yang terjadi dalam keadaan menyendiri, akan tetapi melalui interaksi-interaksi. Interaksi tersebut dapat; (1) Searah (one directional), yaitu bilamana ada adanya stimuli dari luar menyebabkan timbulnya respons, (2) dua arah, yaitu apabila tingkah laku yang terjadi merupakan hasil interaksi antara individu yang belajar dengan lingkungnnya, atau sebaliknya.

d. Teori Belajar Gagne

Teori belajar yang disusun Gagne merupakan perpaduan yang seimbang antara behaviorisme dan kognitivisme yang berpangkal pada teori pengolahan informasi. Menurut Gagne cara berfikir seseorang tergantung pada; keterampilan apa yang telah dimilikinya, keterampilan serta hirarki apa yang diperlukan untuk mempelajari suatu tugas. Dengan demikian menurut Gegne didalam proses belajar terdapat dua fenomena, yaitu; meningkatnya keterampilan intelektal sejalan dengan meningktnya umur serta latihan yang diperoleh individu, dan belajar akan lebih cepat bilamana strategi kognitif dapat dipakai dalam memecahkan masalah secara lebih efisien.17

       17

Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran. (Bandung: Alfabeta, 2009). Cet ke-2.h. 39-46


(1)

Lampiran 18

HASIL BERITA WAWANCARA DENGAN ORANG TUA SISWA-SISWI KELAS XI IPS SMA PGRI 56 CIPUTAT

ari/ Tgl Wawancara : Ahad, 17 Januari 2010

pat : Pondok Cabe Ilir, RT/RW 06/01 Tlp.74706249 aktu : 10.00 s.d selesai

Nama yang diwawancarai : Ibu Epon rang Tua : Pima Priama Yang Mewawancarai : Sutarsih

Pertanyaan: Bagaimana tingkah laku anak anda dalam kesehariannya eluarga?

Pertanyaan: Baga

da

tama kalau ada tugas dirumah saya

umah. termasuk anak yang rajin?

p rajin hanya saja harus disuruh-suruh dahulu,

a sikap anak anda terhadap anggota keluraga lainnya

aik, hormat pada yang lebih tua.

an kriminalitas, menurut bpk/ibu apakah anak anda

litas apalagi ikut tawuran. Karena saya terus pantau dan saya selalau menasihatinya. H

Tem W

O

dilingkungan K

Jawab: Anaknya cukup baik, hanya saja kalo disuruh belajar agak susah. imana prestasi anak anda?

Pas-pasan, cukup lumayan.

Pertanyaan: Upaya apa yang dilakukan pihak keluarga agar belajar anak an berjalan dengan baik?

Dengan menyruhnya untuk rajin belajar teru selalu mengingatkannya.

Pertanyaan: Apakah anak Ibu/Bpk sudah bergaul dengan baik terhadap lingkungan sekitar?

Pergaulan dia biasa saja dengan masyarakat, karena anaknya jarang keluar r Pertanyaan: Menurut anda apakah anak anda

Sebenarnya anaknya cuku

begitupun dalam hal belajar, semangatnya kadang naik turun. Pertanyaan: Bagaiman

dalam kehidupan sehari-hari? Alhamdulillah selama ini b

Pertanyaan: Dalam kenyataan dimasyarakat bahwa usia anak remaja sangat erat kaitannya deng

termasuk didalamnya?


(2)

segi tingkah lakunya?

Sampai saat ini saya belum menemukan kendala yang fatal, masih ada dalam kewajaran, hanya saja kalau dalam belajr harus disuruh-suruh.

Apa harapan bapak/ibu terhadap anak anda?

Saya berharap mudah-mudahan anak saya bisa tuntas sekolahnya dan menjadi orang yang bermanfaat buat dirinya sendiri dan orang lain.

Narasumber Orang Tua Pima Priama


(3)

Lampiran 19

HASIL BERITA WAWANCARA DENGAN ORANG TUA SISWA-SISWI KELAS XI IPS SMA PGRI 56 CIPUTAT

ari/ Tgl Wawancara : Sabtu, 16 Januari 2010

empat : Ciputat

aktu : 14.00 s.d selesai ama yang diwawancarai : Bapak Ruswono rang Tua : Yogi Trilaksono ang Mewawancarai : Sutarsih

ertanyaan: Bagaimana tingkah laku anak anda dalam kesehariannya ilingkungan Keluarga?

walaupun kadang malas-malasan tapi Alhamdulillah masih bisa d

Pertanyaan: Baga

emilik ga

k keluarga agar belajar anak anda

ikan apa yang menjadi kebutuhan

atikan dia gampang akrab berteman.

termasuk anak yang rajin? uruh untuk belajar dia

a sikap anak anda terhadap anggota keluraga lainnya

at pada yang lebih tua H T W N O Y P d

Jawab: Baik, iatasit.

imana prestasi anak anda?

Cukup, saya lihat dia m i potensi di bidang olah ra Pertanyaan: Upaya apa yang dilakukan piha

berjalan dengan baik?

Mendorong dia agar rajin belajar dan memperhat sekolahnya.

Pertanyaan: Apakah anak Ibu/Bpk sudah bergaul dengan baik terhadap lingkungan sekitar?

Menurut saya sudah, karena dia orangnya tidak biasa berdiam diri di rumah, dan saya perh

Pertanyaan: Menurut anda apakah anak anda

Jujur saja dia anaknya agak sedikit malas, tapi kalo kita s mau. Jadi harus disuruh dulu baru mau.

Pertanyaan: Bagaiman

dalam kehidupan sehari-hari? Baik dan horm


(4)

erat kaitannya dengan kriminalitas, menurut bpk/ibu apakah anak anda

ehingga saya bisa menanganinya. Dan

la dalam mendidik anak anda, khususnya dari

da, hanya satu ketika dia sedang malas belajar.

tua Yogi Trilaksono

wono termasuk didalamnya?

Anak saya dulu pernah berkelahi dengan temannya karena gara-gara pertandingan futsal, dan untungnya dekat rumah, s

Alhamdulilah sampai sekarang tidak pernah terjadi lagi. Pertanyaan:Apakah ada kenda

segi tingkah lakunya? A

Apa harapan bapak/ibu terhadap anak anda?

Sebagai orang tua, tentunya saya ingin yogi menjadi anak yang baik, dan sukses dimasa depannya.

Narasumber Orang


(5)

Lampiran 20


(6)