Penyebab Gizi Buruk Gizi Buruk

Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1 Lanjutan No Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas Z-Score 3 Berat Badan menurut Panjang Badan BBPB atau Berat Badan menurut Tinggi Badan BBTB Anak Umur 0-60 Bulan Sangat Kurus -3 SD Kurus -3 SD sampai dengan -2 SD Normal -2 SD sampai dengan 2 SD Gemuk 2 SD 4 Indeks Massa Tubuh menurut Umur IMTU Anak Umur 0-60 Bulan Sangat Kurus -3 SD Kurus -3 SD sampai dengan -2 SD Normal -2 SD sampai dengan 2 SD Gemuk 2 SD 5 Indeks Massa Tubuh menurut Umur IMTU Anak Umur 5-18 Tahun Sangat Kurus -3 SD Kurus -3 SD sampai dengan -2 SD Normal -2 SD sampai dengan 2 SD Gemuk 1 SD sampai dengan 2 SD Obesitas 2 SD Sumber : Kemenkes RI, 2011

2.5.1 Penyebab Gizi Buruk

Penyebab gizi buruk dapat dilihat dari berbagai faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk. Menurut UNICEF 1998 ada dua penyebab langsung yang memengaruhi status gizi yaitu: 1. Kurangnya asupan gizi dari makanan. Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanan yang tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial dan ekonomi yaitu kemiskinan. 2. Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi. Hal ini disebabkan oleh rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat- zat makanan secara baik. Timbulnya KEP tidak hanya karena makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang cukup baik tetapi sering mengalami diare atau demam yang pada akhirnya dapat menimbulkan kurang gizi. Universitas Sumatera Utara Begitu pula pada anak yang makanannya tidak cukup baik kuantitas dan kualitasnya yang akan menyebabkan daya tahan tubuh melemah. Faktor-faktor yang memengaruhi status gizi menurut UNICEF dirangkum dalam Gambar 2.10 sebagai berikut: Faktor Memengaruhi Status Gizi Status Gizi Asupan zat gizi Penyakit Infeksi Kemiskinan, Tingkat Pendidikan Rendah, Ketersediaan Pangan Menurun, Kesempatan Kerja Rendah Krisis Ekonomi dan Politik Sumber: UNICEF 1988 dengan penyesuaian Gambar 2.10 Faktor yang memengaruhi status gizi Faktor tidak langsung yang memengaruhi status gizi menurut UNICEF yaitu: 1. Faktor ketidaktersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat; 2. Perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan anak; 3. Pengelolaan yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidak memadai. Penyebab Langsung Penyebab Tidak Langsung Pelayananfasilitas kesehatan Perwatan anak dan ibu hamil Ketersediaan pangan RT Masalah Utama Akar Masalah Ketersediaan pangan RT Perawatan anak dan ibu hamil Penyebab Tidak Langsung Masalah Utama Universitas Sumatera Utara Penjelasan Gambar 2.10 dapat dilihat sebagai berikut: a. Asupan zat gizi balita Pemberian makanan bergizi dalam jumlah yang cukup pada masa balita mendapat perhatian serius agar anak tidak mengalami kurang gizi. Menurut Sulaeman 2003, masa penyapihan peralihan antara penyusuan dan makanan dewasa menyebabkan konsumsi ASI berkurang sehingga diperlukan makanan tambahan untuk memenuhi kebutuhan gizi anak khususnya energi dan protein. Menurut Supariasa, dkk 2002 diperlukan suatu standar kecukupan untuk menilai tingkat konsumsi makanan anak yaitu Angka Kecukupan Gizi AKG atau Recommended Dietary Allowance RDA. Berdasarkan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2004, klasifikasi tingkat konsumsi dibagi menjadi 5 yaitu sebagai berikut: 1. Kelebihan apabila 120 AKG 2. Normal apabila 90-119 AKG 3. Defisit tingkat ringan apabila 80-89 AKG 4. Defisit tingkat sedang apabila 70-79 AKG 5. Defisit tingkat berat apabila 70 AKG b. Penyakit infeksi Penyakit infeksi yang menyerang anak dapat menyebabkan gizi anak mejadi buruk. Memburuknya keadaan gizi anak akibat penyakit infeksi dapat menyebabkan nafsu makan anak menurun, sehingga pasokan zat gizi berkurang, padahal seharusnya anak membutuhkan zat gizi yang lebih banyak. Universitas Sumatera Utara Diare merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di negara-negara berkembang Sumantri, 1994. Penyebab utama kematian yang disebabkan oleh diare adalah dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Selain penyakit diare, penyakit infeksi lainnya pada balita yang cukup tinggi adalah ISPA. c. Pengetahuan Faktor pendidikan dan pengetahuan yang rendah dari seorang ibu akan pentingnya pemberian makanan bergizi dan seimbang kepada anaknya dapat dikaitkan dengan permasalahan KEP. Hal ini juga tidak dapat dipisahkan dengan faktor perilaku, seperti yang ditemukan di Sulawesi Selatan tentang anggapan bahwa banyak makan ikan dapat menyebabkan kecacingan. Menurut Hadju 1999, pandangan yang salah terhadap jenis makanan tertentu dapat menyebabkan ibu tidak mau mengkonsumsi dan juga tidak memberikannya pada anaknya. d. Ketahanan pangan Ketahanan pangan adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik kualitas maupun kuantitas gizinya Ayu, 2008. Ketahanan pangan terkait dengan ketersediaan pangan baik dari hasil pasar, produksi sendiri, maupun sumber lain, harga pangan dan daya beli keluarga, serta pengetahuan akan gizi dan kesehatan. e. Pola asuh Menurut Hamzah 2000, pola pengasuhan anak adalah pengasuhan anak dalam pra dan pasca kelahiran, pemberian ASI, pemberian makanan, dan Universitas Sumatera Utara pengasuhan bermain. Menurut Hurlock 1993 peran pengasuh serta interaksi yang terjadi antara pengasuh dan anak menjadi sangat penting, karena perkembangan anak secara umum termasuk dominasi dan perkembangan kognitif banyak ditentukan oleh pola pengasuhan dan peran pengasuh. Hal yang termasuk dalam pola pengasuhan anak Ayu, 2008 adalah: 1. Pengasuhan makanan anak Ibu menyiapkan kebutuhan pangangizi sejak prenatal, neo-natal berupa pemberian ASI, menyiapkan MP-ASI dan dukungan emosional pada anak. 2. Pengasuhan perawatan dasar anak Pengawasan perawatan dasar anak adalah pemenuhan kebutuhan anak yang dilakukan oleh ibu untuk mengatasi kejadian diare, ISPA, pemberian imunisasi, pemberian vitamin A, membuat oralit, serta memberikan pelega tenggorokan dan mengatasi demam pada anak. 3. Pengasuhan higiene perorangan anak dan kesehatan lingkungan Difokuskan kepada kemampuan ibu dalam menjaga kebersihan anak, kebersihan tempat anak banyak menghabiskan waktu, dan mencegah anak mengalami luka. f. Pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan Adalah tersedianya pelayanan kesehatan dasar dan air bersih yang dapat dijangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan. Diharapkan dapat melakukan tindakan pencegahan penyakit serta pemeliharaan kesehatan seperti pemeriksaan kehamilan, imunisasi, pertolongan persalinan, penimbangan anak, penyuluhan, Universitas Sumatera Utara posyandu, puskesmas, rumah sakit, praktek bidan maupun dokter serta persediaan air bersih. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia IDAI dalam Ayu 2008, ada 3 faktor penyebab gizi buruk pada anak dan balita, yaitu: 1. Keluarga miskin; 2. Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak; 3. Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC, HIVAIDS, saluran pernapasan dan diare IDAI, 2007.

2.5.2 Gejala Klinis KEP Berat atau Gizi Buruk